2- Care

8.5K 703 11
                                    

Taehyung itu baik. Dia sangat perhatian pada semua orang. Temannya, kerabat, apalagi sekarang dia punya keluarga yang utuh.

Seperti saat ini, hari masih pagi buta dan Taehyung sudah memasak makanan untuk sarapan ayah, ibu, dan adiknya. Taehyung juga anak yang mandiri. Ia terbiasa menyiapkan segalanya sendiri. Saat ibunya harus bekerja, maka Taehyung yang harus mengurus segalanya dan juga sekolahnya.

Sekolah Taehyung kini sama dengan Jungkook. Tentu saja, Yoongi tidak ingin mereka sekolah terpisah akan sangat merepotkan.

Yoongi menikah dengan Yuri memang atas dasar kesepakatan, tapi Yoongi tetaplah seorang ayah yang bertanggung jawab meski Taehyung bukan putra kandungnya. Yoongi akan tetap memikul tanggung jawab sebagai kepala keluarga, salah satunya memberikan fasilitas dan pendidikan yang baik.

Yuri juga bukanlah wanita jalanan yang tidak tau diri. Dia sangat berterimakasih kepada Yoongi, sehingga Yuri juga menerima kesepakatan dengan senang hati, dia akan merawat Jungkook dan menjaganya seperti dia merawat dan menjaga Taehyung. Yuri tau itu bukan perkara mudah, dia akan menerima penolakan yang bertubi-tubi. Itu pasti.

Taehyung selesai dengan urusan dapur, saat dia akan melangkah untuk mengambil tas sekolahnya, dia melihat Jungkook yang sedang menuruni tangga. Tentu dengan wajah cuek dan dingin tapi bagi Taehyung adiknya itu terlihat imut dan menggemaskan.

Pelan-pelan Taehyung menghampiri Jungkook, bermaksud memberikan senyuman seperti seorang kakak pada umumnya.

Pada umumnya

Senyuman itu tak dibalas oleh Jungkook meski hanya beberapa senti untuk melengkungkan bibir. Taehyung tidak bersalah, Jungkook tau benar. Kenyataan yang harus dia terima saat ini adalah murni dari kasih sayang ayahnya yang tidak tega jika Jungkook harus hidup tanpa seorang ibu. Tapi hatinya tidak bisa menerima kehadiran Taehyung sebagai anggota keluarga di rumahnya. Jungkook juga tidak tau alasan mengapa kebencian itu bisa muncul pada wajah polos dan penuh kasih sayang milik Taehyung.

"Jungkook. Jungkook. Jungkook"

Taehyung harus berlari dengan kotak bekal yang juga sudah dia siapkan. Kalau-kalau Jungkook menolak untuk sarapan seperti sekarang. Taehyung cukup tau diri untuk tidak memaksanya.

"Aku tau kau akan pulang terlambat hari ini--"

"Aku akan makan diluar bersama teman-temanku"

Lalu pergi lagi. Kalimat yang tidak panjang dan bernada dingin yang selalu Taehyung terima jika dia berbicara dengan Jungkook. Sakit hati? Emh.. lebih kepada menanyakan pada diri sendiri. Bagaimana nanti? Apakah akan selalu seperti ini hubungannya dengan Jungkook? Tidak bisakah seperti kakak adik yang sesungguhnya?

Yoongi sudah berjalan menghampiri meja makan, ia melihat punggung Taehyung yang menurun. Lalu saat Yoongi memperhatikan lagi dengan benar, barulah dia mengerti Jungkook pasti sudah bersikap ketus dengannya. Putranya itu memang tidak bisa lagi tersenyum sejak bundanya pergi. Seakan senyum itu lebur bersama jiwa istrinya yang sudah tiada.

"Taehyung, apa kau akan tetap berdiri disana seharian?"

Taehyung langsung berbalik saat suara ayahnya memasuki gendang telinga, membangunkannya dari lamunan tentang Jungkook yang harus berangkat sendiri. "Eum. A-apa Jungkook.. Tidak akan berangkat bersama--"

"Adikmu mungkin sedang ingin sendiri"

Adikmu?

"Kau masih sungkan memanggilku ayah?"

Sejujurnya iya, tapi Taehyung terlalu tidak enak untuk mengatakannya. Diamnya Taehyung membuat Yoongi paham jawaban yang dia dapatkan dari pertanyaannya. "Taehyung, mulai sekarang kau putra sulung dikeluarga ini, itu artinya kau juga anakku. Seorang anak harus memanggil ayahnya dengan penggilan ayah, apa cukup sulit untukmu?"

"Jungkook belum bisa menerimaku, aku tidak ingin membuatnya makin terganggu jika mendengar saya memanggil tuan dengan sebutan itu"

"Tidak, justru jika kau selalu menutupi dirimu maka kau akan semakin jauh darinya. Aku mengenal bungsuku lebih lama darimu, Nak. Dia tidak bisa membuka hati jika kau berusaha sendiri. Menerima dia, berarti menerimaku juga sebagai ayahmu"

Taehyung menghela nafas. Kepalanya makin menunduk dalam untuk memikirkan pemikiran ayahnya itu. Memang benar, Taehyung ingin bersaudara dengan Jungkook, itu tandanya dia harus memanggil Yoongi dengan panggilan ayah. "M-maaf, a-ayah" hatinya meluas saat mengucapkan panggilan itu untuk pertama kali seumur hidupnya.

Tanpa menunggu Yuri yang tengah membersihkan rumah, mereka berdua memulai sarapan dengan Jungkook yang mereka biarkan bersarang dalam fikiran mereka.

***

Sekolah baru, Taehyung sangat menikmatinya. Hari ini dia berkenalan dengan banyak orang, tidak sungkan bersalaman dan bertegur sapa. Tidak seperti saat dia masih menjadi Taehyung yang begitu pemalu dulu.

Dimana dia?

Sejak tadi Taehyung mencari Jungkook. Jam istirahat sudah hampir selesai, Taehyung tidak melihat adiknya pergi ke kantin. Sekolah itu cukup luas dan Taehyung rasa dia sudah mencari adiknya disemua ruang kelas dan juga lapangan yang dimiliki sekolah itu.

Terakhir adalah aula.

Taehyung temukan dia.

Taehyung temukan Jungkook dengan lebam diwajah dan juga baju yang penuh dengan debu lantai.

"Jungkook!!"

Suara Taehyung menggema. Jungkook yang semula hanya duduk didekat podium kini menegakkan tubuhnya. Secepat mungkin Taehyung berlari, jarak antara dia dan Jungkook begitu jauh. Sampai akhirnya dia bisa menangkup wajah adiknya yang penuh luka. Hidung Jungkook juga masih mengeluarkan darah.

"Ada apa Jungkook? Siapa yang memukulmu?"

Jungkook menyingkirkan kedua tangan Taehyung dari wajahnya. "Bukan urusanmu!"

"Tidak Jungkook--"

"Apa salah jika seorang murid yang ikut ektra karate memiliki wajah seperti ini?!" teriak Jungkook tepat didepan wajah Taehyung. Bungkam, bisu, lidah kelu, tidak sedikit pun membuka suara. Itulah Taehyung setelah Jungkook membentaknya.

Apakah salah jika dia khawatir?

Dengan menyenggol bahu kiri Taehyung, Jungkook melangkah dengan mengehentakan kaki. Ketara sedang kesal dan ingin melampiaskannya pada apa saja. Jika kepalan tangan Jungkook tidak dia kendalikan, maka bogeman darinya yang akan Taehyung dapatkan.

Sekali lagi, Taehyung harus menerima perlakuan dingin dari adiknya. *

BEREAVE || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang