Tentang dua orang yang sama-sama pernah terluka, hidup dari kepingan-kepingan memori pahit di masa lalu, dan bangkit bersama untuk saling mengobati satu sama lain.
"Your wound is not your fault, but your healing is your responsibility."
-
Cr : IMA 2...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
================
Sudah cukup lama sejak Hana terakhir kali punya jadwal konseling bareng Seungwoo. Hari itu Hana akhirnya membuat janji dengan Seungwoo untuk konsul terakhir dan minta resep baru yang jauh lebih ringan, karena traumanya hampir nggak pernah kambuh lagi. Tentu setelah minta izin Seungyoun, sempat berdebat sedikit sampai cowok itu setuju dan mau mengantarnya.
Tiba di rumah sakit menjelang makan siang, Seungyoun dan Hana terpaksa menunggu di depan ruang praktek karena masih ada pasien yang konsultasi di dalam. Tangan Seungyoun tidak bisa melepas kaitan lengannya ke Hana, mirip anak kecil yang takut kehilangan ibunya.
Hana mulai risih, tapi ia nggak berdaya mau melepas diri juga. "Aku masuk sendirian ya, Yon."
"Gak boleh ikut masuk?" Seungyoun memiringkan kepalanya, bernada sedikit naik dari biasanya.
"Enggak. Cuma sebentar kok. Nanti kamu tunggu di sini atau di cafe bawah."
"Hmm ya udah. Jangan keasikan di dalem sama Seungwoo ya," kata Seungyoun setengah merajuk, yang ditanggapi gelengan tak percaya oleh Hana.
Begitu lihat pintu ruang praktek terbuka, pasien sebelumnya keluar dari dalam disusul Seungwoo sedetik kemudian. Tatapan Seungwoo pun langsung tertuju ke Hana dan Seungyoun yang duduk bersebelahan, tanpa jarak. Lalu matanya menangkap kedua tangan pasangan di depannya yang saling bertautan. Sudah terlatih hatinya dengan semua pemandangan itu.
"Mau masuk sekarang?" Tanya Seungwoo basa-basi.
Sambil mengangguk Hana bangkit berdiri, tapi tangan Seungyoun masih menahannya supaya nggak langsung masuk.
"Lepasin dulu, Yon."
Di dalam ruang praktek, Hana cuma bisa menghela nafas panjang kalau mengingat semua tingkah Seungyoun sepanjang jalan ke rumah sakit sampai beberapa saat yang lalu. Sepertinya efek dari jarang diperhatikan dan diberi limpahan kasih sayang sejak kecil, sekarang Seungyoun selalu berusaha cari perhatian dan bermanja-manja ria. Kadang bisa bersikap dewasa kalau menyangkut kerjaan dan obrolan serius, tapi bisa berbeda 180 derajat setelahnya.
Untungnya Hana masih bisa sabar.
"Bahagia banget ya, Han?"
Sadar kalau sedari tadi melamun sambil senyam-senyum, Hana langsung mengontrol dirinya sendiri.
"Biasa aja, mas."
"It's okay, malah bagus kalau kamu bahagia. Emang harusnya kaya gitu," Seungwoo menulis catatan di bukunya, menelan sendiri semua rasa sakit dari kekalahannya. "Dokter Rini besok balik ke sini."