11-What About Us

4.4K 548 10
                                    

Taehyung senang luar biasa.

Jungkook mau berjalan pulang bersamanya. Berjalan beriringan dengan langkah yang sama bagi Taehyung itu sangat menyenangkan meski Jungkook tak ada niatan untuk melihat atau sekedar melirik kearahnya.

"Jungkook, ada apa dengan rambutmu?"

Jungkook hampir lupa soal rambutnya yang kotor karena susu yang ditumpahkan Namjoon dan Hoseok. Jungkook tidak mungkin jujur pada Taehyung karena Taehyung pasti sudah mengetahui siapa pelakunya.

Sejak kejadian hari ini, Taehyung pasti tau Jungkook adalah korban bully disekolah. Luka-luka Jungkook selama ini bukan karena karate saja tapi juga karena dua orang yang hobi berbuat onar. Namjoon, Hoseok..

"Kau tidak bisa diam saja saat mereka berbuat seperti ini padamu, Jungkook"

Taehyung sepenuhnya benar. Jungkook memang membiarkan dua orang itu memukul dan membully dirinya. Jungkook juga tidak sengaja menerima itu. Awalnya dia hanya menerima rasa iri karena tiba-tiba datang dan mengacaukan nama baik mereka.

Taehyung mengambil sapu tangan miliknya dan membersihkan helai rambut Jungkook. "Kau harus mandi lebih lama dan mencuci rambutmu dengan shampoo dua kali, Jungkook"

Taehyung cerewet sekali seperti ibu-ibu. Lebih tepatnya seperti almarhum bundanya. Jungkook tidak sadar dirinya saat ini tengah menatap dalam manik coklat Taehyung dengan berkaca-kaca. Ia seperti merasakan kembali tangan bunda yang membelai rambutnya.

"Untuk apa ibumu menikah dengan ayahku?" tangan Taehyung terhenti diudara dengan raut wajah terkejut. "Aku pulang bersamamu karena kau memohon padaku. Bukan berarti kau bisa seenaknya mengusap kepalaku seperti sekarang!"

Taehyung menurunkan tangan kanannya perlahan dengan menggigit bibir bagian dalamnya. Jungkook kembali menjadi sosok yang dingin dan ketus.

"Jangan pernah berucap bahwa kau adalah kakakku saat di sekolah. Aku memang korban bully, tapi itu lebih baik daripada harus menerima kedatanganmu dan ibumu!"

Jungkook tidak menurunkan pandangannya sedikit pun. Dia merasa kesal entah, entah. Kesal itu selalu ada saat melihat wajah Taehyung.

"Aku senang kau mau berjalan pulang bersamaku hari ini. Aku harap besok kita bisa pulang bersama lagi"

Jungkook tertawa dengan satu helaan nafas yang remeh. "Ingat kau memohon padaku hanya untuk pulang bersama seperti ini. Mungkin dulu ibumu juga memohon pada ayahku untuk menikahinya"

"Berhenti menghina ibuku!"

"Lalu apa? Kalian yang tidak jelas datang dari mana langsung merebut kebahagiaanku. Aku tau kau berencana mengambil kasih sayang ayahku karena kau tidak pernah punya ayah!"

"Apa kau tidak berkaca? Kau sendiri tidak memiliki seorang ibu. Jika kau memilikinya, maka kau akan merasakan sakit saat seseorang menghinanya, Jungkook!"

Taehyung apa yang kau lakukan?!!

Kalimat Taehyung yang tidak disaring itu sangat menusuk dihati Jungkook. "Tuhan sangat menyayangi Bunda. Karena itu Tuhan lebih memilih memanggilnya agar tidak merebut kebahagiaan orang lain seperti yang ibumu lakukan!"

Taehyung mencoba untuk mengontrol hatinya. Tujuannya mengajak Jungkook pulang bersama adalah berbicara dengan nada pelan dan juga sabar. Bukan penuh penghinaan dengan nada ketus dan saling menyerang seperti sekarang.

"Kau bisa menerima ayahku, karena dia orang baik. Tapi apa kau bisa pastikan bahwa ibumu juga wanita baik-baik, Kim!"

"AKU BILANG CUKUP!"

Jungkook, apa kau sudah keterlaluan?

"Kami dulunya memang hanya tinggal di kota kecil, kami hidup miskin. Ibuku juga harus menghadapi kenyataan pahit. Dia berjuang sendiri membesarkanku tanpa suami. Ibuku harus menerima kesendiriannya dan membesarkan seorang anak!! Sendirian!! Apa menurutmu itu tak menjadi bukti bahwa ibuku adalah orang baik!!"

Deru nafas keduanya memburu dengan kecepatan yang sama. Jungkook menerima kemarahan Taehyung untuk pertama kali. Iya, Jungkook pasti sudah keterlaluan.

"Kim, Kim, Kim! Iya aku berasal dari marga itu. Tapi perlu kau tau, sedikit pun aku tidak pernah mencoba untuk merebut semua yang kau punya! Aku memang tidak pernah memiliki seorang ayah, tak seberuntung dirimu. Tapi aku tak pernah dididik oleh ibuku untuk merebut kebahagiaan orang lain! Kami lebih suka hidup miskin dengan semua yang kami punya sendiri!!"

"...Aku memang anak jalanan yang tak pantas menjadi saudaramu!! Puas! Kau puas, Jeon!"

Kebahagiaan yang sebelumnya Taehyung rasakan karena bisa sedekat ini dengan Jungkook berubah menjadi kemarahan. Taehyung tidak bisa mengendalikan emosi. Semua kata-kata itu keluar begitu saja. Mungkin karena Taehyung terlalu lama menahan kekesalannya sehingga semua itu meluap tanpa bisa dia kendalikan.

"Jungkook.."

Kini giliran Taehyung yang bersuara dengan nada rendah dan begitu ketus. Mendengarnya, Jungkook harus tersentak dan membatu.

"Aku tidak paham bagaimana rasanya kehilangan seorang ibu sepertimu. Tapi kau juga tak akan bisa paham bagaimana rasanya tak merasakan kasih sayang seorang ayah sejak kau lahir"

Jungkook jadi makin fokus pada semua yang Taehyung katakan. Angin malam yang dingin sudah menerpa kedua tubuh mereka tak diindahkan.

"Kita..memiliki rasa sakit masing-masing, Jungkook. Jangan merasa hidup ini tidak adil hanya karena kau menerima ibu dan saudara tiri!"

Taehyung mengambil satu langkah lebih dekat pada Jungkook, "Kau tau, aku begitu bahagia saat aku mendengar bahwa aku akan memiliki seorang adik" Mereka berdua tidak mampu menggerakan bola mata dari wajah masing-masing. "Dan aku mendengar bahwa dia baru saja kehilangan bundanya tiga bulan yang lalu..."

Setetes air mata jatuh dari sudut mata kanan Jungkook. Kelopak mata itu tiba-tiba lemas dan tidak bisa mencegahnya.

"Aku sangat ingin memeluknya dan mengatakan bahwa ibuku juga adalah ibunya. Jadi dia tidak perlu khawatir dan bersedih lagi"

Taehyung juga ikut menangis. Keduanya kini berbagi saling berbagi kesedihan melalui tatapan. Taehyung dan Jungkook yang sudah lama memendam jeritan akan kerinduan kasih sayang orang tua kini terlihat rapuh dengan hati yang masih patah.

"Tidak masalah bermarga Kim atau Jeon. Bagiku...kau tetap seorang adik"

Jungkook menggelengkan kepalanya perlahan. Dia sangat tidak mengerti dengan jalan fikiran Taehyung. Setelah semua perkataan kasarnya, Taehyung masih ingin menjadi kakaknya.*

BEREAVE || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang