Namjoon dan Hoseok menghalangi langkah Jungkook. Sekolah masih tampak lengang jadi mereka bisa leluasa menganggunya. Jungkook tak menunjukan reaksi berlebihan, hanya ekspresi dingin seperti biasa. Icy Boy..
"Kim Taehyung.."
Namjoon mendekatkan wajah pada telinga Jungkook. "Atau bisa aku sebut dengan Jeon Taehyung?"
"Jangan ganggu dia!"
"Ckckck.. Lihat ini Hoseok. Adik tiri yang baik.."
Jungkook tak pernah memiliki waktu yang cukup untuk menanggapi mereka berdua. Jungkook beranjak dari sana, namun Namjoon belum selesai bicara. Namjoon mencekal bahu kanan Jungkook dengan tangan kirinya.
"Turnamen bulan depan, atau nyawanya?"
Tangan Jungkook mengepal kuat disertai dengan alis yang tajam menukik. Bisa-bisanya Namjoon mengancamnya dengan urusan nyawa. "Kau jelas tau ini pertandingan terakhirku"
"Untuk itu Jeon, aku ingin penawaran yang cukup menarik" tangan kiri Namjoon yang masih berada dibahu Jungkook langsung ia gunakan untuk mendorong anak itu menghantam dinding. "Turnamen atau nyawa anak itu. Pilihlah!"
Kali ini berbeda, mereka berdua tak membuat luka lebam ditubuhnya. Yang mereka lakukan adalah menjebak Jungkook dalam kebingungan untuk membuat keputusan.
***
Jungkook tak bisa fokus pada guru didepannya. Sorot mata itu memang mengarah pada papan tulis tapi...
Turnamen atau nyawa anak itu. Pilihlah!
Isi kepalanya hanya tentang ini saja. Namjoon dan Hoseok benar-benar membullynya sampai pada mempermainkan nyawa seseorang. Jungkook harus bagaimana? Bukankah dia seharusnya tidak terlalu peduli. Tapi....
Aku sangat ingin memeluknya dan mengatakan bahwa ibuku juga adalah ibunya. Jadi dia tidak perlu khawatir dan bersedih lagi
Tidak masalah bermarga Kim atau Jeon. Bagiku...kau tetap seorang adik
Jungkook menghela nafasnya. Dia meletakkan bolpoin ditangan kanan dengan sedikit tenaga. Tidak paham dengan si Kim Taehyung itu. Apakah dia tidak pernah diajarkan untuk membela diri? Atau semacam berteriak saat direndahkan seperti yang dia lakukan tempo hari?
Hal gila yang Jungkook lakukan saat ini adalah memikirkan cara untuk menyelamatkan nyawa Taehyung. Dia memang dingin dan ketus tapi Jungkook juga manusia yang memiliki hati lembut. Ini urusannya, Kim Taehyung tidak perlu ikut campur bahkan sampai mengorbankan nyawanya.
Turnamen ini hanya antara dirinya dan Namjoon. Hanya Namjoon dan dia. Jika memang harus ada yang terluka maka Jungkook dan Namjoon jawabannya. Tidak boleh ada orang lain lagi yang harus dikorbankan
Turnamen terakhirnya, bulan depan..hah!
***
Jungkook tak berbuat banyak saat jam istirahat. Dia umum saja seperti anak-anak lain yang mencari makan lalu berbincang dengan teman seperlunya. Kali ini yang dia pilih adalah semangkok bakso dan juga es teh. Makanan pertama yang mengisi perutnya hari ini. Sejak Taehyung dan Yuri tinggal bersamanya, Jungkook selalu melewatkan sarapan, makan malam karena pulang terlambat, dan makam siangnya di sekolah.
Itu hanya pemikirannya saja, kenyataannya Taehyung kini dengan santai serta senyum kotak tulusnya sudah memposisikan diri duduk didepan Jungkook. Anak itu memberikan senyum sebentar padanya, lalu kedua tangannya menukar mangkok bakso yang sudah berbumbu dengan sekotak bekal masakan rumah dengan minum yang diganti air putih.
Jungkook melempar tatapan kesal pada Taehyung. Takut? Tidak. Baginya Jungkook justru terlihat lucu.
"Kau tidak pernah makan di rumah. Mentang-mentang uang jajanmu lebih?"
Jungkook menghela nafasnya kasar. Kepalanya ia tolehkan perlahan pada sisi kanan yang membuatnya melihat Namjoon sedang tersenyum remeh bersama Hoseok yang juga menatap datar padanya. Namjoon mengangkat gelas berisi jus jeruk yang sudah dia minum setengah, membuat Jungkook makin tidak nyaman.
Taehyung yang mengikuti kemana kedua mata Jungkook melihat, kini paham bahwa adiknya sedang bertarung lewat telepati dengan siswa yang selalu membullynya.
"Mereka masih menganggumu?"
"Bukan urusanmu"
"Kau tak berniat untuk membicarakannya dengan pihak sekolah?"
"Aku bukan pengecut"
"Ayah?"
"Tidak, ayah akan panik dan khawatir"
"Jangan memendamnya sendiri"
"Aku bisa membereskannya"
Kedua ujung bibir Taehyung melengkung, dua atau tiga senti mungkin. "Kau bicara denganku beberapa kali. Biasanya kau hanya menjawabku dua kali saja"
Jungkook yang masih memperhatikan Namjoon langsung menoleh cepat pada Taehyung. Iya, benar. Jungkook jadi lebih banyak bicara pada Taehyung sekarang. Tapi Jungkook tidak sadar dia hanya menjawab saja, asal saja.
Kedua kakak adik tiri itu masih saling berhadapan. Mereka membiarkan makanan enak buatan Yuri dan juga semangkok bakso yang masih hangat didepannya. Jungkook tak melepas pandangan itu. Kini dia bingung pada hatinya sendiri.
"Aku mau makan bakso. Jangan menatapku terus" Taehyung yang tidak terbiasa dengan kehadiran saudara harus mengakhiri sesi saling tatap itu. Dia bisa melompat karena kegirangan sebab Jungkook menatapnya lebih lama.
Jungkook mencekal kedua pergelangan Taehyung. "Itu milikku!"
"Kau sudah aku berikan bekalku. Apa kau mau mengambil bakso ini juga?"
Kening Jungkook terangkat dengan kedua belah bibir yang terbuka karena heran. "Aku tak meminta bekalmu. Kau yang memberikannya. Lagipula bakso ini aku yang pesan. Kembalikan!"
Jungkook dan Taehyung kini berebut. Kedua tangan mereka berusaha untuk meraih bakso yang hanya semangkok itu. Padahal Jungkook bisa memesannya lagi, atau Taehyung yang bisa langsung menyendok agar makanan dari daging itu langsung masuk dalam perutnya.
Yang mereka lakukan justru lain, mereka saling berebut makanan dan saling melempar tatapan mengejek. Mereka tak terganggu dengan tatapan aneh dari siswa lain. Taehyung dan Jungkook menikmati pertengkaran kecil mereka.
Taehyung menusukkan garpu kesalah satu bola daging dalam mangkok itu dan mengarahkannya didepan bibir kecil Jungkook. "Aku tidak pelit. Makanlah ini. Satu saja ya" Jungkook jadi sedikit terejek karenanya. Hanya sedikit.
"Tidak aku makan ini saja"
Sekarang, Taehyung yang heran. Tadi minta sekarang tidak mau. Taehyung jadi berfikir bahwa jiwa Jungkook sebebarnya adalah jiwa anak kecil yang terperangkap dalam tubuh seorang atlet karate.
Jungkook menyendok nasi, sayur, dan juga telur gulung dalam kotak makan itu. Satu suap masuk dalam mulutnya.
Bunda..
Baru kunyahan kedua, Jungkook sudah teringat pada bundanya dan rasa dari makanan itu yang sama persis.
"Bagaimana enak?" Taehyung menunggu jawaban Taehyung dengan antusias. Tapi keantusiasan itu harus perlahan menguar saat tangan kanan Jungkook perlahan meletakan sendoknya.
"Tidak enak ya?"
Masih juga diam. Taehyung pasti melakukan kesalahan lagi.
"Bunda.."
Jungkook melepaskan sendok dan garpu dikedua tangannya. Ia memilih meremat jemarinya dibawah meja sambil menunduk. Taehyung yang masih tidak paham dimana letak kesalahanya masih menunggu dengan rasa bersalah. Pasalnya kedua bahu Jungkook sudah naik turun disertai suara segukan yang samar-samar bisa Taehyung dengar.
"Aku rindu bunda..."
Taehyung, kau membuat adikmu menangis lagi, ucapnya dalam hati.*
KAMU SEDANG MEMBACA
BEREAVE || END
FanfictionSedikit pun tidak pernah Taehyung menginginkan untuk lahir ke dunia jika hanya mengacaukan hidup adiknya Jungkook. @2019