Jungkook membaringkan dirinya ditengah lapangan basket. Setiap hari dia pasti bolos untuk beberapa mata pelajaran tertentu. Dia terlalu malas untuk mendengar seseorang menasehatinya. Jungkook juga menjadi siswa yang sering melanggar peraturan meski dengan otak yang lumayan.
Kehilangan seorang ibu memang berdampak besar bagi seorang anak yang belum bisa mengendalikan rasa kehilangan itu dengan baik.
Sosok seorang kakak berdiri tak jauh darinya. Kasusnya lain, Taehyung tidak pernah mengalami kehilangan karena sejak awal Taehyung tidak memiliki seorang ayah. Jadi sangatlah wajar jika Jungkook kini membencinya. Taehyung tidak pernah bisa merasakan bagaimana sakit kehilangan orang tua. Menurutnya, dia lebih beruntung. Taehyung juga tidak pernah bercita-cita untuk mengenal ayah kandungnya.
Taehyung menguatkan jemarinya yang melingkar pada sebuah botol minuman dingin yang diperuntukan pada Jungkook.
Sebelum Taehyung, ada dua orang yang tidak dia kenal melangkah menuju adiknya. Tanpa diduga dua orang itu langsung melayangkan pukulan dan menyeret Jungkook menjauh dari lapangan basket. Taehyung mengikuti langkah mereka. Gudang dibelakang sekolah adalah tujuannya. Disana adiknya dipukuli lagi tanpa ampun.
"Hentikan!!"
Taehyung yang lembut berubah menjadi sosok yang mengerikan saat melihat adik yang dia sayangi terluka.
"Jangan ikut campur urusan kami!!" bantak Kim Namjoon yang masih meremat kerah baju seragam Jungkook.
"Lepaskan atau kalian akan menerima akibatnya!!" satu langkah pun Taehyung tidak akan mundur. Justru kakinya itu makin kuat menapak.
"Lepaskan adikku!!"
Namjoon dan Hoseok tentu terkejut. Setahu mereka Jungkook itu anak tunggal. Perlahan setelah rasa terkejut itu hilang, mereka berdua menertawakan Jungkook yang makin menunduk.
"Apa kau mengadu pada kakakmu Jungkook? Kau menyedihkan!!" hina Namjoon. "Kau pungut dia dari mana Jeon?" tambah Hoseok.
"Dia bukan Jeon!"
Tiga kata itu cukup membungkam ketiga orang yang masih bersamanya. Jungkook perlahan mengangkat wajahnya yang sudah penuh luka. Dia tatap Taehyung dengan tatapan dinginnya.
"Dia. Bukan. Jeon"
Jungkook, hanya dengan mengibaskan kedua bahunya, dia sudah mampu menyingkirkan kedua tangan Hoseok yang mengungkung pergerakannya. Jungkook mendekat pada Taehyung. Dari jarak ini Taehyung makin mampu melihat kebencian dalam sorot itu.
"Aku tidak tau ayahku memungutnya dari mana. Tapi orang ini...aku tidak mengenalnya!!"
Jungkook menyenggol bahu kanan Taehyung dengan bahu kirinya yang masih terluka.
Taehyung membatu. Dia cukup terkejut melihat sorot mata kebencian yang sedalam itu. Sementara Namjoon dan Hoseok justru lain, mereka merasa menemukan hal baru untuk dimainkan.
***
Jungkook berhenti diantara koridor sekolahnya. Jam istirahat akan segera berbunyi lima belas menit lagi sehingga koridor sekolahnya masih sangat sepi. Wajahnya tetap menunduk dengan bibir bawahnya dia gigit kuat-kuat.
Dia. Bukan. Jeon
Kepalan tangan Jungkook mengerat. Kedua matanya juga terpejam rapat.
Aku tidak tau ayahku memungutnya dari mana. Tapi orang ini...aku tidak mengenalnya!
Jungkook akui dia kasar. Tapi kini dia merutuki kebodohannya. Meninggalkan Taehyung dengan dua orang yang sering berbuat onar dan sering memukulnya. Bodoh! Taehyung mengaku dia adalah kakaknya.
Jungkook berbalik arah, dia berlari sekencang mungkin agar Taehyung tidak mendapati luka yang serius. Kedua orang itu tidak akan membiarkan Jungkook hidup tenang, Jungkook tau Namjoon dan Hoseok sedang berbuat kasar pada Taehyung sekarang ini. Tapi Jungkook rupanya salah, Taehyung hanya mematung disana seorang diri. Tatapannya kosong menerawang jauh kedepan.
Jungkook juga tidak berani untuk bicara lebih dulu atau menunjukan pergerakan selain rambut mereka yang tergerak karena angin yang menerpa.
"Apa salah bagiku untuk menjadi kakakmu?"
Pertanyaan dari Taehyung dengan nada lirih itu akhirnya mengakhiri kebungkaman mereka berdua.
"Sesulit itukah menerimaku sebagai saudara?"
Taehyung kini merasa bahwa dia adalah orang yang menyedihkan.
"Aku bersyukur pada Tuhan karena telah memberikanku keluarga yang sebelumnya tak pernah aku rasakan"
Jungkook jadi teringat percakapan ayahnya dan ibu Taehyung tempo hari. Ibu tirinya yang memohon pada ayahnya untuk tidak bercerai demi Taehyung.
"Mungkin, kau bisa tanyakan pada ibumu alasan aku tidak bisa menerimamu, Kim Taehyung"
Marga Kim masih menjadi panggilan mutlak Jungkook untuk Taehyung.
"Atau kau bisa menanyakan pada dirimu sendiri mengapa aku sangat membencimu dan ingin kedua orang tua kita berpisah"
Taehyung harus melunak demi meluluhkan Jungkook yang sedang keras.
"Kau bisa membenciku sesuka hatimu. Tapi tidak dengan membuat dirimu sendiri terluka, kau dengan senang hati menerima pukulan dan tendangan mereka apa kau tidak malu pada ilmu karatemu?"
"Kau sendiri bagaimana? Apa kau tidak malu menjadi seorang anak tiri yang berniat merebut kasih sayang seorang ayah dari anak kandungnya!"
"Apa?! Sedikit saja aku tidak memiliki niat untuk seperti itu, Jungkook!"
"Oh ya, kau mana tau. Coba tanyakan pada hatimu yang tak pernah merasakan kasih sayang seorang ayah itu. Kau pasti berniat seperti itu kan? Karena ibumu juga demikian. Dia ingin merebut posisi bunda dan menikmati harta ayahku!!"
"Tutup mulutmu itu Jungkook! Jangan hina ibuku lagi!"
Jungkook menghentikan serentetan kalimat pedasnya. "Kau juga seorang anak. Bagaimana sakitnya jika ibumu dihina seperti yang kau lakukan saat ini, Jungkook?!"
"Bundaku sudah merasa terhina sejak kau dan ibumu masuk dalam kehidupan kami!"*
KAMU SEDANG MEMBACA
BEREAVE || END
FanfictionSedikit pun tidak pernah Taehyung menginginkan untuk lahir ke dunia jika hanya mengacaukan hidup adiknya Jungkook. @2019