DFN 15

1.4K 85 1
                                    


"Kakak udah tahu 'kan kalau masuk lambe jontor?"

Hari sudah beranjak malam ketika Ara menerima telepon dari Kenzie. Tadi setelah kembali ke kamar hotel ia baru menyadari ada beberapa panggilan yang tidak terjawab dari adiknya dan langsung melakukan panggilan. Tidak butuh waktu lama bagi adiknya itu untuk mengangkat teleponnya.

"Iya, aku udah tahu."

"Siapa yang ngasih tahu?"

"Kak Edo tadi sore."

"Oh ... pantes nggak kaget. Kakak sekarang di mana?"

Ara terlebih dulu melepas sepatu yang sedari tadi dikenakannya dan melemparnya ke salah satu sisi kamar.

"Di kamar hotel?"

"Sama kak Adit?"

Ara mendengus keras mendengar pertanyaan dari seberang sana. Kenzie dan mama ternyata tidak ada bedanya. Setelah melempar sepatunya di salah satu sudut kamar wanita itu berjalan ke arah ranjangnya. Menghempaskan bokongnya di atas kasur yang empuk dan sekilas mendesah lirih karena akhirnya bisa bertemu dengan sahabat karibnya.

"Nggak, lah. Emang kamu terima kalau kakak kamu hamil di luar nikah?"

Terdengar kekehan canggung dari sana. "Nggak, sih. Habisnya aku kira kak Ara beneran pacaran sama kak Adit. Soalnya mama udah berharap banget."

Wanita itu tahu untuk yang satu ini Kenzie benar. Sejak pertemuan pertama di pesta pak Rahagi, mama sudah dibuat jatuh cinta pada salah satu temannya itu hingga terobsesi menjadikannya menantu. Berbagai cara digunakan Ara untuk membuat mama mengerti jika kedekatan mereka hanya sebatas teman, tapi itu semua tidak berguna.

"Sampaikan sama mama kalau kak Adit cuma teman dekat," balas Ara akhirnya.

"Lagi?"

"Iya. Lagi."

Percakapan di antara kedua saudara itu tidak berapa lama kemudian berakhir. Dengan agak malas-malasan Ara melemparkan ponselnya sembarangan ke kasur disusul dirinya kemudian. Matanya menatap ke arah langit-langit kamar yang berwarna putih gadis lalu menghela napas panjang.

Tadi sore setelah melanjutkan acara liburan mereka di jalan Malioboro hingga hari gelap Ara dikejutkan dengan telepon dari Edo. Manajernya meneleponnya dengan suara lelah dan memarahinya. Alasannya sudah tentu bisa ditebak. Ada orang dengan tangan kurang kerjaannya memotret dirinya bersama Adit ketika berada di area candi prambanan. Di foto yang Ara lihat di akun gosip itu terlihat dirinya dan Adit yang saling menatap dan tertawa.

Siapapun yang melihatnya dari kejauhan pasti akan mengira mereka sedang bermesraan, walau sebenarnya mereka sedang bercanda. Adit tidak berapa lama juga mengetahui jika hal itu sedang menjadi perbincangan hangat di mana-mana. Pria itu mendadak merasa sangat bersalah padanya dan mengurungkan niatnya untuk menghabiskan waktu di jalan Malioboro hingga larut. Jadilah mereka tadi makan di restoran hotel.

Dan karena itu suasana hatinya menjadi buruk.

***

Jam dinding masih menunjukkan pukul dua dini hari ketika Ara terbangun dari tidurnya. Wanita itu menyampingkan tubuhnya beberapa saat sebelum kemudian duduk di tepian ranjang. Matanya yang mengantuk menatap kosong ke arah depan, membiarkan ponselnya terus berdering karena ada panggilan masuk.

Tidak berapa lama kemudian tangannya meraih benda persegi itu dengan malas-malasan. Hanya ada satu orang dalam hidupnya yang tidak lain dan tidak bukan adalah Vidia yang akan menelponnya di jam seperti ini.  Wanita indigo itu masih mempertahankan kebiasaan anehnya yang sesekali ngerumpi dengan teman hantunya bahkan setelah menikah dan memiliki anak.

DEFINISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang