Ditengah malam nan sunyi dan didalam kamar nan sederhana ini. Ada seorang gadis yang sedang pusing memikirkan bagaimana caranya ia mengembalikan jaket putih bersih ini kepada sang pemiliknya. Sebelumnya sang gadis bernama Chaewon ini sudah mencuci bersih jaket ini untuk ia kembalikan kepada empunya yang bernama Felix. Kini jaket itu menggelantung didepan kipas angin agar cepat kering.
"Gimana yaa?" guman Chaewon kepada dirinya sendiri.
"Gak mungkin aku kembalikan begitu saja? Felix anak yang cukup populer, jadi aku tidak akan bisa asal memberikannya begitu saja. Kalau aku memberikan jaketnya begitu saja, mungkin orang-orang akan menganggap aku dan ia melakukan hal aneh-aneh kemarin. Dan masalahnya kalau ada orang yang mengetahui aku berhubungan dengan Felix, mungkin mereka menganggap aku wanita jelek penyendiri yang begitu saja dekat dengan lelaki setampan ia, aku bisa gawat. Belum lagi kalau aku nanti dituduh kembarannya, sangat gawat kalau aku mengembalikannya dengan terang-terangan. Bagaimana ini? Apa tidak usah ku kembalikan? Tapi ini sepertinya jaket yang lumayan mahal, kalau tidak ku kembalikan mungkin aku bisa dituduh pencuri? Mengapa masalah seperti ini saja aku merasa sangat repot sih, padahalkan cuma mengembalikan jaket saja. Sudahlah, aku akan menemukan cara lain lagi supaya bisa memberikan jaketnya." Chaewon sangat berpikir keras untuk mengembalikan jaket Felix. Ia bukan anak yang mudah bicara dan tidak akan bicara bila tidak diajak bicara, bibirnya hanya bisa mengeluarkan kata-kata penting saja, ia juga tak pintar berbasa-basi. Mungkin beberapa orang menganggap 'tinggal balikkin aja susah banget, jangan terlalu dengerin apa kata orang'. Terkadang Chaewon memang tidak meinginkan mendengar apa kata orang, tapi tanpa sengaja ia selalu mendengar kata-kata orang dengan menyebut dirinya 'gagu', 'sok pintar', 'anak orang gila' dan lain sebagainya. Baginya umpatan seperti itu sudah cukup, ia tidak ingin menodai namanya lagi hanya karena dekat dengan seorang gangster seperti Felix. Ia hanya ingin merasa aman saja tanpa gangguan dari orang lain.
"Mungkin aku bisa mengembalikannya di saat sebelum berangkat sekolah? Ia kan satu halte bus dengan ku. Mengapa tidak terpikir dari tadi?" ucap Chaewon dengan nada senang. Akhirnya ia menemukan cara yang sangat pas untuk mengembalikan jaket Felix.
『 Keesokan harinya 』
-Di Halte Bus-Namun realita memang tak semudah ekspetasi. Mungkin kali ini ia sedikit sial, ia menunggu Felix sejak jam setengah tujuh pagi, namun sang pemilik surai pirang itu tak muncul juga. Padahal ia menunggu sudah sangat lama sambil menenteng tas kertas kecil yang berisikan Jaket Felix. Sekarang udah jam 8 kurang 20 menit, sebentar lagi harusnya ia datang karena busnya juga akan segera tiba batin Chaewon sambil gelisah melihat jam di lengan kanannya.
Bus menuju sekolah sudah tiba dan Felix belum datang juga, Chaewon masih sedikit menunggu sampai ketika Bus ingin menutup pintunya,Chaewon pun segera masuk.
.
.
.
Ia sudah sampai dikelas dan tentu saja masih menenteng tas berisi jaket Felix. Langsung saja ia ke tempat duduknya dan menggeletakkan kepalanya diatas meja. Sungguh ia sangat bingung bagaimana caranya mengembalikkan Jaket ini. Mungkin hari ini Felix tidak masuk, mana mungkin ia menjadi rajin masuk, ia kan gangster pasti sangat mencintai yang namanya 'bolos'.
"Lu bawa apaan tuh? Makanan?" suara perempuan yang tak ia kenal tiba-tiba ada disampingnya. Langsung Chaewon mengangkat kepalanya lemas dan mencoba melihat perempuan tersebut.
![](https://img.wattpad.com/cover/191863434-288-k446095.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Side Effects『 Chaelix 』✔✔
Fanfiction[COMPLETED] "Jangan deket-deket sama Felix dari kelas sebelah deh. Nanti kena efek sampingnya baru tau rasa!" Kalimat itu lah yang selalu kudengar tentang Lee Felix, anak kelas 2-4. Tentang ia seorang gangster blasteran Australia-Korea yang ditakuti...