04 Second Chance

1.6K 227 4
                                    

========== 4 ==========

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

========== 4 ==========

Hana's

Harusnya gue balas budi sama cowok yang kemarin udah menolong gue dari adegan humiliating yang dilakukan sama manajer kafe di tempat kerja. Cowok itu maksudnya baik, gue udah bilang makasih juga, tapi gue nggak bisa nebak, kalau endingnya dia tiba-tiba ngajak nikah.

Absurd banget. Permintaan ter-absurd yang pernah gue denger.

Kalau gue cewek normal yang nggak punya PTSD kaya gini, mungkin cuma butuh mikir dua kali, karena cowok itu katanya mau menggaji dan kerjaannya cuma jadi istri bohongan. Tapi buat kasus yang gue alami, deket sama laki-laki aja nggak bisa, di transportasi umum pun harus ke kursi prioritas, ini gue harus nikah sama dia. Nggak perlu pakai mikir pun, pasti langsung ditolak.

Buat konseling ke yang ketiga kali ini aja, gue masih nggak bisa liat muka dokternya, alias Pak Seungwoo. Selama konseling, gue duduk di kursi santai, menghadap ke papan tulis membelakangi Pak Seungwoo.

"Jangan panggil bapak atau dokter, panggil aja nama biasa. Atau kalau kamu gak enak, bisa panggil Mas Seungwoo aja."

Kata Mas Seungwoo, pas gue selalu manggil dia pake bapak. "Iya dok--eh mas."

"Yaudah kita mulai aja ya."

Butuh waktu dua jam buat konseling, menceritakan semua masalah dan kejadian yang gue alami, sama bagian Mas Seungwoo ngasih saran-saran dari sisi medis. Sebenernya kemampuan Mas Seungwoo udah sebanding sama dokter gue sebelumnya. Ditambah suaranya mas Seungwoo yang lembut banget, kadang kalau nggak inget PTSD yang gue punya, pengen rasanya nengok sekali aja buat liat mukanya dia.

Tapi gue belum berani.

Selesai konseling, gue buru-buru pamit dan keluar dari ruangan buat ngejar shift kerja yang sebentar lagi mulai. Belum lima langkah keluar dari ruang konseling, tiba-tiba aja mas Seungwoo manggil dari belakang dan bikin gue berhenti ngelangkah.

"Mba Hana, buru-buru banget, mau saya anterin aja?" tanya mas Seungwoo, suaranya kedengeran nyaring.

Gue cuma geleng-geleng tanpa muter badan ke arah dia. "Gak usah. Saya duluan ya, mas."






***






Dia lagi dia lagi.

Sumpah, cowok ini, yang gue lupa namanya siapa dan nggak tau mukanya kaya gimana, sekarang  muncul lagi di depan meja kasir. Mesen minuman yang sama kaya dua kali pertemuan kita sebelumnya. Sekarang gue udah kenal sama suaranya yang agak nyaring dan sedikit cempreng itu.

Healing | CSY  ✔ (Under Revision)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang