17- Bad Things

4.6K 535 16
                                    

Yoongi memarkirkan mobilnya di halaman rumah seseorang yang tidak tau milik siapa. Dia hanya mengikuti lokasi yang dikirimkan anaknya. Mungkin rumah temannya, atau rumah tempat pelatih karatenya.

"Ayah" sapa Jungkook yang sudah berdiri dipintu depan bersama pemuda yang mungkin dua tahun lebih tua dari Jungkook. "Nak.." balas Yoongi sambil mendekat.

"Kak Jimin ini ayahku, Jeon Yoongi. Ayah, ini Kak Jimin, Park Jimin. Kami bertemu satu minggu yang lalu"

Yoongi memberikan salam dan membungkuk sopan. Hal yang sama dilakukan oleh Jimin. Dia canggung ketika berhadapan dengan seorang ayah. Dia tidak pernah melihat sosok itu, dia juga tak pernah merasakan sedekat ini dengan sosok ayah. Hatinya bahagia meski Yoongi bukan ayahnya.

"Jungkook tidak menganggumu kan, Jimin?" tanya Yoongi.

"Tidak, dia adik yang manis, Tuan"

Yoongi membenarkan ucapan Jimin. Putranya memang manis dan Yoongi jadi makin senang saat Jungkook terlihat nyaman dan bisa ceria saat bersama Jimin. Yoongi tak masalah putranya itu berteman dengan siapa saja asalkan putranya tidak berbuat macam-macam, dalam artian nakal.

"Jungkook pamit sama Jimin. Sudah sangat sore" titah Yoongi langsung dilakukan oleh putranya. Jungkook melambaikan tangan, "Sampai ketemu minggu depan, Kak Jimin" lalu pergi dengan ayahnya menjauh.

Yoongi mengemudi dan sesekali menatap putranya. Kalau dilihat, wajah Jungkook itu manis tapi juga dingin disaat yang bersamaan seperti anak kecil saat tertawa dan seperti pria pendiam saat hanya termenung seperti sekarang.

"Jungkook.."

"Iya ayah.."

Anak yang baik, dipanggil langsung menyahut dan menoleh, sepenuhnya memfokuskan perhatian pada ayahnya.

"Kau besok pulang terlambat lagi?"

"Iya, ayah tau kan kalau aku menentang perintah ayah untuk meninggalkan karate. Aku juga harus menghadapi turnamen bulan depan"

"Iya, kau seperti bunda yang tidak pernah mendengarkan kata ayah.."

"Tapi bunda lebih menyayangiku dari pada ayah?"

"Dari mana kau tau? Ayah yang terlebih dulu bersama bunda"

"Tapi aku yang ada didalam perut bunda selama sembilan bulan lamanya.."

"Oh jadi begitu, kau memanfaatkan kasih sayang bunda padamu?"

Mereka tertawa sesaat. Menertawakan kekonyolan mereka yang bercerita tentang almarhum. Tidak ada kesedihan saat membicarakannya. Justru mereka saling melempar senyum. Terkadang ingatan mereka tertuju pada saat Jungkook kecil. Momen manis dan bahagia saat mereka bersama.

Tak terasa mereka sampai di rumah. Yoongi dan Jungkook keluar dari mobil yang sudah terparkir di garasi. Selanjutnya mereka berjalan masuk seperti biasa. Semuanya normal, mood Jungkook membaik. Kecuali bertemu dengan Taehyung..

Taehyung duduk sambil membaca komik disebuah sofa, tepat didepan Jungkook kini. Taehyung begitu fokus tak menyadari Yoongi dan Jungkook memperhatikan dia.

"Taehyung sangat baik padamu, Nak. Seharian dia menanyakan keberadaanmu. Dia sepertinya ingin menikmati hari minggu bersamamu"

"Apa ayah tidak jadi bercerai dengan nyonya itu?"

Yoongi terkekeh mendengarnya, "Nyonya itu punya nama Nak. Ibu Yuri"

"Dia bukan ibuku!"

Yoongi menghela nafas tapi juga terlampau paham bahwa akan berujung seperti ini saat Yoongi memilih topik pembicaraan tentang Taehyung dan Yuri. Yoongi menurunkan tubuhnya dan menarik kedua bahu Jungkook untuk berhadapan dengannya.

"Memang, dan ayah tidak memaksa Jungkook menerima kehadiran mereka. Ayah membiarkan semuanya terjadi dengan sendirinya. Ayah tau Jungkook juga tak pernah menyimpan dendam pada mereka. Jungkook hanya kesal dan belum bisa menerima mereka"

"Ayah tak jadi bercerai dengan nyonya itu!" Jungkook yakin inilah yang coba dijelaskan oleh ayahnya.

"Demi putra-putra ayah. Kamu, dan Taehyung"

"Jadi dia putra ayah?" tanya Jungkook dengan helaan nafas remeh dan tidak percaya. "Ayah janji akan berpisah dengannya! AYAH SUDAH BERJANJI PADAKU!!"

Teriakan Jungkook membuat Taehyung yang semua duduk dengan tenang harus terkejut dan berjalan menghampiri mereka. Jungkook langsung melepas kedua tangan ayahnya yang bertengger dikedua bahunya lalu dia menegakkan badannya pada Taehyung.

"Kau! Apa yang kau katakan pada ayahku sehingga dia tidak jadi bercerai dengan ibumu?!"

"Jungkook aku, aku tak mengerti"

"Jangan pura-pura bodoh!!" jari telunjuk Jungkook dengan tegas berada didepan wajah Taehyung. "Kau hanya akan merebut kasih sayang ayahku, ibumu akan menggantikan posisi bundaku! Kenapa kalian datang dalam kehidupan bahagia kami, kalian merusak semuanya! AKU MUAK!!"

Jungkook meninggalkan Yoongi dan Taehyung disana.

"Apa yang terjadi pada Jungkook?" tanya Taehyung setelah Jungkook menjauh dari mereka. "Anda tak perlu merasa kasihan atau bersalah. Aku tak apa jika anda dan ibu saya bercerai. Tapi tolong jangan tanamkan kebencian dihati Jungkook untuk kami"

"Taehyung aku berniat mengadopsimu", Taehyung menukikkan alisnya. "Ibumu akan menjelaskan semuanya. Aku hanya mencoba untuk membantumu. Setidaknya mintalah penjelasan pada ibumu agar kau mengerti dan tidak salah paham"

Taehyung langsung mencari ibunya di kamar. Ibunya sedang berdiri menghadap jendela, membelakangi Taehyung.

"Ibu jelaskan padaku. Apa yang coba ibu dan tuan Yoongi rencanakan?"

Satu, dua, tiga detik sampai pada detik kelima Taehyung tak mendengar jawaban. "Ibu.." Taehyung tidak sabar.

"Ibu bercerai dengan Tuan Yoongi. Tapi tidak dengan statusmu menjadi putranya"

"Apa?"

"Ibu pergi dari rumah ini, tapi tidak dengan kau. Kau akan tetap menjadi kakaknya Jungkook dan putra tuan Yoongi"

"Hal gila apa yang coba ibu lakukan! Aku ikut ibu!"

"Ibu tak bisa merawatmu terus, ibu sudah lelah Taehyung! Ibu lelah terus melihat anak dari hasil pemerkosaan pria bejat itu pada ibu!!"

Satu lagi fakta mengerikan yang Taehyung ketahui. Taehyung menggelengkan kepalanya tidak percaya. Ibunya yang dia fikir baik ternyata bermaksud menjauh darinya.

"Untunglah Yoongi itu baik sehingga mau menampungmu! Ibu sudah lelah dan akan kembali ke kampung halaman ibu!"

Aku tidak tau ibuku sejahat ini*

BEREAVE || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang