DFN 27

1.1K 76 0
                                    


Ara menghembuskan napasnya lega begitu punggungnya bertemu dengan sandaran sofa yang empuk. Syuting iklan yang dijalaninya hari ini sudah berjalan hampir setengah. Saat ini baik dirinya maupun kru yang lain sedang mengistirahatkan diri untuk beristirahat. Sembari menyandarkan tubuhnya sebentar pikiran Ara berlarian ke mana-mana. Salah satunya tentu pikiran senang tentang bagaimana suksesnya film Show Love walau Kevin hanya ikut promosi di hari-hari terakhir akibat pemberitaan tentang mantannya itu, sedangkan salah satunya tentang bagaimana dengan bodohnya Ara menutup matanya untuk memberi Kevin kesempatan masuk lebih dalam tidak hanya dalam hidupnya tapi juga hatinya.

Intinya pikirannya sekarang dipenuhi dengan Kevin.

"Mbak, ini nasi kotaknya."

Ara mendongakkan sedikit kepalanya dan langsung disambut dengan wajah lelah Maya yang menyodorkan nasi kotak ke arahnya. Ia menerimanya dengan wajah yang sama lelahnya. Untuk saat ini Ara sedang malas makan siang di restoran atau manapun. Pikirannya sedang penuh dan ia pikir hal terbaik untuk membuat pikirannya menjadi lebih rileks adalah dengan duduk dan makan nasi kotak di pojokan seperti yang saat ini dilakukannya.

"Makasih. Punya kamu mana?" tanya Ara saat menyadari jika Maya hanya membawa satu kotak hanya untuknya.

"Aku lagi diet, Mbak. Timbanganku naik kemarin, jadi aku bawa bekal sendiri."

Ara tidak mengomentari lebih lanjut apa yang baru saja Maya ucapakan. Baginya wajar bagi seorang wanita diet saat timbangannya naik, apa lagi bagi asistennya yang saat ini sedang dalam masa pendekatan dengan seorang laki-laki. Ia pun dulu juga seperti itu saat masa awal-awal dekat dengan Kevin. Ara masih ingat betul bagaimana dengan usaha kerasnya berusaha untuk menjaga pola makannya usai berat badannya turun drastis pasca diet ketat yang langsung diawasi oleh dokter.

"Mbak, ada telepon."

Ara yang tadinya hendak menyuapkan nasi ke mulutnya mendadak menghentikan gerakannya. Kepalanya tersentak ke samping dan secara reflek meraih ponsel yang disodorkan asistennya. Tadinya Ara bereaksi biasa saja karena kemungkinan yang menelponnya saat syuting adalah mama, tapi wajahnya langsung berubah begitu membaca sederet nama Reno di sana. Wanita itu berdehem untuk melegakan tenggorokannya karena bagaimanapun ia sama sekali tidak berekspektasi kalau Reno akan menelponnya di jam seperti ini. Biasanya mereka saling bertukar suara ketika malam hari.

"Reno? Tumben kamu nelepon jam segini. Ada apa?"

Terdengar jeda yang cukup jelas kemudian hingga sesaat membuat Ara sempat mengira sambungan teleponnya terputus.

"Ren? Kamu ... masih di sana, kan?" tanya Ara lagi setelah mengecek jika ternyata sambungan telepon masih terus berjalan.

"Iya, aku masih di sini."

"Kamu kenapa, sih? Nggak biasa banget diam begini waktu telepon aku."

Lagi, jeda itu terjadi walau tidak lama karena sebelum Ara mengira sambungan itu terputus suara Reno terdengar lagi melalui gendang telinganya.

"Aku cuma pingin dengar suara kamu."

Hanya enam kata dan Reno seketika mampu membuat pipinya menghangat hingga membuat Maya yang duduk di sampingnya mengernyitkan dahi. Mendengar itu jantung Ara kontan berpacu lebih cepat dan mendadak suasana di sekitarnya memanas.

"Apaan sih, Ren. Kamu aneh banget, kemari malam kita baru aja ngobrolin tim sepakbola favorit kamu sama tas baru aku yang baru datang dua hari yang lalu."

Apa yang dikatakan Ara memang benar. Kemarin malam keduanya berbincang via telepon mengenai tim sepak bola favorit Reno yang berhasil menang telak dengan tidak memberi kesempatan pada tim lawan untuk mencetak skor. Ia sebenarnya bukan penggemar berat olah raga, tapi mendengar Reno begitu antusias dan semangat entah kenapa membuatnya senang. Setelahnya pembicaraan mereka beralih pada tas branded pesanannya yang baru saja tiba dari benua biru sana. Ara bersumpah jika saja Kenzie yang menjadi lawan bicaranya, adiknya itu pasti sudah keburu membanting ponselnya, tapi itu sama sekali tidak terjadi pada Reno. Dia mendengarkannya dengan keantusiasan yang tetap bertahan.

DEFINISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang