DFN 25

1.2K 77 0
                                    

Walau Ara sudah membuat janji pada Adit, tapi nyatanya hal itu tidak terjadi dengan mudah. Jadwalnya selama seminggu terakhir sangat padat dan membuatnya merasa kesulitan sendiri untuk mencuri waktu bahkan untuk sekedar menelepon Adit. Akan tetapi setelah penantian panjang akhirnya Ara mendapatkan waktu yang tepat.

Selama seminggu pula Ara dibuat kesal dan bingung oleh Kevin dan Reno. Entah kenapa selama seminggu belakangan kedua pria itu secara kompak terus mengiriminya pesan-pesan bersisi gombalan receh. Untuk Kevin mungkin hal itu terasa agak biasa saja karena Ara pernah mendapatkan itu saat masa pacaran. Akan tetapi lain cerita waktu Reno yang mengiriminya pesan seperti itu. Rasanya saat membaca pesannya dari Reno, Ara serasa membaca pesan dari orang lain.

"Kak Adit!" Ara langsung melompat senang begitu pintu di hadapannya terbuka dan menampilkan sosok Adit. Rasanya seperti melihat sebuah oase di tengah panasnya gurun pasir.

Dengan segera Ara berlari ke dalam apartemen pria itu dan menariknya ke ruang tamu setelah menutup pintu. Wanita itu dengan begitu saja menghempaskan dirinya ke sofa dan menatap Adit dengan pandangan memohon. Adit mengerutkan dahinya bingung tapi akhirnya ikut duduk di samping Ara dan meraih lagi cangkir kopinya yang ia minum sedikit tadi.

"Ada apa kamu ngebet banget ketemu sama aku?"

Ara menegakkan punggungnya seketika dan menatap ke arah Adit. Ia mengangkat kedua kakinya dan melipatnya di atas sofa.

"Aku butuh banget saran kakak sebagai seorang pria!" Tanpa basa-basi dan sedikit histeris Ara menyampaikan maksudnya.

Dengan gerakan ekstra cepat Ara merogoh tas mahalnya dan segera mengeluarkan ponselnya. Tangannya bergerak cepat di atas layar dan menyerahkannya pada Adit. Pria itu masih bingung dengan tingkah Ara tapi tidak menolak ketika wanita itu menyodorkan benda persegi itu.

"Baca pesan dari Reno dan Kevin."

Adit menurut kembali kemudian mengalihkan pandangannya ke arah layar kecil itu. Beberapa saat kemudian Adit dibuat terbahak dengan rangkaian kata yang ada di hadapannya. Adit memulai dengan membaca pesan dari Reno yang namanya berada di daftar atas riwayat chat.

Aku mau kita kayak Alfamart dan Indomaret.

Ara membalas pesan itu singkat dengan, Hah?! Maksudnya?

Dan secara tidak terduga Reno menjawab, "Maksudku aku mau tiap ada aku, ada kamu juga."

Adit beralih ke chat milik Kevin yang menurutnya masih agak mendingan.

Aku pingin suatu saat kita bertukar tulang. Aku jadi tulang punggungmu dan kamu jadi tulang rusukku.

"Anjir, ini beneran Kevin yang ngirimin kamu kayak gini?" Adit bertanya masih dengan tawa dan mata yang membaca sederetan kata-kata gombal lain dari dua pria itu.

"Ih ... Kak Adit kok malah ketawa, sih?! Aku ke sini itu mau minta saran soal ini, bukan bawain kakak hiburan gratis!"

Mendengar Ara yang sudah mulai geram dengan reaksinya Adit dengan segera melipat bibirnya. Menahan sisa tawanya walau itu sama sekali tidak berhasil. Ia tertawa lagi membuat ruangan yang biasanya senyap menjadi sedikit berwarna.

"Kak Adit!"

"Oke, oke. Sabar dong Ra, aku juga lagi berusaha ngendaliin diri. Habisnya dua cowok itu lucu banget."

Ara mendengus tapi sama sekali tidak berniat menampik kata pria di hadapannya. Kalau dipikir-pikir kelakuan dua lelaki yang sangat getol mendekatinya itu memang sangat lucu atau bahkan bisa dikatakan receh. Mereka secara kompak mengiriminya pesan seperti itu seakan mereka sudah janjian sebelumnya.

DEFINISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang