DFN 23

1.3K 78 1
                                    

Perpisahan itu benar-benar terjadi dan tentu saja hal itu membuat publik heboh. Tepat beberapa hari setelah pertemuannya dengan Zela, perusahaan mengumumkan jika hubungan mereka sudah berakhir dan otomatis itu membuat pertunangan mereka yang tinggal menghitung hari batal.

Nabil mungkin adalah satu-satunya orang yang mengetahui jika ia adalah orang yang membuat hubungan mereka kandas. Namun yang publik ketahui adalah Zela yang memutuskan hubungan mereka secara sepihak. Wanita itu bahkan masih saja melindunginya setelah Kevin menyakitinya sedemikian rupa pada publik.

"Vin, makan yuk! Mama udah siapin makanan buat kamu."

Kevin merasakan sebuah sentuhan di bahunya diikuti oleh goncangan ringan tangan mama. Pria itu tidak menggubrisnya dan dengan begitu saja menepis tangan mamanya lalu menarik selimut hingga menutupi seluruh tubuhnya. Karena kejadian ini perusahaan dengan baik hatinya memberi liburan mendadak dan membuatnya harus absen dari kegiatan promosi film perdananya.

"Vin ... jangan gini dong, Nak. Ayo bangun, papa udah nunggu lo di meja makan."

Jauh di dalam dirinya Kevin sangat bersalah karena membuat papa dan mama berpikir buruk tentang Zela. Sungguh ia merasa sangat tidak pantas menerima perlakuan seperti ini dari kedua orang tuanya yang setiap hari rutin mengunjungi apartemennya. Seharusnya orang tuanya pergi ke rumah Zela dan meminta maaf akan kelakuan buruknya pada sahabat sedari kecilnya itu.

"Ya udah kalau gitu, mama sama papa makan malam duluan." Suara mama terdengar lagi kali ini diikuti oleh suara pintu yang tertutup tidak lama kemudian.

Hembusan napas lega kemudian keluar dari hidungnya diikuti dengan selimut yang kemudian Kevin singkap. Pria itu kemudian mendudukkan dirinya dan menyandarkan punggung di kepala ranjang. Matanya menatap jauh ke arah langit-langit begitu lama hingga kemudian rasa bersalah itu kembali menguat dari balik dadanya.

Ting!

Pandangan Kevin spontan menuju ke arah nakas saat ponselnya mengeluarkan bunyi. Segera tangannya terulur menggapai benda itu dan segera mengecek pesan itu. Wajahnya yang beberapa hari terlihat kusut itu untuk pertama kalinya disinari oleh kebahagiaan setelah mengetahui jika yang baru saja mengirim pesan adalah Ara. Mantan kekasihnya yang setelah sekian lama baru Kevin sadari jika masih mencintainya.

Aku ikut sedih dengar pemberitaan tentang kakak. Semoga aja Kak Kevin kuat menghadapi ini. Aku bakal selalu dukung Kakak.

Senyum Kevin kian lebar setelah membaca tiga kalimat itu. Mungkin ini terlihat berlebihan, tapi ia tidak akan peduli hal itu karena ini adalah kali pertamanya Ara mengiriminya pesan terlebih dahulu. Euforia dalam diri Kevin mungkin akan semakin manjadi-jadi dan membuatnya melompat-lompat di kasur jika saja notifikasi lain tidak masuk ke ponselnya. Ia segera memeriksanya dan bibirnya langsung turun setelah mengetahui siapa yang baru saja mengiriminya pesan.

Itu pesan dari Zela ... dan membaca nama wanita itu saja mampu membuat perasaan bersalah itu kembali menguasai hati Kevin. Jari Kevin lalu bergerak membuka pesan itu dan apa yang tertulis di sana mampu mengurangi sebagian besar rasa bersalahnya pada sahabatnya.

Kamu nggak perlu khawatir sama aku. Aku baik-baik aja.

Hela napas panjang kembali keluar dari hidungnya. Meskipun pesan yang dikirim Zela sama sekali tidak menunjukkan jika wanita itu telah memaafkannya, tapi ada hal yang patut Kevin syukuri. Setidaknya wanita itu masih sudi untuk mengiriminya pesan dan menyuruhnya untuk tidak khawatir.

Suasana di kamarnya begitu hening. Hanya hela napas dan suara samar mama dan papa yang terdengar dari pintu yang sedikit terbuka. Salah satu kebiasaan mama yang sebenarnya kurang Kevin sukai. Orang bilang di saat kita tidak melakukan apapun kita akan memikirkan banyak hal sekalipun itu hal sepele. Kevin melakukan itu sekarang, dan melakukannya membuat ia menyadari banyak hal.

DEFINISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang