DFN 21

1.2K 85 1
                                    


Ara menatap kertas di hadapannya dengan dahi berkerut. Saat ini ia sedang berada di dalam mobil van bersama Edo dan Maya sedang menuju ke gedung sebuah stasiun tv untuk promosi film bersama beberapa pemain dari film Show Love. Saat masuk mobil Maya langsung menyodorkan sebuah kertas berwarna pastel yang cantik ke arahnya. Kertas itu bukan kertas biasa karena itu adalah undangan pertunangan Kevin dan Zela.

"Kenapa kamu yang kasih?" Tidak tahan dengan rasa penasarannya akhirnya Ara mengungkapkannya.

"Ng ... itu-"

"Kamu nggak tahu, Ra? Dia 'kan lagi dekat sama asisten mantan kamu itu." Edo yang sedang menyetir menyahut membuat Maya yang ada di sampingnya langsung cemberut.

Sedangkan Ara yang baru saja mendengar perkataan itu mengerjapkan mata beberapa kali. Merasa tidak percaya dengan apa yang baru saja Edo katakan. Ia hampir setiap hari bersama Maya dan hanya sebentar mengambil libur sebentar, lalu kenapa Ara bisa ketinggalan banyak hal?

"Sejak kapan?" tanyanya kemudian setelah keterkejutannya hilang.

"Nggak tahu, sih. Kemungkinan waktu syuting film. Benar nggak, May?"

"Iya." Maya akhirnya mengaku walau dengan suara lirih dengan nada sedikit kesal.

"Nggak apa-apa kali May kamu cerita. Kita 'kan kenal udah lama."

Ucapan Ara itu hanya dibalas dengan sebuah anggukan lemah. Tampaknya asistennya itu masih malu-malu tentang kehidupan asmaranya. Mungkin karena dia masih muda dan belum terbiasa. Ara memaklumi hal itu karena ia juga pernah di posisi yang sama dengan gadis muda itu. Suasana mobil kemudian sepi hingga mobil yang membawanya sampai di sebuah gedung besar.

"Kamu turun dulu Ra sama Maya. Nanti aku nyusul." Edo berujar setelah mobil van mereka sudah sepenuhnya berhenti.

Ara dan Maya sudah bersiap-siap dengan barang bawaannya dan menguak pintu mobil. Maya sudah lebih dulu berjalan setelah mengambil alih beberapa barangnya dan melengos begitu saja, tampak masih kesal pada manajernya itu. Ara hendak mengikuti langkah Maya namun sebelum itu Edo menahannya.

"Ada apa, Kak?"

"Soal klarifikasi tentang hubungan kamu sama Aditya Darma saputra. Perusahaan udah klarifikasi kalau kalian cuma teman."

"Bagus kalau gitu. Aku juga nggak mau berita bohong kayak gitu menghambat promosi film ini."

Edo mengangguk tampak setuju dengan apa yang dikatakannya. "Kalau gitu kamu masuk dulu sana. Kasihan Maya."

Ara menuruti perkataan manajernya itu dan berjalan masuk ke lobi. Dilihatnya Maya sedang berdiri tidak jauh darinya dengan senyum malu-malu. Malu-malu? Bukannya Maya tadi kesal padanya dan Edo, lalu apa yang membuat asistennya itu berubah jadi senang? Penasaran Ara mengikuti arah pandang perempuan itu dan segera mendapati penyebabnya.

Di seberang sana ada Kevin dan juga beberapa orangnya termasuk asisten pria itu. Serupa dengan Maya, asisten yang tidak Ara ketahui namanya itu tampak menoleh malu-malu ke arah asistennya. Sesekali laki-laki itu melambaikan tangannya dan berbicara lewat gerak bibir yang kemudian dibalas Maya dengan rona merah di wajah. Sungguh kisah cinta yang amat menggelikan karena jarak mereka bahkan tidak lebih dari sepuluh meter.

"Aku pikir kamu masih ngambek."

Sesuai dugaan Maya langsung berjingkat dan menatap horor artisnya yang kemungkinan besar tahu apa yang baru saja dilakukannya. Bingung harus bersikap bagaimana akhirnya Maya memilih tersenyum salah tingkah hingga menunjukkan semua gigi depannya.

"Kamu buru-buru masuk ke lobi karena mau ngobrol jarak jauh sama asistennya Zeron? Kenapa nggak disamperin aja?"

Maya langsung menggeleng dengan sedikit panik. "Nggak berani aku, Mbak. Takut dimarahi sama mas Zeron. Kata kak Nabil belakang ini artisnya itu sering marah-marah. Sampai dia takut nanti mas Zeron kena darah tinggi."

DEFINISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang