3- Angry

6.2K 611 14
                                    

Kim Namjoon, Jung Hoseok.

Mereka berdua adalah kakak senior Jungkook yang juga sering membuat keonaran. Memukul Jungkook juga menjadi hobi mereka, entah karena apa. Yang jelas Jungkook yang selalu menjadi kesayangan guru ditempat les karate menjadi pemicu utamanya.

Dua orang ini begitu puas saat melihat Jungkook yang berhasil mereka keroyok lalu babak belur.

Jungkook juga bukannya tidak melawan, Jungkook sudah melawan dengan segala pukulan yang dia pelajari, tapi satu lawan dua, itu tidak sepadan. Terkadang empat atau lima. Jungkook dibuat kepayahan dengan menahan semua serangan.

Ayahnya, Yoongi tentu tidak akan curiga. Jungkook memberitahunya tentang kegiatan karate sehingga pulang dengan keadaan terluka sudah sangat wajar bagi ayahnya.

Tapi Jungkook lupa sekarang dia memiliki seorang kakak bernama Taehyung yang akan selalu mengkhawatirkannya.

Jungkook membeli sebuket bunga untuk dia bawa ke makam bundanya. Rasanya dia ingin mengadu tentang kegundahan hati yang meradang.

"Bunda, adek kangen bunda.."

Kalimat pembuka itu sudah membawa air mata menggenang. "Adek tidak tau harus bagaimana bunda? Kalau saja bunda disini, maka tidak akan ada bunda baru atau seorang kakak untukku"

Jungkook mengusap nisan bundanya, "Bunda, sesungguhnya aku tidak mau hidup dengan bunda mana pun selain dirimu. Jika bunda pergi maka tidak harus ada bunda pengganti. Aku bisa mandiri"

"Bunda, adek juga minta maaf karena menentang bunda. Adek ikut karate karena tidak betah di rumah. Disana sudah tidak senyaman dulu lagi. Tidak seperti saat bunda masih bersamaku dan ayah"

Jungkook mengusap air matanya kasar, membersihkan tangannya yang sejak tadi memainkan tanah yang mengubur jasad bundanya. Sedikit mencoba untuk bernafas dengan benar. Hari sudah semakin sore, dan inilah saatnya untuk melakukan hobinya.

Bukan. Lebih tepatnya menyiksa diri.

Bertemu dengan Kim Namjoon dan Jung Hoseok.

***

Taehyung meremat tali tas punggungnya saat memikirkan luka-luka Jungkook. Bahkan punggung Jungkook juga terdapat noda merah, seperti ada luka disana. Separah itu? Untuk orang yang mengikuti les karate?

Taehyung tidak ingin dibodohi. Ponselnya dia gunakan untuk menghubungi Yoongi, ayahnya memang sedang sibuk tapi menurut Taehyung keadaan seperti ini sudah sangat mendesak.

***

Jungkook terbanting untuk kesekian kalinya. Ingat ini adalah pertarungan dalam pendidikan. Tentu sudah biasa baginya. Lalu dengan hanya mengandalkan kaki kanan dan melompat, Jungkook langsung bisa menjatuhkan lawannya dengan mudah. Luka-lukanya makin terasa perih.

Dibanding murid lainnya, Jungkook memiliki kemajuan yang pesat. Selain pandai Jungkook juga lebih bisa menyerap penjelasan dari gurunya dengan cepat. Tapi tentulah dibalik keberhasilan akan selalu ada seseorang yang tidak menyukainya.

Dua orang itu menatap Jungkook dengan tatapan benci. Ternyata membuat Jungkook cedera tidak menimbulkan efek apapun.

Kim Namjoon melirik pada Jung Hoseok. Mereka membuat rencana melalui tatapan mata.

Jungkook mengemasi barang-barangnya karena hari sudah menjelang malam dan waktunya untuk pulang. Dengan cepat bahu kiri yang mendapat tendangan dari Namjoon tadi siang harus kembali mendapat tendangan yang sama dari belakang. Jungkook tersungkur dan meringis kesakitan.

"Kau merasa menang? Merasa pandai dari seniormu?"

"Apa yang sebenarnya kalian mau!!"

Mereka tertawa keras, menertawakan pertanyaan bocah milik Jungkook. "Kami mau kau cacat! Sehingga tidak perlu mengikuti karate. Aku sebelumnya yang terbaik dan akan tetap seperti itu!!" ucap Namjoon keras.

"Dengar! Tak ada sedikit pun niat untuk menjadi yang terbaik. Dan tak ada sedikit pun niat untuk mencari masalah denganmu!"

"Bocah sialan!!"

BUGH!!

BUGH!!

DUAG!!

Suara seperti itu yang terdengar setelah mereka beradu mulut. Kini mereka adu pukulan dan tendangan. Jungkook memang mampu menangkis, tapi tidak semuanya. Tubuhnya tetap menerima pukulan dan terakhir tubuhnya terbanting keras dilantai.

"Kau masih ingin menambah penderitaanmu?!"

Uhuk..uhuk!!

Tidak ada sautan, Jungkook total lemas dan harus mengisi tenaganya dulu dengan mengatur nafas.

"Jika saja kau tidak merebut semua yang aku miliki ditempat ini, maka kau tidak akan menderita seperti ini bocah! Ingat kau hanyalah anak baru! Aku bisa saja mendepakmu dari sekolah dengan mudah!"

"Kenapa tak lakukan saja sekarang? Kalau perlu bunuh saja aku agar kalian tidak perlu melihat wajah ini!!"

Jungkook sudah emosi. Dia melayangkan pukulan keras pada keduanya. Tak memberikan kesempatan bagi mereka untuk membalas. Dorongan untuk melakukan semua itu adalah keberadaan Taehyung dan ibu tirinya. Jungkook benci mereka, Jungkook benci!

***

Taehyung hanya mengandalkan maps untuk mencari tempat les karate Jungkook. Kedua netranya masih fokus untuk melihat tiap bangunan dikanan kirinya.

Lalu pada saat dipersimpangan lampu merah, Taehyung melihat pemuda dengan langkah terseok. Bahunya menurun dengan penampilan yang berantakan. Itu pasti dia, itu adiknya.

Taehyung berlari dan menghampiri Jungkook. Mereka bertemu ditengah jalanan pada saat lampu hijau untuk penyebrang menyala. Jungkook tidak menyangka akan bertemu Taehyung dijalanan seperti ini. Taehyung juga tidak berfikir bahwa wajah adiknya akan lebih memar dibandingkan dengan tadi siang.

"Jungkook, kau baik-baik saja? Lukamu bagaimana?"

"Kau membuntutiku. Apa maumu?"

"Jungkook bukan seperti itu, aku hanya memastikan kau baik-baik saja"

Untuk kesekian kalinya Taehyung ingin Jungkook percaya pada keberadaannya. "Kau bukan hanya memasuki kehidupan keluargaku, tapi kau juga merusaknya, Kim Taehyung!!" inilah yang Taehyung dapatkan. Jatuh berulang kali dengan hati yang berlirih. "Jangan pernah bermimpi untuk memakai Jeon sebagai margamu. Meski ayahku menerimamu, ingatlah kau hanya anak jalanan yang harus dipungut ayahku. Ibumu juga pasti senang sekali karena bisa hidup enak dengan menikmati harta ayahku!"

Jungkook, kau..!*

BEREAVE || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang