40. Pelampiasan

55 1 0
                                    

Disarankan buat baca ditempat yang sepi. Soalnya ada scene anunya. Takut kalian ketahuan senyum2 sendiri. Ok selamat membaca.~~

"Kenapa lo nyalahin gue? Bukannya lo yang nyuruh kakak lo!!"

Racell tertawa sinis. "Dan, kalau lo nggak deketin cowok gue, gue juga nggak akan ngelakuin itu!!"

"Lagian gue udah nggak deket lagi sama Alardo. Dia udah punya pacar." ketus Laura.

"Gue tau. Tapi lo tetep harus ngerasain gimana penderitaan gue selama ini." ucap Racell menggebu. "Lo inget, kan? Saat di mana Alardo jadi pahlawan lo di Club waktu itu?"

"Gue hancur!!" Racell memekik membuat Laura bungkam tanpa kata. "Harga diri gue diinjak-injak gara-gara lo!!"

"Baru kali ini gue diginiin. Dan lo!!" Racell menatap begis Laura seolah ingin memakannya. "Lo harus mati!"

Laura mundur ke belakang mencoba menghindari Racell yang kini berjalan pelan mendekati dirinya. Apa Racell akan mencekiknya? Mencakarnya? Menamparnya bertubi-tubi? Hal yang biasa dilakukan seorang Racell?

"Lo mau apa!!" Racell tersenyum miring melihat Laura ketakutan saat menatapnya.

"Mungkin kalau nyawa lo melayang, gue akan jauh lebih lega." katanya pelan. Mencoba membuat Laura terintimidasi.

Namun, Laura salah! Racell justru melakukan hal yang lebih dari sekedar menampar, memukul, atau mencakarnya. Semua ekspetasinya musnah saat Racell mengeluarkan sesuatu dari saku roknya.

Mata Laura sontak melotot mengetahui bahwa benda yang dipenggang Racell adalah sebuah pisau Cutter.

Nafas Laura memburu. Jantungnya berdetak melebihi ritme biasa. Keringat dingin tiba-tiba saja keluar membanjiri tubuhnya. Ia benar-benar ketakutan setengah mati. Dan yang paling membuatnya semakin menciut, punggungnya sudah mentok menempel di dinding. 

Jarak Racell semakin mendekat dan ia mulai bersiap melakukan aksinya dengan pisau Cutter itu. "Cukup hanya dengan goresan dileher lo. Gue akan lakuin dengan cepat biar lo nggak kesakitan."

Laura benar-benar berhadapan dengan malaikat pencabut nyawa berbentuk manusia.

"Lo nggak bisa lakuin hal kayak gini ke gue cuma karna hal sepele kayak gitu!!" kini Laura yang giliran berteriak. Mencoba untuk menyadarkan Racell.

"Nggak. Pokoknya lo harus berakhir."

"Lo terlalu terobsesi sama Alardo. Jelas-jelas lo mementingkan diri lo sendiri! Lo egois Racell."

Kini, Racell berhenti tepat tiga langkah dengan Laura. Laura ingin terus mundur ke belakang jika bisa. Namun memang sudah tidak ada jalan bahkan celah sedikit pun.

"Apa... Lo punya kata-kata terakhir sebelum gue abisin?" tanya Racell pelan tanpa mengindahkan ucapan Laura.

"Punya." Laura berkata dengan gemetar. Bibirnya ngilu. Tanpa sadar ia sudah meneteskan air mata.

"Apa?"

"G-gue berharap gue bisa bilang sama Alardo kalau gue sayang sama dia. Gue udah jatuh cinta sama dia. Karna gue ngerasa bahagia dan nyaman ketika ada didekat dia. Walaupun dia udah ninggalin gue, gue masih punya rasa itu." Laura menangis pilu saat mengatakan itu. "Gue juga mau bilang, makasih sama mama-papa yang udah ngurus gue dari kecil. Gue udah banyak nyusahin mereka. Bikin mereka marah dan jengkel sama gue. Gue sayang kalian semua. Teman-teman gue, Nala dan Adara. Gue minta maaf karna udah bohongin kalian. Gue minta maaf. Gue juga minta maaf karna nggak bisa bales perasaan lo Drey, gue nggak bisa. Gue nggak punya rasa sama lo. Lo cuma sekedar sahabat lama gue, nggak lebih. Selamat tingal semuanya."

Her Secret [ End & Completed ✅]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang