"Gue di sini Ra. Gue akan selalu di sini buat lo. Gue nggak akan pergi. Janji."
Nafas Alardo memburu tepat ketika ia terbangun. Kata-kata itu terulang beribu kali dalam alam bawah sadarnya. Matanya mengerjab menyesuaikan pencahayaan disekitarnya. Saat itulah Alardo menatap ke sekeliling. Mencari jawaban ada di mana dirinya saat ini.
Warna dinding yang didominasi cream dengan banyak lukisan di temboknya. Ia tidak asing dengan tempat ini. Setelah menjelajahi semuanya ia sadar ternyata berada di kamar Veera. Apa?
Ia terkaget saat menyadari satu hal lagi bahwa tubuhnya tidak bisa bergerak. Detik berikutnya Alardo ingin mengumpat melihat dirinya terduduk di sebuah kursi dengan keadaan terikat. Kedua tangannya terlikit tali dikedua tangan kursi begitu juga dengan kedua kakinya pada kaki kursi. Berikut mulutnya juga dibekap dengan serikat kain. Satu hal yang dapat mendeskripsikan keadaan Alardo saat ini—ia terkurung di kamar milik si wanita jahanam Veera.
Alardo meronta berusaha melepaskan diri walaupun sebenarnya ia sadar ini sia-sia. Pintu masuk ruangan didepannya terbuka. Alardo berteriak namun suaranya terendam oleh bekapan yang menempel di mulutnya.
Veera bersama para pengawalnya datang berbondong-bondong mendekati Alardo. Mengelilinginya. Veera berjalan lebih dekat dihadapan Alardo dengan sorot mata yang berbeda dari biasanya.
"Kamu yang memilih agar mama bertindak kasar. Jadi ini akibatnya." Veera membuka mulut Alardo dari kain. "Jalang!!" semprong Alardo tepat saat mulutnya dapat bergerak bebas.
Veera dengan cepat mengapit dagu Alardo memuat wajah cowok itu mendongak menatap ibunya. "Jika seperti ini kamu nggak akan bisa ngapa-ngapain sayang. Bahkan untuk mencegah kematian Audrey."
Alardo membuang wajah ke samping. Ia tidak sudi melihat Veera terlalu lama. "Wanita iblis." guman Alardo. Dan Veera mendengarnya.
"Terserah kamu mau bilang mama apa. Tapi sebelum mama pergi dari hadapanmu, Mama ingin mengungkap satu fakta yang belum kamu ketahui selama ini." kepala Alardo perlahan menoleh. Veera tersenyum melihat respon anaknya yang agak penasaran.
Lalu Veera menyuruh seseorang untuk mendekatinya. Alardo mengernyit melihat orang itu. Bukankah itu orang yang sering berbicara bersama ibunya diruangan pribadinya? Seseorang yang membuat Alardo curiga karna penampilannya yang terkesan misterius.
"Kamu pernah melihat dia, saat kamu menguping pembicaraan mama dengannya mengenai Audrey." --jeda sejenak-- "Dia adalah tangan kanan mama."
Alardo tidak terkejut mengetahui fakta itu. Namun di detik berikutnya matanya seketika membulat saat Veera melontarkan kalimat yang tidak pernah Alardo duga.
"Sekaligus ayah kandungmu yang sesungguhnya."
"Maksud lo apa!" sungguh, Alardo tidak percaya itu. Jadi selama ini dia bukan bagian dari keluarga Zordan! "Gue nggak percaya. Lo mau nipu gue lagi?"
"Ini fakta." ucap Veera dengan nada rendah. Orang yang berdiri di samping Veera membuka topinya dan juga tudung Hoodie yang ia kenakan. Tampaklah wajah itu. Wajah yang hampir mirip dengan Alardo. Sialan.
"I—ini nggak mungkin." Alardo jelas syok berat.
"Vanio bukanlah ayahmu. Dan kamu tau itu artinya apa? Kita semua bukan bagian dari keluarga mereka. Walaupun mama adalah kakaknya Siska. Bukan berarti kita dapat bagian juga. Ingat itu Alardo."
Alardo memejamkan matanya sejenak. Menatap pria paruh baya yang nyatanya adalah ayahnya. Dia mendekat. Mengusap puncak kepala Alardo. Sambil berkata, "Jadi bagaimana?"
Apanya yang bagaimana?
Pandangan Alardo menajam. Menatap mereka bergantian. "Gue benci sama kalian berdua. Terutama lo," pandangan Alardo menghunus pada pria itu seakan ingin membunuhnya. "Singkirin tangan najis lo dari kepala gue."
KAMU SEDANG MEMBACA
Her Secret [ End & Completed ✅]
Roman pour Adolescents(Segera dibaca sebelum dihapus) Hidup dalam limpahan harta tak membuat Alardo Ravaella merasa bahagia. Justru ia menganggap hal itu adalah sebuah kutukan. Seorang badboy yang suka balapan liar dan nongkrong di pub, Alardo juga tidak pernah mengakui...