35- Met (End)

8.5K 527 3
                                    

Dua bulan kemudian...

Taehyung dan Jungkook hidup bersama dalam rumah yang dulu menyatukan mereka berdua. Jungkook saat ini sedang menjadi trainee untuk mengurus perusahaan ayahnya sedangkan Taehyung mengikuti home schooling untuk menjadi kesibukan. 

Taehyung sampai saat ini tidak pergi kemanapun. Dia tetap berada di rumah itu sampai Jungkook pulang ke rumah.

Jungkook menjadi sangat sibuk disaat usianya masih muda. Taehyung juga tidak keberatan untuk menjadi ibu sekaligus ayah untuk adiknya. Taehyung yang harus menjaga rumah dan memasak untuk Jungkook. Taehyung tidak keberatan dengan itu semua.

Begitu kehidupan mereka berjalan sebagai saudara yang saling mendukung dan melengkapi. Taehyung harus bersyukur sebanyak mungkin untuk mimpinya yang telah menjadi kenyataan kini.

Secerah hati mereka, hari ini adalah hari minggu pagi. Jungkook yang sudah rapi dengan kaos dan celana hitam rumahan miliknya sudah bersiap untuk pergi hari ini. Namun sampai dilantai bawah dia harus mengerutkan bibir.

"Apa Kak Tae lupa hari ini adalah hari minggu? Kenapa masih mengepel lantai seperti itu?"

Taehyung mengangkat kedua bahunya lalu melanjutkan untuk mengepel tanpa mendengar ocehan Jungkook.

"Kak Tae. Sudah. Kak Tae bukan pembantu disini. Kak Tae kakakku"

Taehyung terpaksa harus membiarkan Jungkook saat ia menyingkirkan semua barang-barang yang biasa ia gunakan untuk mengepel lantai.

"Kak Tae sudah cukup. Ini saatnya untuk membersihkan diri. Karena aku akan mengajak Kak Tae jalan-jalan hari ini"

Taehyung tidak berdaya untuk protes saat Jungkook  sudah memiliki kemauan. Ia melakukan apa yang adiknya itu inginkan.

***

Taehyung diajak ke taman komplek yang tidak jauh dari rumahnya. Jungkook dan Taehyung duduk diayunan. Taehyung terus memandangi Jungkook yang asik dengan eskrim dan juga memandangi orang yang berlalu lalang.

Taehyung tidak tau bahwa Jungkook bisa saja memiliki sifat seperti anak kecil padahal dia adalah pewaris dari perusahaan besar.

"Apa kita sedang menunggu seseorang?" pertanyaan Taehyung membuat Jungkook harus menghentikan acara melamun sambil memakan eskrim. "Iya kak. Aku harap ia datang"

Teman lama yang sudah Jungkook rindukan ocehannya. Terkahir mereka bertemu adalah saat Jungkook harus mengalami kesedihan dan berakibat nekat untuk menghilang. Janji yang mereka pegang untuk setiap minggu bertemu di taman, semoga dia masih mengingatnya.

Lalu ada seorang pemuda seusia Taehyung yang melangkah dengan sepedanya. Ia menatap ayunan yang kini diisi oleh Taehyung dan Jungkook. Awalnya pemuda ini tidak terlalu peduli namun setelah ia memperhatikan, pakaian yang dikenakan oleh salah satu dari mereka adalah pakaian yang sangat ia kenali.

Jimin.

Pemuda itu Jimin.

Ia mengenali salah satu diantara mereka dengan jelas. Kedua matanya yang semula datar kini dipenuhi dengan sorot keharuan dan kerinduan pada adik kecilnya. Teman sekaligus adik kecilnya.

"Jungkook" ucap Jimin dengan kedua bibirnya pelan.

Jungkook sendiri sudah berlari kearahnya dan membuang eskrim itu disembarang tempat. Saat tubuh Jimin mampu terhuyung kebelakang dengan kuat akibat dipeluk Jungkook, barulah ia sadar ini bukanlah mimpi. Jimin tidak bermimpi.

"Anak nakal. Ini kau?" tanya Jimin yang dijawab dengan anggukan kepala cepat dari Jungkook yang makin mengeratkan rengkuhannya.

"Maaf Kak. Aku menghilang.."

Jimin terkekeh geli. "Apa maksudmu? Kau tidak bisa menghilang". Jungkook memukul-mukul punggungnya kuat namun membuat Jimin makin mengeraskan tawanya.

Taehyung mendekat pada mereka berdua dan memberikan senyuman pada Jimin. Jimin ingat dia pernah bertemu pemuda ini sebelumnya. Taehyung juga ingat saat Jimin menceritakan bahwa ia kehilangan teman sekaligus adik baginya. Taehyung dan Jimin menyadari bahwa anak nakal yang mereka maksud adalah orang yang sama.

"Kau tidak mau mengenalkan seseorang yang bersamamu saat ini, Jungkook?"

Jungkook yang menyadari langsung melepas rengkuhan dan mengusap air matanya seperti anak kecil.

"Ini Kak Taehyung. Ini Kak Jimin. Kalian bisa berkenalan sendiri" jawab Jungkook yang masih dengan suara isakannya.

Jimin dan Taehyung saling menebar senyum masing-masing. "Jadi, ini anak nakal yang kau maksud, Jimin?"

Jungkook mengerutkan alis karena dengan Taehyung bertanya demikian berarti mereka berdua sudah pernah bertemu sebelumnya. "Jadi, dia yang kau rindukan, Taehyung?"

Jimin dan Taehyung mengangguk dan menaikan kedua alisnya. Jungkook masih dibiarkan kebingungan dan semakin dibuat bingung saat dua orang itu mencubit kedua pipinya dengan gemas dan menggoyang-goyangkannya kesal.

"Kak Tae dan Kak Jim apa-apaan? Lepas Kak", Jungkook harus mengusap-usap kedua pipinya agar tidak kendor. Kulitnya bisa mengendur jika terus dicubiti seperti itu.

"Masih ada satu orang yang harus kau temui" ucap Jimin yang langsung menarik lengan Jungkook untuk berlari. Mereka bertiga akan menemui Hoseok ditempat kerjanya yang baru.

Sebuah agensi musik. Hoseok mengajar dance disana.

***

"Kenapa kau harus pergi dengan cara seperti itu bocah?! Astaga apa kau tidak memikirkan segila apa aku saat mengetahui kau menghilang, hm?!"

Hoseok terus mengunci leher Jungkook dan berkali-kali mengusap kepala Jungkook. Anak itu sendiri hanya bisa merintih dan memukul lengan Hoseok kuat. Lima tahun dia meninggalkan karate dan dia kehilangan semua jurus untuk melawan Hoseok. Menyebalkan sekali bagi Jungkook.

"Aku tidak akan membiarkan kau lolos kali ini, Bocah!"

Kedua orang yang seharusnya menolong Jungkook justru makin tertawa puas saat melihat Hoseok mencubit pipi Jungkook tanpa ampun.

Mereka saling melepas rindu.

BEREAVE || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang