Ini adalah seri kedua dari persahabatan Divya dan teman-temannya. Seri kedua #marriedsoon
Yang menceritakan kisah dari Kaneshia, sahabat Divya yang lain.
(Jadi biar nggak bingung, baca Story Of Divya dulu ya, Bestie!)
...
Life. Romance. Friendship. Marriage. Humanity. Religion
...
Kubuka dengan Bismillah
♡♡♡
Malam Interogasi
Jangan tanya kapan menikah, biar pun orang itu sudah punya gandengan. Tetap nggak sopan, walau dalihnya 'cuma megingatkan!'—Korban LDR
Aku baru menyelesaikan tugas domestik di apartemenku, menyetrika baju dan membereskan lemari pakaian yang isinya berjubel. Jangan salahkan aku yang doyan belanja, salahkan diskonan tiap akhir bulan yang gila-gilaan!
Sayup-sayup telingaku mendengar suara tv dan seseorang tertawa sendirian, aku melongok dari pintu kamar. Di ruang tengah ada Noya sedang asyik menonton acara lawakan anak muda sambil ngemil makananku, yang ia ambil dari salah satu lemari di pantry. Habis sudah stok camilanku kalau anak itu menginap di sini, rugi bandar. Aku melangkah keluar setelah pekerjaanku beres semua, lalu mengambil duduk di sebelah Noya.
Aku melirik jam bulat di dinding, waktu baru menunjukkan pukul sembilan malam, tapi sudah dua bungkus keripik singkong dan sebungkus keripik kentang tandas di dalam perut anak sepupuku ini. Dia termasuk jenis perempuan yang abai soal ukuran dan berat badan, tidak peduli lagi berapa kalori yang masuk ke dalam tubuhnya di atas pukul delapan. Hebat! Jangankan keripik singkong, ubi, dan kentang, nasi bebek saja dia lahap sampai-sampai hanya menyisakan tulang di atas bungkusan.
Sejak aku duduk, remote sudah dalam penguasaanku. Noya diam saja atas kelakuanku menggonta-ganti saluran tv seenaknya. Aku bosan menonton komedi, lucunya terkadang maksa. Ah, itu selera juga sih. Aku dan Noya memang tidak bisa dibilang mirip, terlalu banyak perbedaan mulai dari merek baju, sepatu, tas, sampai kosmetik yang kami pakai, kecuali masalah perut. Kami sama-sama sepakat kalau nasi bebek itu makanan terenak setelah rendang.
Film yang dibintangi oleh Dwayne Johnson sedang menayangkan iklan, aku menyenderkan tubuh ke sofa. Sudut mataku melirik Noya yang masih sibuk mengunyah, seperti terserang rasa lapar yang luar biasa hebat, tidak berhenti sejak tadi.
"Besok nimbang badan deh!" kataku ketus. "Untuk ukuran lo yang nggak terlalu tinggi, sorry. Tapi, sebaiknya berat badan lo itu kurang dari 50 kilogram!" jelasku peduli. Aku memang amat sangat sensitif kalau soal penampilan.
Noya tersedak camilannya, aku buru-buru mendekatkan mug di atas meja. Merasa bersalah.
"Selesai ngocehnya?" Noya meremas bungkus keripik terakhir, yang keempat!
"Udah," jawabku sambil mengangguk.
"Gantian gue yang mau ngomong, dari kemarin pengin tanya sesuatu tapi lo sibuk kerja terus." Noya membenarkan posisi duduknya. Kini bola matanya terus mengawasiku.
"Tanya aja, nggak masalah. Asal jangan tanya kapan gue nikah, gue cekik lo!" ucapku sambil tertawa, jelas itu bercandaan dua orang yang cukup dekat.
Noya menggeleng sebentar lalu menatapku curiga, seperti akan menodong sesuatu. "Lo sama Rehan pacaran?" tanyanya tiba-tiba.
"Whaaaattt?" Aku melotot tajam, menahan jeritan. Dan langsung memperbaiki posisi dudukku, lebih tegak.
"Iya, kalian sudah jadian 'kan?" cecar Noya, sambil sibuk mencari remahan keripik di bungkus lain. "Sama gue aja nggak jujur, sudah ketahuan deket gitu!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Lebih Dari Apapun
Chick-LitKehidupan tak semulus selembar kertas putih, karena pada akhirnya banyak coretan tinta berbagai warna di atasnya. Itulah kehidupan yang aku jalani. Aku mencintai kekasihku, Ian. Sayangnya, jarak membentang terlalu jauh. Hari-hariku malah terjebak be...