DFN 32

848 65 0
                                    

Hari sudah menunjukkan tengah hari tapi Ara masih harus berdiri di depan kamera fotografer. Sudah sejak pagi ia melakukan ini dan entah kenapa sampai sekarang belum selesai juga. Wajahnya kusut ketika sudah duduk di sebuah kursi ketika waktu makan siang tiba. Suasana studio foto itu ramai, dan semakin ramai karena bukan hanya dirinya yang menjalani pemotretan bersama. Ara melakukan pemotretan dengan seorang aktris senior Indonesia. Di awal keduanya berpose bersama, menunjukkan kedekatan antara senior dan junior lalu dilanjut dengan pemotretan individu.

Ara yang notabennya adalah seorang junior memilih melakukannya di akhir hingga membuatnya kakinya legal karena terus-menerus berdiri. Maya tidak lama kemudian mendekat dengan membawa kotak putih dan botol mineral yang berembun. Ara menyambut dengan mata berbinar hingga kedua benda itu sudah mendarat di pangkuannya. Untuk saat ini ia tidak memiliki waktu yang cukup untuk makan siang di luar dan akan lebih baik ia segera menyelesaikan ini.

"Kata kak Edo habis ini selesai kak Ara udah boleh pulang."

Ara yang sedang meneguk air dan langsung tersedak mendengar ucapan Maya. Tangannya memukul-mukul dadanya pelan hingga batuknya mereda. Setelah mampu menetralkan pernapasannya perempuan itu menatap ke arah asistennya dengan tidak percaya. Seingatnya setelah ini mereka harus pergi ke salah satu stasiun televisi untuk syuting suatu program di mana Ara menjadi bintang tamunya.

"Bukannya setelah ini masih ada syuting, ya?"

"Tadinya gitu, sih. Sayangnya progamnya lagi bermasalah, jadi kayaknya sana yang batalin."

"Hah? Kok bisa?"

"Nggak tahu, kemungkinan kata kak Edo malah bakal bubar acaranya."

Ara meletakkan botol berembunnya ke sebelah kursi yang didudukinya lantas mulai membuka kotak makan siangnya. Matanya masih mengarah pada Maya yang walau lelah masih terlihat bersemangat. Mungkin itu karena efek sedang jatuh cinta.

"Bukannya acaranya selalu dapet rating bagus, ya?"

"Iya, tapi sayangnya sering banget kena tegur KPI. Tapi kita lihat sisi baiknya aja, Mbak Ara kan jadi bisa istirahat setelah ini."

Ara manggut-manggut menyetujui lantas mendesah lega karena membayangkan bisa segera pulang ke rumah. Sikap mama sejak kemarin malam sudah mulai melembut padanya, walau wanita itu masih menunjukkan wajah kesalnya. Tidak apa, lagi pula lambat laun mama akan memaafkannya. Itu satu-satunya hal yang bisa dilakukannya sekarang karena mengubah masa lalu sungguh sangat tidak mungkin.

"Kalau gitu setelah ini kamu bisa pulang dan ketemu pacar kamu. Atau ... masih mau bareng aku sama kak Edo?"

"Kayaknya bareng aja deh, Mbak. Pacarku lagi nggak bisa diajakin kemana-mana. Katanya belakangan ini Zeron selalu minta temenin kemanapun."

Ara sebenarnya penasaran namun memutuskan untuk tidak bertanya. Akan sangat gawat jika ada yang mendengar percakapan mereka jika saja ia memutuskan untuk lanjut membahas Kevin. Bisa-bisa akan timbul gosip jika dirinya adalah penyebab keretakan hubungan Kevin dan Zela hingga akhirnya memunculkan julukan yang sedang populer sejak tahun kemarin. Pelakor.

"Kalau gitu gimana kalau nanti kita jalan? Udah lama juga kan aku nggak ngasih bonus ke kamu?"

Bonus yang Ara maksud sendiri adalah mengajak Maya berbelanja dan membayar apapun yang asistennya itu ambil. Tentu saja setelah mendengar itu mata Maya berbinar dengan kepala mengangguk-angguk.

"Iya, Mbak. Tapi ... ini beneran?"

"Emang aku pernah bohong ke kamu soal bonus ginian?"

Kalau dipikir memang tidak pernah. "Nggak."

DEFINISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang