Tentang dua orang yang sama-sama pernah terluka, hidup dari kepingan-kepingan memori pahit di masa lalu, dan bangkit bersama untuk saling mengobati satu sama lain.
"Your wound is not your fault, but your healing is your responsibility."
-
Cr : IMA 2...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
=============== 39 ===============
Everything seems unreal.
Even when he woke up in the morning to find Hana sleeping soundly beside him
Kemajuan paling besar di hidup Seungyoun setelah nikah dengan Hana. Tapi perlu ditekankan, kalau mereka cuma tidur. Seungyoun nggak berani macem-macem kalau Hana belum sembuh total dari PTSDnya. Jawaban dari Hana semalam saja sudah cukup menerbangkan perasaannya ke langit ketujuh.
Berlebihan sih, tapi Seungyoun serius.
Yang ada di kepalanya adalah kemungkinan terburuk kalau Hana pasti menolaknya, apalagi setelah semua kelakuan bejatnya yang tak habis-habis dan sering mengecewakan Hana. Tapi ternyata ia diterima dengan tangan terbuka oleh cewek itu.
"Ayo belajar bareng-bareng."
Walaupun Hana belum jujur tentang perasaannya, tapi mau memulai proses jadi suami-istri sungguhan saja sudah cukup untuk sekarang. Seungyoun nggak minta apapun, kecuali Hana yang pindah ke kamarnya mulai malam itu. Tidur di atas kasur king size miliknya, walaupun di antara mereka dibatasi dua guling untuk mencegah hal-hal yang diinginkan oleh Seungyoun.
Jujur, Seungyoun nggak bisa tidur semalaman. Dia cuma cengar-cengir nggak jelas sambil memandangi Hana yang tidur memunggunginya di seberang guling. Terlalu excited.
.
Matahari pagi menyambut Hana yang baru membuka mata dan sadar kalau ia tidur di kamar Seungyoun mulai tadi malam. Rasa panas ditambah jantung yang detaknya makin cepat langsung menyerang Hana. Tiba-tiba ia berharap kalau Seungyoun belum bangun, dan mereka nggak perlu saling menyapa di atas tempat tidur seperti pasangan klise pada umumnya.
Takut ketahuan kalau Hana lagi salah tingkah.
Pelan-pelan Hana bangun dari posisi tidurnya, tanpa mau noleh ke belakang, ia pergi ke kamar mandi dengan sedikit berjinjit tapi setengah berlari. Di belakang pintu, tangan Hana refleks memegangi bagian dadanya yang berdetak heboh lalu malah cengengesan, menertawai tingkahnya sendiri.
Sehabis sikat gigi dan cuci muka, ia keluar lagi dari kamar mandi sambil menguncir rambutnya ke atas.
"Pagi, mba istri."
Hana berjengit kaget, pemandangan Seungyoun duduk di atas kasur menyambutnya yang lagi keset-keset di depan pintu kamar mandi.
"Pagi, Yon. Hari ini ke kantor 'kan?" Hana memulai pertanyaan basa-basi untuk mengalihkan salah tingkahnya.
Senyum geli tak bisa hilang dari bibir Seungyoun. "Ngapain lari-lari gitu ke kamar mandi?"
"Keliatan?"ekspresi kaget terpetak di wajah Hana, yang mengundang suara tawa Seungyoun.
"Keliatan lah, orang aku nggak tidur. Baru mau nyapa, eh kamu udah keburu lari duluan ke kamar mandi."
Mukanya Hana sudah bisa ditebak jadi semerah apa sekarang. Ia pikir Seungyoun masih tenggelam di dunia mimpi dan nggak melihatnya ngibrit ke kamar mandi.