"Bagiamana? Apa kau sudah menemukan informasi soal anak itu?"
Seorang Wanita paruh baya yang diketahui bernama Veera yang tak lain adalah ibunya Alardo sedang berbincang menghadap seseorang yang entah siapa itu. Dia adalah orang suruhannya Veera. Penampilannya sangat misterius. Memakai jaket hitam dengan tudung yang dikenakan, topi berwarna senada, dan juga memakai penutup wajah atau masker. Hanya matanya saja yang terlihat, itu pun jika ia tertunduk tidak terlihat. Kesannya mistis.
"Saya sudah mendapatkannya, nyonya. Seperti yang Anda inginkan." suara beratnya menggema di ruangan sunyi itu.
"Bagus. Bicaralah."
Tanpa berbasa-basi orang tersebut langsung memberikan segala informasi yang didapatkannya.
"Anaknya Siska bernama Audrey Nichole Zordan. Dia tinggal di panti asuhan Pelita. Tempatnya tidak jauh dari kota Venesia. Sepertinya dia sekarang menempuh pendidikan di SMA Bakti Utama. Dan, saya rasa dia tampak baik-baik saja."
Veera terdiam sejenak sambil mencerna setiap kalimat orang suruhannya. "Aku akan menunggu waktu yang tepat. Apa Alardo pernah bertemu dengannya?"
"Saya rasa, tidak nyonya. Dia selalu pulang sekolah sendirian. Teman-temannya juga berasal dari sekolah yang sama."
Sedikit menghembuskan nafas resah bercampur kelegaan. Pasalnya Veera bersyukur Audrey tidak satu kelas atau sekolah dengan anaknya,Alardo. Jika itu terjadi, entahlah. Veera yakin mungkin anaknya akan menggagalkan rencananya. Setelah pertengkarannya dengan Alardo kemarin, dimana Alardo mengungkit soal perusahaan yang seharusnya bukan miliknya. Dan Veera tidak berhak mengusik apapun mengenai Zordan.
Sempat dirinya curiga, apa selama ini Alardo pernah bertemu dengan anaknya Siska? Hingga membuat cowok itu kembali membencinya. Bukan kembali, melainkan selalu sejak kejadian itu Alardo membenci dirinya. Tapi, sekarang berbeda. Kebencian itu seolah Kembali bertambah. Karna Alardo pernah menyebut nama 'Audrey' padanya.
"Jadi, anaknya Siska masih hidup?" tanya Verra kembali sambil mengetuk jemarinya di tangan kursi. Pandangannya kosong ke arah secangkir teh di meja.
Kali ini Veera berfikir dua kali lipat mengenai putranya yang saat itu pernah berucap nama 'Audrey'. Setelah sekian lama, baru kali ini Alardo mengucapkan nama itu. Dan seolah-olah ia sedang membela Audrey. Biasanya Alardo selalu bersikap dingin dan acuh. Bicara pada Verra pun tidak pernah sesering itu. Rasanya ada yang janggal. Apalagi membentaknya, memaki-makinya, dan menyebutnya jalang. Apa, Alardo pernah bertemu dengan Audrey?
"Aku ingin kamu sekali lagi memastikannya. Aku tidak ingin anakku bertemu anaknya Siska." gertak Verra penuh kecemasan diraut wajahnya.
Orang tersebut mengangguk. Tanpa disuruh orang itu berdiri dan melengang pergi. Dirasa tugasnya telah selesai.
"Ingat." satu kata dari Veera membuat langkah orang itu berhenti di depan pintu. "Jangan sampai Alardo mengetahui rencana kita. Dan kamu hanya perlu menunggu perintah ku saja."orang yang diajak bicara Verra pun mengangguk dan melanjutkan langkahnya kembali.
Setelah kepergiannya Veera menghela nafas resah. Dalam hati ia merasa sedikit tidak tenang akhir-akhir ini. Entah mengapa ia merasa ada yang disembunyikan Alardo mengenai Audrey. Ia tahu Alardo sudah mengetahui dirinya seorang pembunuh juga mengetahui tujuannya mengapa melakukan hal itu. Tapi,ada satu hal yang belum diketahui oleh Alardo mengenai Veera. Veera merasa seolah-olah Alardo mengetahui bahwa Audrey masih hidup. Itulah yang ia khawatirkan. Terlebih jika mereka bersekongkol untuk menghancurkan rencananya.
Bergelayut dalam lamunannya,di pikiran Veera terlintas masalalu yang tiba-tiba datang tanpa diundang. Kejadian sekitar sepuluh tahun lalu. Di mana Alardo berumur dua belas tahun,seumuran dengan Audrey.
KAMU SEDANG MEMBACA
Her Secret [ End & Completed ✅]
Novela Juvenil(Segera dibaca sebelum dihapus) Hidup dalam limpahan harta tak membuat Alardo Ravaella merasa bahagia. Justru ia menganggap hal itu adalah sebuah kutukan. Seorang badboy yang suka balapan liar dan nongkrong di pub, Alardo juga tidak pernah mengakui...