DEFINISI

DFN 6

Kevin sudah sampai di gedung milik pak Rahagi sejak lima belas menit yang lalu dan sedang duduk di sebuah ruangan yang memang disediakan untuk kepentingan hari ini. Entah ini hanya perasaannya atau jangan-jangan ia datang terlalu awal? Bukan tanpa alasan kenapa Kevin berpikir demikian. Ruangan ini belum terisi dengan benar dan sebagian pemain yang lain masih belum datang.

Mungkin karena ia terlalu antusias untuk memulai debut aktingnya, pikir Kevin kemudian disertai dengan hembusan napas panjang.

"Bil, bisa minta tolong nggak?" Kevin memiringkan wajahnya dan melirik ke belakang di mana ada seorang laki-laki kurus bernama Nabil yang merupakan asistennya.

Laki-laki itu dengan sigap langsung berdiri dan berjalan beberapa langkah ke arahnya. Merasa apa yang dikatakan Kevin tidak seharusnya didengar oleh banyak orang apa lagi rekan sesama selebritis tubuh Nabil dengan sigap sedikit membungkuk.

"Ada apa, Kak?"

Kevin berpikir sebentar. "Habis dari sini jadwal gue selanjutnya apa?"

Sungguh pertanyaan yang sebenarnya sangat tidak berfaedah menurut Kevin. Pasalnya ia sendiri tidak pernah peduli dengan jadwalnya karena sudah sangat percaya pada manajer yang akan mengatur dengan baik untuknya. Seperti selama ini yang terjadi, tapi berhubung lelaki itu sedang bingung melakukan apa maka terjadilah hal yang tidak biasa ini.

Nabil mengerutkan alisnya sekilas tapi pada akhirnya tidak ambil pusing. "Kata mas Fadil nggak ada, Kak. Katanya sih pak Rahagi minta setelah pembacaan naskah kak Zeron kenalan gitu sama Araisha Nuansa. Biar chemistry-nya kebangun gitu."

Reaksi pertama Kevin begitu Nabil selesai bicara adalah menoleh sempurna ke arah asistennya itu dan membelalakkan matanya pada bukaan maksimal. Apa ia tidak salah dengar barusan?!

"Ke ... nalan sama Araisha Nuansa?"

Nabil mengangguk dengan dibarengi wajah iri yang perlahan muncul di permukaan wajahnya. "Iya, kakak beruntung banget bisa kenalan sama dia. Aku rasa nih Kak, Araisha Nuansa itu definisi yang tepat buat artis multitalenta. Udah cantik, aktingnya bagus, terus suaranya bagus lagi."

Kevin tersentak mendengar pernyataan Nabil barusan. Ia sangat tahu kalau mantan kekasihnya itu memiliki suara yang merdu. Dulu saat masih memiliki hubungan mereka kerap kali menghabiskan waktu dengan bernyanyi bersama lagu favorit mereka. Satu hal yang Kevin tahu adalah tidak banyak orang yang tahu tentang bakat menyanyi Ara, tapi bagaimana Nabil bisa tahu?!

"Kok lo tahu sih Ara bisa nyanyi?"

Dahi Nabil berkerut aneh dan wajahnya menunjukkan kalau pertanyaannya itu sama anehnya dengan menjumpai beruang kutub di hutan afrika.

"Ya tahu, lah. Araisha 'kan pernah ngisi soundtrack di salah satu filmnya. Masa kakak nggak tahu, sih? Coba dengerin deh. Enak loh lagunya."

Kevin bergeming, tidak menjawab sama pertanyaan yang asistennya itu lontarkan. Penasaran dengan apa yang sedang dipikirkan Kevin, laki-laki itu hendak mencolek bahunya tapi batal ketika melihat beberapa selebriti masuk ke dalam ruangan.

"Aku ke sana dulu, Kak. Udah pada dateng soalnya," lanjut Nabil kemudian dengan cepat berbalik tanpa memedulikan bagaimana Kevin tersentak dan gelagapan sendiri akibat itu.

Apa yang dikatakan Nabil benar karena begitu kepalanya tertoleh ke arah pintu beberapa aktor dan aktris masuk ke dalam ruangan, termasuk Ara. Perempuan itu masih secantik yang diingatnya dulu. Dengan celana jins dan kaus panjang penampilan Ara yang seperti itu selalu menjadi favoritnya. Tampak cantik dan sederha-tunggu! Kenapa ia malah memuji mantan kekasihnya?!

Ini sama sekali tidak benar!

Kevin berdehem lirih untuk menenangkan dirinya lantas memperbaiki duduknya menjadi lebih tegak. Dari pada kepalanya berpikiran yang tidak-tidak, tangan laki-laki itu kemudian memutuskan meraih naskah di hadapannya. Membacanya dengan kepala sedikit tertunduk lalu beberapa kali terangkat ketika ada seseorang yang menyapanya dan tersenyum hingga beberapa saat kemudian kursi di sampingnya sedikit bergeser.