24- Turning Tables

4.4K 499 20
                                    

Jungkook memeluk foto ayahnya dengan erat beserta isakan pilu yang terdengar sampai dibalik pintu kamarnya. Jungkook tidak bisa meski hanya beberapa patah kata hanya untuk bersuara pada semua orang termasuk Taehyung dan Ibu Tirinya.

Setelah ini dia hanya seorang diri. Tanpa siapapun. Banyak hal yang belum dia lakukan dengan ayahnya. Setelah bundanya harus pergi karena sakit, mereka belum pernah melakukan hal bahagia bersama.

Sementara Jungkook masih dengan kesedihan yang teramat dalam, Taehyung masih mematung dibalik pintu kamar Jungkook. Sehingga dia mendengar semua jeritan dan isakan anak itu sejak mereka menginjakan kaki di rumah.

Taehyung berkali-kali memejamkan kedua matanya perlahan saat tangisan Jungkook mengeras. Jeritan pilu Jungkook sekaligus mengundang rasa bersalah teramat dalam dihatinya. Seandainya dia tidak bodoh maka tidak akan ada nyawa siapapun yang dipertaruhkan.

Taehyung jatuh melemas dan berakhir dilantai. Dia sebenarnya lebih suka Jungkook yang mengumpat atau bahkan memukulnya saat situasi seperti ini. Akan sangat menyakitkan jika Jungkook tetap diam dan memendam kesedihannya sendiri. Taehyung lebih suka Jungkook menyuarakan kesedihan dan kekesalannya.

Didalam kamarnya, Jungkook beralih untuk membaringkan tubuh lelah yang masih berbalut setelan jas hitam lengkap dan sepatu yang belum terlepas. Dia ingin merasakan lagi tertidur dengan memeluk ayahnya meski itu hanya sebuah foto.

***

Pukul sembilan lebih tiga puluh menit...

Jungkook tak ingat makan atau membersihkan diri. Pintu kamar yang terkunci membuat Taehyung dan Yuri kepayahan untuk membangunkan anak itu. Karenanya Taehyung memutuskan untuk menunggu anak itu didepan pintu sampai dia keluar dari kamar.

Taehyung menolak berkali-kali ajakan dan juga suara lembut ibunya untuk kembali ke kamar. Taehyung tidak akan bisa tidur jika adiknya belum makan meski hanya sesuap nasi.

"Jungkook.." panggilan disertai ketukan pintu itu tak disaut oleh si pemilik kamar. Taehyung rasanya sangat ingin mendobrak pintu itu.

"Jungkook.." lalu untuk kedua kalinya usaha Taehyung tidak membuahkan hasil.

"Jung-" saat Taehyung akan melakukan usaha ketiga, pintu yang sejak tadi ia tunggu untuk terbuka kini tidak perlu ia tunggu lagi. Jungkook menunduk dalam dan juga dengan perlahan melewati Taehyung begitu saja.

Taehyung tak tinggal diam. Dia melangkah dan menggapai pergelangan tangan Jungkook. Namun seketika Jungkook memutar-mutar lengannya, berusaha untuk melepaskan genggaman itu dan melangkah dengan perlahan menuju ruang kerja ayahnya.

Taehyung tentu saja masih mengikuti Jungkook. Anak itu masih memunggunginya dan dapat Taehyung lihat punggung yang biasanya terlihat kuat dan tegar kini menurun seakan rapuh dan bisa hancur saat Taehyung merematnya kuat.

"Kau bisa mengambil kunci cadangan disini. Ayah-- dia biasanya menyimpan kunci disini. Tidak perlu menungguku didepan pintu. Aku terbiasa di kamar sendirian" suara Jungkook yang sudah serak kini terdengar menyakitkan ditelinga Taehyung.

"Jungkook--"

"Dua hari lagi mungkin pengacara Ayah akan datang untuk mengalihkan semua perusahaan dan juga semua asetnya pada Ibu Yuri"

"Jungkook!"

Jungkook menghela nafasnya dalam dengan memejamkan kedua matanya tidak terlalu erat. Dia masih membelakangi Taehyung. Jungkook tidak ingin melihat wajah itu. Dia sangat tidak ingin. Bungkamnya Jungkook membuat Taehyung memiliki kesempatan untuk bicara.

"Apa kau mengira Aku dan Ibu sepicik itu?"

Jungkook tak menjawab atau memberikan respon apa-apa. Mereka berdua memulai pembicaraan dengan perlahan.

"Aku dan Ibu sama sekali tak menginginkan sepeserpun kekayaan Ayah Yoongi. Aku dan Ibu datang kemari hanya untuk menjadi keluargamu"

Jungkook terkekeh perlahan awalnya, lalu kekehannya itu berubah menjadi syara tawa yang justru terlihat menyedihkan.

"Hehhehe....Kau bisa menanyakan pada Ibumu tujuan awal dia menikah dengan Ayahku dan datang kemari..Kim"

Taehyung mendengar marga aslinya lagi setelah beberapa waktu yang lalu dia tak pernah mendengarkannya. Bahkan dia dan Jungkook selalu makan siang bersama saat di sekolah dan juga sering berjalan pulang bersama. Lalu setelah ini, apakah Taehyung masih bisa melakukannya?

"Apa kau akan tetap seperti ini? Kau tak mau berbalik meski hanya untuk melihatku bicara?"

"Kau sebegitu tidak tau dirinya? Tidakkah kau sadar bahwa kau adalah masalah?" tanya Jungkook dengan suara kemarahan yang berusaha keluar namun ia tahan semampunya.

"Kalau begitu berbaliklah dan hadapi masalahmu ini, Jungkook!!"

Taehyung tau ini lancang namanya. Tapi sungguh dia tidak ingin selamanya menatap punggung Jungkook. Karena sesungguhnya Taehyung sudah terlanjur menyayangi anak itu sebagai adiknya.

"Demi kebahagiaanku sendiri, aku tak pernah menginginkan semua ini terjadi, Jungkook"

"Ibumu menikah dengan Ayahku untuk memberikan status yang jelas untukmu, menyekolahkanmu, membiayai semua kebutuhanmu. Lalu kemudian ayah kandungmu datang dan membunuh ayahku, konyolnya lagi ayahku terbunuh karena melindungimu--"

"Jungkook! Aku sudah katakan padamu. Aku tak memiliki niat sedikit saja untuk membuat semua ini terjadi. Aku juga tak pernah menginginkan untuk dilindungi. Memang seharusnya dari awal aku yang mati. Apa kau menginginkan itu? Kalau begitu kau bunuh saja aku!"

Kini bukan hanya Jungkook yang meneteskan air mata namun juga Taehyung yang masih diliputi rasa bersalah.

"Jika saja maaf bisa mengembalikan semuanya, maka akan kulakukan. Jika saja berlutut dihadapanmu bisa membuat semuanya membaik, itu pun juga akan aku lakukan, Jungkook. Tapi tolong setidaknya kau berbalik melihatku. Aku bukan orang asing. Aku kakakmu, Jungkook"

BRAK!

"Aku anak tunggal!" tegas Jungkook yang dengan menegaskan ini dia tak berbalik menatap Taehyung. Jungkook menegaskan ini sambil memukul meja dengan kepalan tangannya.

"Aku Jeon Jungkook, kau Kim Taehyung. Selamanya tidak akan ada yang bisa mengubah itu" penekanan pada nama Marga dilakukan oleh Jungkook saat mengucapkan kalimat tersebut.

Jungkook memutar tubuhnya lalu melangkah keluar menuju pintu dibelakang Taehyung. Namun belum benar-benar keluar, Jungkook menghentikan tubuhnya saat dia tepat berada disamping Taehyung.

"Anggap saja disini aku yang kena sial karena harus tinggal satu rumah dengan orang asing yang sebentar lagi akan menguasai harta ayahku!"

Taehyung tidak pernah mengerti bahwa Jungkook bisa berfikir sepicik itu padanya dan Ibunya. Lalu Jungkook benar-benar melangkah meninggalkannya.

Aku bukan orang asing, Jungkook. Aku kakakmu. Aku tulus menyayangimu sebagai adikku. Karena aku terlahir dari hubungan yang haram, dan tak ada hal yang membanggakan selain aku memiliki seorang adik yaitu kau, Jungkook.

BEREAVE || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang