38 Honesty

1.1K 213 70
                                    

================= 38 =================

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

================= 38 =================

Terakhir kali Seungyoun nggak menjawab apapun, Hana tak bisa mendesak. Obrolan mereka menggantung di udara karena telpon masuk ke HP Seungyoun. Hana juga harus mengecek dan meyakinkan perasaannya sendiri sebelum terlibat hubungan yang lebih jauh dengan Seungyoun. 

Sepulang ke apartemen dari rumah sakit, Hana cuma rebahan di sofa sambil nonton TV. Nggak berniat melakukan apapun karena banyak pikiran mengganggu kepalanya. Dia jadi banyak overthinking sejak nikah kontrak sama Seungyoun, intensitasnya malah makin banyak akhir-akhir ini. Mempertanyakan banyak hal, termasuk tentang hidup, kuliah Eunsang, Ibunya, Ayahnya, perasaannya sendiri dan mau dibawa kemana pernikahan kontrak mereka.

Hana melihat HPnya yang nggak berhenti nerima panggilan dari nomor asing sejak pagi. Dia hampir nggak pernah nerima nomor asing, karena lingkup kehidupannya cuma disitu-situ saja. Dan semuanya sudah disimpan rapi di dalam HPnya dengan nama kontak. Tapi karena sudah berkali-kali, Hana beneran takut kalau ada kabar penting menyangkut Ibu atau Eunsang yang tinggal diluar kota.

Ragu-ragu Hana menerima telepon itu dan menyalakannya di mode speaker. 

"Hmm, halo?"

'Saya butuh uang lagi.'

HP yang dipegang oleh Hana refleks jatuh ke karpet ruang tengah. 

Suara ayahnya.

'Hana? Ini bener nomer kamu 'kan? Halo.'

Bibir Hana terkatup, jantungnya seperti berhenti. Ia nggak tahu harus bereaksi apa, karena mendengar suara ayahnya aja bisa membuat reaksi traumanya terpancing lagi.

'Atau saya dateng ke kantor suami kamu lagi aja?'

Hana langsung mengubah posisinya jadi duduk, ia mengambil HPnya lagi dari karpet dengan tangannya yang bergetar. Membuka mulut, siap membalas suara ayahnya, walaupun tenggorokannya terasa tercekat.

"Jangan," kata Hana pelan.

'Akhirnya ngomong juga.'

"Kenapa minta uang? Saya selama ini nggak pernah minta uang sama anda," Hana memberanikan diri walaupun suaranya bergetar menahan tangis. Tangannya meremas kuat HP di genggamannya, menyalurkan rasa takut dan gelisah yang menyerang.

'Kemaren suami kamu yang kasih uang, lumayan banyak, tapi ternyata gak cukup. Semuanya dipake buat bayar utang aja.'

Kedua mata Hana terpejam, ia menarik nafas panjang sebanyak tiga kali. "Jangan ganggu hidup saya lagi. Tolong...."

'Ini terakhir, saya mau minta buat modal usaha, nanti dikirim berapa nominalnya.'

Setitik air mata meluncur dari sudut mata Hana, ia semakin terisak saat sambungan telpon ayahnya diputus dari seberang. Memang dia sudah memaafkan semua apa yang dilakukan ayahnya di masa lalu, tapi bukan dengan menerimanya lagi. Ia mau ayahnya itu pergi jauh-jauh dan nggak kembali ke hidupnya.

Healing | CSY  ✔ (Under Revision)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang