50. Membuat Rencana

30 1 0
                                    

Happy Reading👇👇👇

Waktu istirahat di kantin terasa kosong bagi Laura. Padahal Laura berharap setelah ibunya berbicara dengan Nala pagi ini, Nala akan mengerti dan berhenti membenci dirinya. Namun Nala justru tidak masuk sekolah hari ini. 

Ia ingin mengunjunginya namun entahlah. Laura merasa tidak yakin. Adara juga tidak bersamanya. Dia lebih memilih ke perpustakaan. Lebih tepatnya menghindari Laura. Itulah yang Laura rasakan ketika melihat Adara engan menyapanya atau sekedar bicara.

"Jangan mewek oy!"

Laura menghela nafas malas. Ia melanjutkan acara makannya tanpa menghiraukan Alardo. Cowok itu seketika kesal melihat Laura yang tidak bertenaga. Ia tahu apa sebabnya.

"Lo nggak usah pikirin soal Nala." kali ini Laura menoleh. 

"Gue keliatan kayak orang yang ngerebut pacar orang, ya?" ucapnya menatap Alardo sendu. "Gue bukan sahabat yang baik."

"Sekali lagi lo ngomong gitu, gue cium lo." Laura mendelik dengan ucapan Alardo. Sialnya dia terdengar serius.

"L-lo ke-kenapa sih," ucap Laura terbata. Apa ia kelihatan gugup sekarang? 

"Semua itu bukan salah lo." balas Alardo sambil tersenyum tipis. "Sekalipun Nala nembak gue sebelum ada lo gue juga nggak mau."

"Gue nggak yakin. Lo kan players. Suka mainin cewek." cibir Laura terang-terangan.

"Lo masih aja nganggap gue gitu. Tapi fix lo yang terakhir." katanya bersungguh-sungguh. "Mungkin gue akan nerima Nala dengan alasan menghargai perasaan dia." ya, setidaknya logikanya mengatakan itu.

"Nyokap gue bilang, dia mau ngelurusin semuanya sama nyokapnya Nala. Lo tau kan? Dia nyebut-nyebut nyokap gue. Setelah gue nanyain soal ini, ternyata ini ada kaitannya sama masalah nyokap-nya Nala." terang Laura.

"Nyokap kalian saling kenal?"

"Iya. Mereka temenan sejak masih dibangku sma. Dulu mereka beda banget. Dipandang dengan posisi yang berbeda. Gue berharap semua ini cepet seleai." katanya. Laura merunduk sambil memainkan sendoknya.

"Gue juga berharap masalah gue cepet selesai. Karna akhirnya Audrey mutusin buat kerjasama dengan gue." terang Alardo tersenyum senang.

"Wow. Kalian udah akur?"

"Nggak. Ini sementara."

Laura tertawa renyah. "Masih rebutin gue nih? Kalau gitu gue akan ngomong sama Audrey tentang kita."

"Dia udah tau. Kemarin kita juga sempet bercekcok bentar." ujar Alardo.

"Hah? Lo berantem sama dia?"

"Dikit."

"Pasti karna bokap lo. Dia salah paham pasti. Terus keadaan bokap lo gimana sekarang? Dia baik-baik aja?" tanya Laura agak tergesa.

Alardo terdiam sejenak. Melihat perubahan wajah Alardo Laura menyadari jika ada sesuatu yang tidak bagus. Cowok itu terlihat gelisah dan seperti menyimpan sesuatu.

"Apa dia baik-baik aja?" tanya Laura hati-hati.

"Nyawanya nggak bisa diselamatkan Ra," Laura mengangkat kedua alisnya. Benarkah itu?

"Gue bodoh banget nggak pernah nyadar soal ini. Veera pengen ngebunuh semua keluarga Zordan. Vanio, Siska, dan juga Audrey. Semuanya." ucap Alardo berusaha menahan sesak. "Dia nggak mencintai papa sama sekali. Dia tega ngebunuh papa."

Laura terpaku menatap Alardo yang sudah berkaca-kaca. Ini pertama kalinya ia melihat cowok menangis. Padahal biasanya cowok itu kan kuat. Tidak terlalu perasa seperti cewek. Itu artinya dia benar-benar rapuh.

Her Secret [ End & Completed ✅]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang