12- Divorce

4.4K 515 16
                                    

Mimpi.

Taehyung sepertinya terlalu banyak berharap Jungkook akan menerimanya. Karena setelah pulang dengan berjalan bersama pun tak membuat pintu hati anak itu terketuk. Pagi-pagi sekali Jungkook sudah berangkat sekolah dan meninggalkan acara sarapan bersama. Membuat Taehyung harus mengunyah nasi itu pelan dan juga nafsu makannya yang menghilang sesaat ketika memikirkannya. Jungkook yang jarang makan tapi harus disibukan dengan kegiatan sekolah, anak itu bisa kurus nanti.

"Taehyung.." panggilan lembut dari Yoongi membuat Taehyung mengangkat kepalanya. Sejenak dia terlalu bingung dengan raut serius dan dingin ayah tirinya. Taehyung mengarahkan pandangnya pada sang ibu namun tak ia dapati Yuri balik menatapnya. Ia justru tertunduk.

"Maaf sebelumnya. Ayah dan ibumu sudah memutuskan untuk berpisah.." inilah jawaban yang Taehyung dapatkan setelah merasakan suasana yang serius dihari masih begitu pagi. "Tapi kau tetap anakku. Jangan khawatirkan tentang masa depanmu" jaminan itu tak lantas membuat hatinya lega, justru terasa makin runyam.

"Apa J-Jungkook? Apa a-aku t-te-terlalu ka-sar padanya?" Taehyung sudah tidak bisa mengendalikan suaranya. Kedua bibir yang bergetar itu berucap gagap. "Kemarin ka-kami b-bertengkar. Aku, aku tak sengaja. Aku akan minta maaf.."

"Taehyung ini bukan tentang dirimu dan Jungkook. Kau akan tetap merasakan sosok ayah dalam hidupmu. Jungkook juga akan tetap menjadi saudaramu. Tapi..kita tidak akan tinggal satu rumah. Hanya itu yang berubah" Yoongi yang bijaksana mencoba untuk memperbaiki keadaan. Dia tak bisa memungkiri lagi, tak ada rasa sayang untuk Yuri, sedikit pun tidak. Jika mereka masih bersama bukankah itu sama saja menyakiti satu sama lain?

"Taehyung putra ibu yang baik kan?" Yuri menambahkan sambil mengusap kedua bahu putranya. Putra yang menjadi alasan dia untuk tidak menyerah. Perjuangannya sebagai seorang ibu dibuktikan dengan keberadaan Taehyung disisinya.

"A-aku..." Taehyung menghela nafasnya panjang. Rasa sesak dalam dadanya mengganggu Taehyung untuk bicara. "Aku akan membuat Jungkook menerimaku. Apa kalian tidak bisa bertahan dulu sampai Jungkook benar-benar menjadi adikku?"

Agaknya Taehyung masih belum bisa menerima keputusan ini. Tapi Yoongi tidak ingin menunda lebih lama lagi. "Taehyung, dia tetap adikmu. Kapan pun kau membutuhkan dia, Jungkook akan datang padamu"

"Apa? Apa yang membuat kalian bercerai?"

Taehyung yang tidak bisa mendengar lebih banyak segera mengambil tas punggungnya dan berlari keluar rumah. Meninggalkan ibu dan ayah tirinya yang masih mematung. Suasana pagi yang kacau seperti hati Taehyung.

***

Jungkook selesai membersihkan diri seperti yang dikatakan Taehyung. Rambut hitamnya masih basah. Badannya masih terasa pegal akibat pukulan berkali-kali yang harus diterimanya. Saat Jungkook meletakan handuk yang sebelumnya bertengger dikepala, suara pintu kamar yang terbuka menghentikan pergerakan. Yoongi, ayahnya datang menghampiri Jungkook dengan langkah yang tegas. Setelan kemeja ayahnya masih lengkap. Ayahnya belum mandi? Atau ayahnya baru pulang kerja?

Jungkook yang masih mematung membiarkan saja saat Yoongi menyisir rambut basah miliknya. Tangan ayahnya yang sudah bekerja keras selama ini mulai meniti wajah dan kedua bahunya. Dari jarak dekat, Jungkook baru paham bahwa sang ayah juga tampak begitu lelah. Jungkook yang juga mampu melihat sorot mata Yoongi dengan jelas ikut merasakan bahwa sebenarnya mereka masih patah hati sejak ditinggal bunda.

"Putra ayah sudah besar.."

Ah. Lagi-lagi kalimat ini. Jungkook merasa hatinya sedang diliputi rasa haru akibat kasih sayang ayahnya yang tersirat sangat dalam dari kalimat itu.

"Kebahagiaan putra ayah adalah prioritas ayah"

"Ayah kenapa?"

Jungkook rasa sudah cukup untuk dia terdiam. Dia harus tau alasan kenapa ayahnya menjadi begitu rapuh seperti sekarang.

"Jungkook maafkan ayah karena ayah sudah begitu ringan tangan menamparmu kemarin"

"Apa karena itu? Ayah, anakmu ini bahkan sudah terbanting-banting saat les karate"

Yoongi langsung tersenyum lebar, hatinya pun ikut tersenyum saat putranya juga melakukan hal yang sama. Yoongi tak pernah tau kalau Jungkook bisa semanis itu. Akhirnya Yoongi mampu melihat senyuman itu lagi. Untuk pertama kali sejak istrinya meninggalkan dunia.

"Jungkook merindukan bunda?"

Seperti musik yang langsung terpause, tawa ringan Jungkook juga langsung luntur.

"Maafkan ayah. Ayah tak bermaksud untuk menggantikan posisi bunda dihatimu, dan di rumah ini. Ayah hanya ingin mengabulkan permintaan bunda"

Jungkook menggigit bibir bawahnya. Seakan saat ini dia sedang melihat kembali Yoongi dan bundanya yang tengah menangis bersama sebelum bunda menghembuskan nafas terakhir. Momen saat bundanya pergi tak akan dia lupakan sampai kapan pun.

"Ayah tak akan mengulangi kesalahan yang sama. Ayah tak akan menggantikan posisi bunda. Tak akan.."

Jungkook tau bahwa ayahnya ini sedang merencanakan berpisah dengan ibu tirinya. *

BEREAVE || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang