Jungkook tak seceria biasanya dan Jimin tidak berani untuk menanyakan alasan mengapa. Jimin mengetahui semua yang baru saja anak itu alami dari televisi yang menayangkan seorang narapidana kabur lalu membunuh Jeon Yoongi yang merupakan ayah dari teman sekaligus sosok yang sudah dia anggap sebagai seorang adik.
Maka Jimin harus lebih bisa menetralisir keadaan. Apalagi saat Jimin dan Hoseok harus berlarian menuju kantor polisi untuk bertemu seseorang.
Namjoon...
Seseorang yang baru Jimin ketahui bahwa dia adalah teman sekolah Hoseok dan juga siswa yang selalu membully Jungkook.
Hoseok menceritakan semuanya.
Awalnya Jimin marah. Dia kecewa dan tidak pernah mengira bahwa Hoseok.yang sudah seperti kakak baginya ternyata adalah tukang bully dan juga menggunakan karate untuk memukul orang yang sedang terpuruk seperti Jungkook.
Sampai saat ini, Jimin belum menghubungi Hoseok saking marahnya. Dia masih kesal dan tidak mau bertemu dengan temannya sejak kecil itu.
Dihari minggu ini, Jungkook tak seperti yang ia kenal. Anak itu hanya memandang kosong sepatu hitam bertali miliknya dengan kelopak mata yang sembab parah dengan bibir pucat dan tatanan rambut yang berantakan.
Jimin memang tak pernah mengerti bagaimana rasanya kehilangan orang tua tapi baginya cukuplah dia saja yang harus menerima kenyataan untuk tidak pernah merasakan kasih sayang mereka.
Lalu dengan kuasa-Nya. Tuhan membuktikan bahwa Dia Maha Segalanya.
Jimin mendaratkan telapak tangannya dibahu kiri Jungkook perlahan. Sesekali Jimin menggoyangkan dan merematnya. Setidaknya Jungkook harus disemangati walaupun rasanya sangat tidak mungkin anak itu bisa kembali tersenyum disaat-saat seperti ini.
"Kau ingin tetap disini?"
Jimin dan Jungkook berada di taman tempat mereka pertama kali bertemu. Mereka berdua hanya duduk terdiam dibawah langit senja. Jimin sebenarnya sudah menunggu Jungkook sejak tadi siang tapi agaknya Jimin memang harus memahami Jungkook yang saat ini sedang terguncang.
"Kak Jimin bisa pulang sekarang" suruhan Jungkook itu dibalas dengan gelengan kepala perlahan dari Jimin. Meski Jungkook tak menolehkan kepalanya, Jimin tau Jungkook mengetahui bentuk penolakan darinya.
"Kak Jimin jadi tidak bekerja karena menemaniku disini"
"Sepertinya kau yang harus pulang, Kak Jimin akan mengantarmu"
Lalu saat Jimin menurunkan tubuhnya dari kursi tinggi tempatnya semula suara Jungkook justru membuat Jimin harus menjeda nafasnya sejenak.
"Aku tidak mau pulang, Kak"
Barulah setelah mengucapkan itu, Jungkook mengangkat kepalanya dan membuat Jimin dapat melihat dengan jelas wajah kehancuran miliknya.
"Aku tidak mau pulang ke rumah"
Jimin masih menunggu Jungkook untuk melanjutkan kalimatnya sambil mrmasang wajah dengan sarat meminta penjelasan lebih lanjut.
"Kak Jimin, bolehkah aku meminta alamat panti asuhan tempat Kak Jimin dulu?"
***
Taehyung berkali-kali menggigit kukunya karena cemas dan takut. Ini sudah sangat larut dan Jungkook belum pulang juga. Taehyung bahkan sudah sampai didepan jalan menanjak yang biasanya menjadi tempat mereka bertemu saat Taehyung harus menunggu Jungkook pulang setelah latihan karate.
Yuri sekarang juga ikut menyusul putranya yang masih diluar dengan udara malam tanpa jaket atau yang lain yang bisa menghangatkan tubuh.
"Taehyung tunggulah didalam rumah. Jungkook pasti baik-baik saja"
Taehyung menggeleng lemah beberapa kali. Dia terua menolak semua bujukan ibunya. Taehyung ingin memastikannya sendiri bahwa Jungkook baik-baik saja.
Taehyung kembali melihat jam yang ada dipergelangan tangan kanannya. Pukul sembilan malam dan anak itu masih belum memperlihatkan meski hanya bulu mata saja. Taehyung terus diliputi rasa gelisah berbeda dengan Yuri yang kini dirundung rasa bersalah.
Kemarin keputusan untuk semua aset dan kekayaan jatuh ditangan Jungkook. Namun, Jungkook masih sangat belia untuk mengemban tanggung jawab yang besar untuk sebuah perusahaan. Untuk itu, karena Yuri masih istri sah Yoongi maka, dia harus mencari pemimpin untuk perusahaan itu.
Tidak bisa Yuri, karena dia bukan wanita dengan pendidikan tinggi. Secara tegas dia akan menolaknya. Ini juga demi Jungkook. Dia tidak mau dianggap sebagai wanita yang menikah dengan ayahnya untuk harta kekayaan.
Tapi jika Yuri menikah lagi, maka itu artinya Jungkook akan memiliki ayah tiri dan juga itu akan sangat menyakitkan untuknya.
"Ibu, apa kita harus lapor polisi?"
Suara kegelisahan Taehyung membuyarkan lamunan Yuri. Dengan menurunkan tubuhnya Yuri memberikan pelukan pada Taehyung yang sedang berfikir buruk tentang kondisi Jungkook.
"Tenang, Nak. Jungkook pasti pulang. Ibu yakin Jungkook sedang bersama temannya. Berikan adikmu waktu, ya"
Sampai kapan? Apakah sejak pagi buta sampai larut malam? Menenangkan diri selama itu? Taehyung tidak bisa menerimanya. Taehyung tau ini sudah kelewatan.
"Aku akan mencarinya!"
Saat Taehyung sudah berjalan cepat, pergelangan tangannya dicegat oleh Yuri lalu ibunya menatapnya dengan tatapan yang memberikan harapan.
"Taehyung. Tidak Nak. Ini sudah malam dan kamu tidak boleh mencarinya. Kita tunggu, ibu akan membicarakannya dengan pengacara dan besok pagi kita akan mencari Jungkook bersama-sama"
Taehyung mengangguk sambil menundukan kepalanya. Malam ini dia hanya bisa berdoa untuk keadaan Jungkook supaya tetap baik-baik saja.
Taehyung akan tetap menunggu anak itu pulang.
KAMU SEDANG MEMBACA
BEREAVE || END
FanfictionSedikit pun tidak pernah Taehyung menginginkan untuk lahir ke dunia jika hanya mengacaukan hidup adiknya Jungkook. @2019