DFN 4

2.1K 120 4
                                    


Kevin menatap ke arah balkon dengan pandangan menerawang. Matanya tidak hentinya menatap pemandangan atap-atap dan gedung-gedung yang sebenarnya tidak indah sama sekali, apa lagi di siang bolong begini. Hari ini jadwal keartisannya tidak begitu padat hingga saat menjelang makan siang ia bisa meminta manajernya untuk mengantarnya ke sebuah ruko yang disulap menjadi toko roti milik kekasihnya untuk makan siang bersama.

Zela sedang ada di dapur yang berada di salah satu sudut lantai dua ruko untuk makan siang mereka. Tadinya Kevin berniat membantu tapi perempuan itu langsung mencegah dengan dalih takut ia akan menghancurkan masakannya yang sempurna. Sebenarnya Kevin tidak seburuk itu ketika di dapur, tapi sepertinya kekasihnya itu memang sedang ingin bermesraan dengan dapurnya.

Kevin menghela napas panjang lalu menghembuskannya berharap dengan itu membuat dadanya yang risau sedikit lega. Sejak kemarin ia dibuat kepikiran dengan tatapan mata terluka Ara. Otaknya terus menerus memutar ulang kejadian itu dan membuat kepalanya pening walau sebenarnya Kevin tidak mau memikirkannya. Sudah sangat lama sejak Kevin tidak bertemu dengan perempuan itu-dalam keadaan baik tentunya. Sebagai sesama selebriti tentunya mereka pernah tidak sengaja bertemu, tapi ketika hal itu terjadi Ara selalu mengabaikannya dan bersikap seakan ia tidak ada di sana.

Kevin ingin berteman dengan mantan kekasihnya itu.

"Ngelamun?"

Kevin menyentakkan kepalanya dan langsung tersenyum kala mendapati seraut wajah cantik milik Zela. Tangan perempuan itu sedang sibuk menatap beberapa piring berisi makanan di sebuah meja kecil yang sengaja di letakkan agak dekat dengan pintu balkon yang terbuat dari kaca.

"Aku bantuin, ya? Aku ambil gelas dulu."

Kevin langsung berdiri dan berjalan ke arah dapur lalu tidak lama kemudian kembali sembari membawa gelas. Mereka berdua mulai makan dengan menit-menit awal yang terasa senyap. Sungguh sangat tidak biasa mengingat Kevin selalu memiliki obrolan menyenangkan yang membuat waktu mereka terasa tidak pernah cukup. Merasa ini tidak biasa Zela menghela napas sesaat dengan mata menatap ke arah Kevin yang sedang menyuapkan makanan ke dalam mulutnya.

"Kamu ... lagi ada masalah, ya?"

Kevin mengerjap sejenak dengan mulut yang seketika berhenti mengunyah. Kepalanya kemudian mendongak dan menatap Zela dengan pandangan khawatir. Tadi ... kekasihnya itu bilang apa, ya?

"Kamu ... bilang apa tadi?" balas Kevin dengan suara tidak enaknya. Merasa bersalah karena tidak seharusnya melamun saat bersama kekasihnya, apa lagi yang ia pikirkan tadi Ara.

Zela menatap kekasih sekaligus sahabat masa kecilnya itu dengan kesal, tapi tak urung ia tetap menjawab. "Kamu lagi ada masalah? Nggak bisanya loh kamu ngelamun kayak gini."

Kevin berdehem sebentar, merasa mengerti tentang kekhawatiran Zela. "Sorry, aku cuma kepikiran tentang kemarin."

"Kemarin?"

"Iya, di acaranya pak Rahagi."

Wajah Zela berubah menjadi masam saat tahu apa yang Kevin maksud. Pasti yang dimaksud kekasihnya adalah saat mereka bertemu dengan Ara yang secara mengejutkan datang bersama Adit. Zela sebenarnya tidak pernah bermasalah dengan mantan kekasih Kevin itu—seingatnya memang seperti itu—jika saja perempuan itu tidak memandang dengan tatapan tidak suka sejak awal. Masih terngiang betul bagaimana Ara yang selalu memprotes Kevin ketika sedang bersamanya.

"Soal Ara?"

"Iya—tapi ini bukan soal yang bukan-bukan." Kevin buru-buru menyahut ucapan Zela begitu menyadari wajah tidak enak kekasihnya. "Aku masih nggak yakin soal berakting sama dia. Kamu ... beneran nggak apa-apa 'kan soal itu?"

DEFINISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang