20-Met (2)

4.3K 487 35
                                    

Bukan Jungkook yang menemui Namjoon tapi Taehyung. Dia terlalu berani untuk berangkat lebih pagi hanya untuk menemui sipembully demi mempertanyakan maksud perkataannya kemarin.

Taehyung tidak bodoh. Saat ini dia berhadapan dengan si pembuat onar di sekolah dan untuk percaya pada Namjoon haruslah dia fikirkan baik-baik.

Kedua siswa itu masih berhadap-hadapan ditengah lapangan. Suasana masih sangat sepi. Membuat mereka berdua semakin leluasa kalau-kalau ingin berteriak dan saling mencaci maki.

"Apa Jungkook sepegecut itu? Sampai harus kau yang mewakilinya?"

Taehyung mengeratkasn kepalan tangannya, "Sebenarnya apa urusanmu dengan Jungkook? Berhentilah menganggunya!"

"Ck.. Kau benar-benar tidak mengerti maksudku kemarin Taehyung?"

"Aku lebih percaya adikku ketimbang dirimu!"

"Kau tau. Aku sangat tidak tega untuk mengatakan kebenaran ini. Tapi...kau harus segera mengetahuinya"

Setelah itu Namjoon melempar asal bola basket yang semula dikedua tangannya. Namjoon mendekat pada Taehyung lalu membisikan kalimat lanjutannya, "Kau anak haram Taehyung. Kau anak dari selingkuhan ayahku, Kim Seokjin"

Lalu Namjoon menujukan foto ayahnya beserta dengan ibu Taehyung. Diusianya, Taehyung tak seharusnya melihat foto yang semacam itu tapi memang sialnya Namjoon harus memberitahu kebenaran ini.

"Kau anak dari wanita simpanan ayahku, lalu Jungkook anak dari ayah tirimu. Ibumu dan ayahku! Tidakkah kita bisa bekerja sama dan saling menguntungkan?"

Menguntungkan?

Namjoon mendekatkan wajahnya dengan wajah Taehyung. Dalam jarak ini mereka masih saling bertatapan dengan sorot yang berbeda.

"Jika Jungkook kalah dalam turnamen itu maka kau akan mendapatkan kasih sayang ayahnya. Aku akan diuntungkan dengan kekalahannya dan kau dengan kasih sayang ayah tirimu"

Taehyung tak bergeming. Masih dengan menatap Namjoon dengan tajam.

"Buat ayahnya membenci Jungkook. Sisanya biar aku saja yang selesaikan dalam turnamen itu atau ayahku yang mantan narapidana pembunuhan itu akan menyakiti ibumu!"

***

Semua percakapannya dengan Namjoon masih terngiang-ngiang. Taehyung tak sesemangat biasanya. Wajahnya murung dengan hati yang bingung. Taehyung tak mungkin menjauhkan hubungan Jungkook dari ayahnya. Salah apa Jungkook padanya?

Taehyung jelas menolak untuk mengadu domba Jungkook dengan ayah tirinya. Tapi benaknya bertentangan. Kepalanya justru memikirkan cara bagaimana membuat itu menjadi mungkin.

Tapi kebenaran yang Namjoon tawarkan membuatnya menginginkan untuk tau. Sosok ayahnya yang selama ini dia rindukan. Seperti apa dia dan apakah dia juga merindukan Taehyung?

Lalu saat Taehyung sedang bingung-bingungnya adik tirinya sedang berjalan tergesa-gesa menuju gerbang sekolah. Taehyung yang sedang duduk dibawah pohon rindang disamping sekolahnya itu langsung bergegas menyusul.

Jungkook terlihat menunggu seseorang atau menunggu kendaraan umum. Jungkook menaiki bus yang berhenti di halte dekat sekolah. Taehyung mengalihkan kepalanya untuk melihat penjaga yang tertidur dan lebih membuatnya leluasa untuk mengikuti Jungkook.

Sebuah taksi Taehyung hentikan segera dengan cepat dia meminta sopir untuk mengikuti kemana arah bus yang ditumpangi Jungkook.

***

Sementara kini Jungkook bergerak gelisah. Tidak pernah bola matanya itu menatap pada satu objek lebih dari tiga detik. Kedua tangannya juga gemetaran tak henti setelah ponsel itu menerima pesan saat di sekolah.

Datang atau nyawa ayahmu!

Beserta dengan foto Yoongi yang disekap dan tidak sadarkan diri. Wajah ayahnya sudah babak belur.

Kacaunya lagi jika Jungkook tak sampai disana lebih dari satu jam maka ayahnya akan dilukai lagi. Sedangkan Jungkook sedang menaiki bus yang notabennya akan berhenti disetiap halte yang dijumpai.

Jungkook juga meyakini ayahnya adalah pria yang kuat tapi untuk masalah nyawa Jungkook lagi-lagi tak akan membiarkannya. Satu-satunya orang yang dia miliki kini berada dalam bahaya. Jungkook tak mau kehilangan lagi. Dia tidak mau. Sangat tidak mau.

***

Satu jam kemudian...

Yoongi membuka matanya dengan perlahan dan dia mampu melihat dengan jelas sebuah pistol yang diarahkan padanya oleh seseorang yang menyekapnya beserta Yuri yang terus menangis dengan kedua tangan dan kaki yang terikat.

"Sepertinya putramu itu tak sehebat yang kau kira, Yoongi"

"Hentikan Seokjin!!" teriakan Yuri itu langsung membuat pistol yang sebelumnya mengarah pada Yoongi berbalik padanya.

"Kau masih tak pahan juga Yuri! Aku menghabiskan waktuku di penjara lalu ini yang aku dapatkan kau menikah dengan orang ini!!"

"Kau tak pantas menjadi ayah dari putraku Seokjin! Ku mohon jauhkan tanganmu dari keluargaku!!"

Seokjin justru tertawa keras saat mendengar permohonan penuh emosi dari Yuri. "Aku sudah memperingatkanmu bahkan aku sudah memberikan pilihan dan inilah yang kau pilih kau membuat keluargamu mendekat padaku! Mana putra-putramu? Aku sudah lama tak membunuh anak-anak"

BRAK!!

Pintu kayu yang entah dari pabrik bekas atau semacamnya dibuka oleh Jungkook dengan kasar. Nafasnya masih memburu dengan keringat yang masih menetes deras dari poni rambutnya. Pintu itu terbuka dan membuat kedua bola matanya mampu melihat kondisi ayah beserta ibu tirinya.

"Akhirnya kesayangannya Yoongi datang juga!" sambut Seokjin dengan menyimpan pistol yang sedari tadi masih dia genggam.

"Lepaskan ayah dan ibuku!"

Ibuku

Ibu

Suara Jungkook membuat hati Yuri yang tadinya penuh emosi kini jadi melembut. Akhirnya kata itu keluar dari Jungkook putra tirinya. Tapi keadaan tak akan seperti ini jika dia dan Yoongi berpisah lebih cepat. Ada sisi dimana dia menyalahkan diri sendiri.

Seokjin menggaruk pelipis kanannya sebentar lalu berkata "Apa kau sepolos itu? Kau tak diajarkan ayahmu cara meminta tolong yang baik?"

Jungkook perlahan mendekat. Satu-satu langkah itu diambilnya perlahan. "Kau berani melukai ayahku, kau mengancam akan membunuhnya. Kau mungkin tak akan pernah bisa mengerti bahwa seorang anak yang polos sepertiku bisa tak terkendali saat diliputi emosi seperti sekarang!" masih dengan melangkahkan kakinya mendekat pada Seokjin dengan tatapan marah. "Kau salah karena mengusik kebahagiaan kami!" tepat setelah Jungkook mengatakannya jarak antara dia dan Seokjin hanya sepanjang penggaris.

"Aku punya anak dan kita lihat bagaimana reaksinya setelah kau membentakku seperti ini" jeda Seokjin sesaat. "Dia dibelakangmu!"

Jungkook pada waktu dua detik setelahnya melihat sosok yang awam, sangat dia kenal, tidak asing dan yang selalu dia lihat sepanjang hari.

Kim Taehyung. *

BEREAVE || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang