DFN 10

1.5K 94 0
                                    

Sejak kemarin Ara sudah tidak lagi tidur di kamarnya sendiri melainkan di sebuah rumah yang cukup besar dan nyaman di luar ibu kota. Ia tidak sedang pindah rumah, berlibur atau apapun melainkan sedang menjalani syuting. Rumah ini disewa manajernya sebelum Ara sampai di sini bersama Maya dan beberapa timnya yang lain dan lokasinya juga cukup dekat dengan lokasi syuting.

"Mbak Ara mau sarapan apa?"

Mata Ara yang tadinya menatap ke arah ponselnya langsung teralih pada Maya yang baru saja keluar dari dapur. Asistennya itu berjalan ke arahnya dengan wajah segar walau masih menggunakan kaus kebesaran dan celana pendek, sama seperti dirinya.

"Terserah kamu, deh. Apa aja yang penting enak."

Maya menghembuskan napasnya lega begitu mendengar jawaban Ara. Kulkas di rumah ini kemarin sudah sempat diisi walau hanya dengan beberapa bahan saja. Untungnya atasannya ini tidak memintanya sarapan aneh-aneh jadi mereka bisa semakin cepat pergi ke lokasi syuting.

"Mbak aku lupa ngasih tahu sesuatu." Maya yang tadinya sudah akan kembali ke dapur langsung berbalik begitu mengingat sesuatu.

"Ngasih tahu apa?"

"Tadi ada salah satu kru yang nelepon aku, katanya mulai hari ini syutingnya mungkin selesainya lumayan larut. Cuma ngasih tahu aja, siapa tahu mbak ada yang mau disiapin."

Ara tersenyum. "Sip, kalau gitu aku ke kamar dulu. Mau nyiap-nyaipin."

Perempuan itu kemudian bangkit dari kursinya dan berjalan ke arah kamar yang akan ditinggalinya selama beberapa minggu ke depan. Sembari menyiapkan barang-barangnya sendiri angan Ara kembali memutar memori yang terjadi kemarin. Tentang pertemuannya kembali dengan Kevin dan bagaimana Ara yang tetap harus berakting walau tidak di depan kamera.

Ya, Ara sebisa mungkin bersikap baik pada Kevin seakan mereka adalah rekan yang baru saja mengenal dan berusaha saling menyelami karakter masing-masing untuk film mereka. Hari kemarin sungguh semakin memuakkan dam semakin menjadi sangat memuakkan kala ada beberapa kru yang memandangnya sinis sembari berbisik-bisik menyebut nama 'Zela' ketika ia baru saja melakoni adegan yang melibatkan kontak fisik. Tapi pada akhirnya Ara memutuskan untuk mengabaikan kata-kata para kru wanita itu.

Beberapa jam kemudian Ara sudah tidak lagi berada dalam rumah sewaannya melainkan di lokasi syuting. Tempat itu sudah sangat ramai dengan para kru dan juga beberapa fans yang terlihat menunggu dan sekedar melihat para pemain beraksi. Ara sedang duduk di sebuah kursi di bawah pohon menunggu seorang make up artist yang memperbaiki riasannya sebelum kembali beraksi di depan kamera sang sutradara. Tidak jauh dari perempuan itu Kevin, sang lawan main sedang berdiri dengan ponsel yang menempel di telinga.

Palingan juga nelepon pacarnya, batin Ara tidak peduli.

Syuting dimulai kembali tidak berapa lama kemudian. Semua kru bersiap-siap berada di posisi di mana ia dibutuhkan sedangkan pemain yang akan beraksi di depan kamera sudah mulai bersiap-siap dengan naskah yang ada di tangan masing-masing. Pemandangan ini membuat Ara tersenyum senang, diam-diam berharap apa yang sedang dikerjakannya sekarang akan menghasilkan sesuatu yang menguntungkan baginya.

Syuting hari itu secara keseluruhan berlangsung dengan menyenangkan bagi Ara walau ada satu hal yang menyentil hatinya. Tadi lagi-lagi secara tidak sengaja ketika Ara sedang meminum air mineral beberapa kru wanita dengan bodohnya membicarakannya ketika mereka berada tidak jauh darinya. Sempat terpikir di benak Ara jika sekumpulan penggosip itu sedang tidak menyadari keberadaannya.

"Beruntung banget ya kita akhirnya bisa ngelihat Zeron secara langsung."

"Hihihi.... Iya, ganteng banget, ya?"

DEFINISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang