DFN 26

1.1K 76 0
                                    

Pada akhirnya Ara tetap mengikuti apa yang diucapkannya secara spontan. Itu. Perkataan yang entah kenapa bisa keluar seenaknya tanpa bisa dikendalikannya. Dan jadilah saat ini ia duduk di kursi samping kemudi dengan Kevin yang berada di sampingnya setelah tadi memberi kabar pada Adit bahwa akan pulang bersama Kevin.  Ya, Ara tidak perlu memberi tahu Adit kalau sekarang sedang bersama Kevin. Karena kalau sampai itu terjadi bisa-bisa Adit menghujatnya karena berkencan dengan dua pria sekaligus.

Tunggu—ini bukan kencan, kan?

"Jujur aja, aku sama sekali nggak nyangka kalau kamu ngajakin aku keluar sekarang. Rasanya ... kayak mustahil banget."

Ara menoleh mendengar suara itu. Sebenarnya kalau bisa ia juga ingin mengangguk dengan sekuat tenaga membenarkan ucapan Kevin barusan.  Namun Ara terlalu jaim untuk itu dan akhirnya apa yang bisa dilakukannya hanyalah tersenyum.

"Aku cuma lagi pengen ke sana lagi. Nggak apa-apa 'kan kalau aku ajak Kak Kevin?"

Kevin menoleh lagi kearahnya dengan wajah yang masih sama berserinya dengan tadi. Setelahnya pria itu buru-buru kembali menatap ke arah depan untuk melihat jalan. Bisa gawat kan nanti kalau Kevin menabrak sesuatu karena menatap ke arahnya terus.

Tidak lama mereka sampai di taman tempat di mana mereka sering bertemu dulu. Sebagai sepasang kekasih. Hari sudah beranjak dari sore ke malam saat Kevin memarkirkan mobilnya di spot yang cukup lenggang. Tampaknya mereka cukup beruntung karena hari ini taman itu tidak seramai akhir pekan. Ara menghela napas di atas kursi yang didudukinya. Untuk sesaat wanita itu memikirkan apakah yang dilakukannya sudah benar. Selain itu ada sebuah hal yang dari tadi mengganjal di hatinya.

Bagaimana nasib pendekatannya bersama Reno?

***

Kevin berusaha mensejajarkan langkahnya dengan milik Ara yang tentunya lebih pendek darinya. Sebisa mungkin pria itu berusaha untuk tidak melakukan hal yang bisa membuat wanita itu merasa tidak nyaman berada di dekatnya. Rencananya Kevin akan mengajak Ara untuk pergi ke salah satu sudut sepi yang sering mereka kunjungi dahulu.

"Aku seneng bisa ke sini lagi. Apa lagi bareng sama kamu," ujar Kevin berusaha untuk membuat suasana semakin nyaman dengan berbasa-basi.

Ara tidak langsung menjawab dan terlebih dulu duduk di atas rerumputan nyaman yang berada ada di bawah pohon. Tidak berapa lama kemudian pria yang sedari tadi bersamanya itu ikut duduk bersamanya dan menatap ke arahnya. Tampak menunggu jawaban dari pertanyaan yang dilemparnya tadi.

"Aku juga seneng bisa ke sini lagi."

Kevin tersenyum mendengarnya lalu tidak lama setelahnya ikut duduk bersama mantan kekasihnya itu. Duduk bersama memandang langit yang secara perlahan menelan semua warna jingga yang ada dan menggantinya dengan warna pekat yang dihiasi beberapa bintang. Langit di atas mereka memang tidak begitu indah karena tertutup dengan kabut polusi akan tetapi hal itu tidak menjadi masalah buat Kevin. Ia bahagia saat ini di samping seseorang yang sudah ia cintai sejak dulu dan mungkin untuk selamanya.

"Boleh aku tanya sesuatu?"

Kevin menyentakkan kepalanya ke samping dan mendapati Ara masih menatap ke arah langit yang sedikit dihalangi oleh ranting dan daun-daun dari pohon besar di atasnya.

"Apa?"

"Tentang Zela."

Kevin tidak tahu jelas apa yang sedang Ara pikirkan, akan tetapi mendengar nama Zela disebut ia bisa menebak ke mana pembicaraan ini akan berlanjut. Semoga saja tidak akan ada pertengkaran yang tentu saja sama sekali tidak Kevin inginkan. Pria itu menghela napasnya panjang lalu mengalihkan pandangannya yang semula menatap ke arah langit menuju ke arah wanita pujaannya.

DEFINISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang