03 Encounter

1.6K 242 15
                                    

========== 3 ==========

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

========== 3 ==========

Seungyoun's 

"Permisi pak," kata gue sok berani, menepuk bahunya si manajer kafe yang masih kalang kabut membentak pegawainya.

Bapak ini menoleh ke arah gue, memasang raut marahnya "Kenapa?!" 

Gue nyengir sambil ngangkat gelas ice americano di tangan yang belum habis setengah. "Saya lagi nikmatin kopi buat ngilangin stres di kafe ini, tapi saya jadi pusing denger bapak marah-marah."

"Kok anda jadi ikut campur? Urusan saya cuma sama cewek ini!"

Mata gue otomatis pindah ke arah cewek yang masih nunduk, bahunya bergetar, ketakutan banget. "Berapa harga gelasnya? Saya ganti semua asal bapak jangan marah-marah lagi. Pusing saya dengernya."

"Ini bukan sembarangan gelas ya, mas. Saya beli di--."

"Sekalian sama tiket ke Spanyolnya saya beliin. Udah clear kan? Bentar lagi jam istirahat saya habis, jangan bikin kepala saya tambah pusing, pak," potong gue sambil ngasih kartu nama ke bapak-bapak yang rambutnya setengah botak ini.

Baru selesai berdebat, si cewek yang tadi dimarahi langsung melepas apronnya dan lari ke belakang. Gue cuma hela nafas sebelum balik lagi ke meja yang masih ditempati sama Yohan-Hangyul. 

"Lo giliran modus aja cepet ya. Gak dikejar itu cewek sekalian?" tanya Hangyul, jelas meledek.

Sambil menyedot banyak-banyak ice americano, gue lalu menggeleng. "Enggak. Gue cuma males aja denger orang marah-marah. Udah kepala gue pusing mikirin nyari istri, lagi ngadem di sini malah tambah pusing."

"Tapi dia tadi gak apa-apa 'kan? Mukanya pucet banget lho tadi," sekarang Yohan yang komen, menyadarkan gue kalau keadaan cewek itu jauh dari kata baik.

"Lah iya. Bentar gue tengokin dulu."

Gue langsung berdiri dari kursi, pergi ke pintu yang mengarah ke halaman belakang, ke tempat cewek itu pergi. Habis buka pintu, cewek tadi sedang jongkok di deket tempat sampah sambil menepuk-nepuk dadanya sendiri. Mukanya masih keliatan pucat, ada air mata yang keluar dari dua sudut matanya.

"Lo gak apa-apa?" tanya gue, terpaksa mendekati cewek itu dan berdiri di depannya.

Dia tetap nunduk, nggak mengangkat kepalanya untuk sekedar melirik gue yang berdiri di sana. Padahal dia belum bilang makasih, malah kabur duluan, tapi gue juga nggak tega mau menegur langsung. 

"Gak apa-apa," jawab cewek itu singkat, padat, tapi gak terlalu jelas. 

"Abis ini lo berhenti, jangan kerja di tempat yang lo gak bisa dihargain kaya gini. Nyawa lo aja dibandingin sama harga lima gelas yang pecah. Gue kalo jadi yang punya kafe, pasti udah dipecat manajer model gitu."

Healing | CSY  ✔ (Under Revision)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang