31- Met (3)

4.7K 515 31
                                    

Jungkook mengetuk pintu ruang kerja Ayah tirinya perlahan. Ia masih mengenakan topi dan juga jaket hitam yang ia gunakan agar tidak ada seseprnag yang mengenalinya. Wooseok menyadari kedatangan putra bungsunya langsung berhenti mengetik dan melepas kacamata.

Jungkook kemudian berjalan untuk menyingkirkan keraguan. Hari ini ia akan jujur tentang siapa dia dan bermaksud untuk mengucapkan terima kasih atas apa yang sudah diberikan padanya.

Belum juga Jungkook berkata, kedua netranya sudah melirik pada salah satu amplop yang tergeletak diantara semua berkas pekerjaan milik ayahnya. Ah..Ayah tirinya.

"Ada apa, Nak?"

Jungkook tidak mengalihkan pandangan dari nama perusahaan yang sangat ia kenal. Jeon Grub. Tolong katakan itu bukan..

"Jungkook"

Barulah saat suara Wooseok meninggi, Jungkook menyahut dengan kedua mata yang makin membola dan kedua bibir yang ia mainkan sedikit.

"I-itu.." Jungkook tergagap padahal sebelumnya ada niat yang kuat dalam hati untuk mengatakan bahwa dia adalah Jeon Jungkook.

Putra pemilik perusahaan tersebut.

"Ini? Ayah menerima tawaran kerja sama dari perusahaan ini. Dia ingin melebarkan sayap ke dunia kesehatan. Ayah lihat perkembangannya pesat sekali. Perusahaan besar..."

Jungkook makin membatu. Penjelasan Ayah tirinya tidak memberi terang sama sekali. Siapa yang menggerakan perusahaan itu?

"Tapi ayah tidak akan menerimanya--

"Tidak!" teriakan Jungkook cukup untuk menghentikan fokus Wooseok pada laptop didepannya. "Ayah harus menerimanya. Kerja sama ini. Ayah harus menerimanya!"

Wooseok menggelengkan kepalanya berkali-kali karena bingung dengan tingkah Jungkook yang sangat memaksanya. Selama ini anak tirinya tidak pernah seperti ini. Jungkook adalah anak yang penurut dan tidak pernah menuntut atas apapun, "Jungkook, kenapa?"

Jungkook harus memainkan jemarinya sebentar lalu melepas topi yang masih melekat dikepalanya. Jungkook mengangkat wajah dan dengan tatapan yakin ia mengatakan, "Aku pewaris perusahaan itu, Ayah"

Wooseok harus berdiri saking terkejutnya. Ia tatap Jungkook dengan tatapan tidak percaya dan..apa Jungkook selama ini berusaha membohonginya?

"Ada, ada hal yang harus ayah ketahui"

Jungkook meraih laptop milik ayahnya dan mencari artikel berita tentang insiden penembakan ayah kandungnya. Jemarinya sudah sangat gemetar, nafasnya juga makin memburu saat artikel tersebut berhasil dibukanya.

Narapidana tembak mati pengusaha kaya yang merupakan suami dari mantan kekasihnya

Jeon Yoongi..

KS...

"Kim Seokjin", Jungkook mengepalkan kedua tangan sebagai pelampiasan agar hatinya lebih tenang. "Ayah menikah dengan mantan kekasihnya.  Kematian ayah, aku kabur dari rumah pada malam kedua ayah dikremasi. Aku, a-aku ti-dak b-bisa.."

Wooseok melangkah cepat saat Jungkook mulai kesulitan bernafas sambil mencengkram dadanya kuat.

"Jungkook, sudah jangan jelaskan lagi. Ayah akan mencari tau sendiri" bujukan Wooseok tidak dihiraukan Jungkook. Anak itu justru berusaha untuk menormalkan laju nafasnya dan kembali menatap yakin ayah tirinya.

"Aku ingin sembuh. Aku, aku ingin membuat mereka membayar apa yang sudah mereka lakukan pada ayah"

Jungkook menyatukan kedua telapak tangannya didepan Wooseok. "Aku tidak bermaksud membohongimu selama lima tahun ini. Aku berusaha untuk mengatakan yang sejujurnya. Tapi, tapi ternyata aku hanya sanggup pada hari ini. Aku mungkin akan mati jika tidak kau temukan lima tahun yang lalu. Aku sangat berterima kasih. Sekali lagi aku sangat berterima kasih"

BEREAVE || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang