DFN 12

1.5K 87 2
                                    

Pagi ini sedikit berbeda dengan beberapa hari ke belakang. Alasannya tentu kehadiran Kenzie di rumah sewaan ini bersama timnya. Maya jadi harus memasak sarapan dengan jumlah ekstra untuk beberapa orang. Untungnya ada beberapa orang di tim Kenzie yang bersedia membantu asistennya itu.

"Kak, boleh tanya sesuatu nggak?" Suara Kenzie mendadak terdengar ketika Ara baru saja menyuapkan sarapannya beberapa sendok.

"Apa?" tanyanya setelah makanan di mulutnya sepenuhnya tertelan.

"Gimana syutingnya?"

Dahi Ara mengernyit mendengar pertanyaan itu. Memangnya sejak kapan Kenzie begitu perhatian padanya dan menanyakan bagaimana pekerjaannya.

"Tumben kamu tanya soal kerjaan kakak."

Kenzie tidak menjawab pertanyaan Ara. Jawaban itu justru ia dapatkan ketika Maya masuk ke ruang makan dan duduk di sebelahnya. Perempuan itu menatap Kenzie sebentar lalu menggelengkan kepalanya beberapa kali.

"Aku tahu kenapa, Mbak."

Pandangan Ara kini beralih pada Maya. "Memangnya apa?"

"Mas Kenzie sebenarnya mau tanya kabar rivalnya. Iya 'kan, Mas?"

Sepertinya jawaban Maya mengenai sasaran yang tepat karena begitu kalimat itu selesai Kenzie langsung mendengus keras-keras. Ngomong-ngomong soal itu bagaimana Ara bisa lupa kalau Zeron adalah rival sejati adiknya. Mengingat itu mendadak Ara jadi memiliki sebuah ide untuk menggoda Kenzie.

"Syutingnya lancar, kok. Zeron juga aktingnya bagus jadi nggak ada kendala yang berat."

"Kakak pasti bohong, kan? Aku tahu aktingnya dia itu ancur seancur-ancurnya. Udah ah! Aku mau mandi dulu. Nanti telat." Kenzie yang tadinya sibuk meminum kopi miliknya mendadak berdiri dari kursinya. Wajahnya jelas kesal dengan apa yang baru saja ia katakan.

Ternyata anak itu masih sama saja. Menganggap Kevin sebagai rival yang perlu dikalahkan. Sembari Kenzie berjalan keluar Maya terdengar cekikikan mendengar jawaban serta respon laki-laki itu tadi. Akan tetapi cekikikan itu tidak bertahan lama ketika adiknya mendadak berbalik dan mendekat ke arahnya.

"Apa aku perlu ikut kelas akting, ya?" tanya Kenzie dengan antusias dengan nada yang intens.

Ara memicingkan matanya bingung. "Ikut ... kelas akting? Buat apa?"

Kenzie berdecak seakan apa yang baru saja dikatakannya adalah sebuah keanehan. "Ya buat-"

"Buat nyaingin Zeron, kan?" Sebelum Kenzie bisa menyelesaikan ucapannya Maya lebih dulu menyahut dan langsung dibalasnya dengan dengusan keras.

"Nggak!"

Ara terkekeh dengan sikap Kenzie yang kekanakan begitupun juga Maya. "Kayaknya kamu nggak perlu terjun ke dunia akting."

"Kenapa? Tampangku nggak cocok ya jadi aktor? Tapi kalau emang kayak gitu harusnya Zeron nggak bisa dong ya terjun ke dunia aktingnya."

"Kenapa?" Ara dan Maya menjawab dengan kompak.

"Ya karena dia lebih buluk dari pada aku," balas Kenzie yang diakhiri dengan tawa jahat yang membuat kedua perempuan itu berdecak.

Ternyata adiknya ini masih belum dewasa.

***

Percakapannya tadi pagi dengan Kenzie tanpa Ara sangka berbuntut panjang. Sejak tadi sudah beberapa kali ia ditegur sutradara akibat gagal konsentrasi. Akibatnya setelah obrolan pagi itu Ara tidak hentinya memikirkan Kevin yang berbuntut pada adegan saling cium kemarin. Untungnya hari ini ia dan Kevin syuting di lokasi yang berbeda hingga Ara tidak perlu merasa canggung dengan laki-laki itu.

DEFINISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang