DFN 5

1.9K 102 0
                                    

Jam sudah menunjukkan waktu makan malam sudah lama terlewat dan yang Ara lakukan saat ini adalah menunggui Rafael yang masih belum mau tidur

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jam sudah menunjukkan waktu makan malam sudah lama terlewat dan yang Ara lakukan saat ini adalah menunggui Rafael yang masih belum mau tidur. Bocah itu sedang berbicara entah bersama siapa dengan tubuh yang terduduk di atas ranjang mungil nan lucu miliknya sendiri. Vidia sedang melakukan ritual mandinya sejak tiga puluh menit lalu dan sebagai teman dan tamu ia dihadiahi tugas untuk menjaga Rafael sebelum temannya melakukan misi yang katanya bakal berpengaruh untuk masa depannya.

"Rafael sayang ... kamu nggak mau tidur?"

Rafael menoleh dan menatap ke arahnya dengan mata besarnya. Sesaat kemudian kepalanya menggeleng. "Ndak!"

Bocah itu kemudian kembali membelakanginya dan sibuk mengoceh dengan teman tak kasat matanya. Menyerah, Ara hanya bisa memandangi tubuh mungil Rafael dari belakang sembari tetap menjaga anak itu agar tidak jatuh. Sebenarnya apa sih yang mau dilakukan temannya itu padanya sampai ia disuruh menginap segala? Padahal kalau saja Ara langsung pulang ke rumah ia 'kan bisa santai-santai atau bahkan tidur untuk mempersiapkan hari esok yang kemungkinan besar akan sangat menyebalkan. Bukannya malah menjaga balita yang asyik bicara sama hantu.

"Rafael udah tidur?" Itu suara Vidia yang tidak berapa lama kemudian masuk ke dalam kamar dengan baju berlengan panjang yang lebih santai.

"Lihat aja sendiri. Rafael kayaknya suka banget main sama temennya yang nggak kelihatan."

Vidia tertawa renyah kemudian berjalan mendekat meraih putranya ke sebuah gendongan yang lantas membuat Rafael langsung melayangkan protes dengan jeritan kesalnya. Temannya itu tampak tidak peduli bagaimana putranya yang tetap ingin bermain dengan teman tak terlihatnya. Ini sudah sangat terlambat untuk Rafael tidur dan Vidia tidak mau membiarkan waktu tidur berharga anaknya terbuang. Balita harus punya cukup tidur untuk tumbuh dengan baik.

"Bentar ya, aku mau tidurin Rafael dulu. Entar kita ke kamar tamu."

Ara ingin membantah ucapan temannya itu namun sayangnya tidak ia lakukan. Kepala perempuan itu mengangguk lemah lantas beranjak dari kamar Rafael untuk pergi ke kamar tamu yang akan jadi tempat beristirahatnya malam ini. Tadinya Ara ingin membaringkan tubuh namun batal saat matanya menatap langit malam dari kaca jendela yang tampak baru saja dibersihkan. Perempuan itu melangkah ke sana lantas kemudian membuka jendela itu dan menyandarkan kedua lengannya di sana.

Sudah lama Ara tidak memperhatikan dengan benar bagaimana bintang bersinar di atas langit malam. Bintang yang jumlahnya tidak banyak, tapi cukup mampu memberi rasa tenang di benak Ara ketika menatapnya bersamaan dengan udara malam yang terasa begitu sejuk. Diam-diam wanita itu mengapresiasi hobi temannya beberapa tahun terakhir yang suka mengkoleksi berbagai tanaman di pekarangan rumahnya.

"Lama ya nunggunya?"

Ara berbalik lantas mendapati Vidia yang melongokkan kepalanya dari balik pintu. Kepalanya menggeleng untuk menjawab yang lantas disambut dengan Vidia dengan semakin masuk ke dalan kamar dan duduk di atas ranjang. Tangannya kemudian bergerak menepuk spot kosong di hadapannya mengisyaratkan Ara untuk mendekat ke arahnya.

DEFINISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang