Mereka berdua diam sejenak, Felix mengambil beberapa langkah mundur seraya menundukkan kepalanya. Dirinya terlihat getar, seperti ada rasa bersalah didalam hatinya.
"Mianhae (maaf)... harusnya aku gak selancang ini..." ucapnya dengan suara yang begitu lirih.
Chaewon hanya bisa membulatkan matanya. Didalam kelas nan gelap ini tak benar-benar sunyi, masih terdengar hingar bingar suara konser musik yang semakin heboh, meskipun samar.
"Aku gak harusnya nyium perempuan yang gak suka aku... maaf..." setelah itu Felix membalikkan badannya membelakangi Chaewon, dirinya mengambil nafas sejenak, setelah itu mengambil langkah menuju pintu kelas secara perlahan.
Tunggu... kata itulah yang ingin Chaewon katakan, namun rasanya tertahan diujung bibirnya begitu saja.
Tunggu... tunggu sebentar saja... hanya sebentar... jangan pergi... tunggu...
Felix sudah berada diluar kelas, dan kini ia hendak menutup pintu kelasnya.
"Tunggu!" teriakan itu membuat Felix menahan pintunya. Tidak... lebih tepatnya dirinya tertahan, ia tak bisa menutup pintunya.
Chaewon menahannya, ia sudah berada tepat dibelakang pintu dan menahan gagang pintu itu untuk tertutup.
Felix berbalik, dan hanya menemukan pintu terbuka separuh saja. Tidak, bahkan tak sampai separuh, hanya terlihat celah kecil dan siluet tubuh Chaewon yang menahannya.
"Boleh bicara sebentar?" tanya Chaewon dengan suara lirihnya.
Felix melepas gagang pintu itu, dan berbalik sempurna kearah Chaewon yang bersembunyi dibelakang pintu.
"Aku boleh masuk?" tanya Felix dnegan khas suara baritonnya.
"Jangan... begini aja..." jawab Chaewon, dirinya benar-benar hanya terlihat siluet saja.
Felix mulai menyipitkan matanya, dirinya seakan-akan bertanya mengapa Chaewon seperti ini. "Mau bicara apa?" tanya Felix.
Chaewon terdiam sejenak, ia mengambil nafas dalam-dalam sebelum berbicara dengan Felix, "Saat itu... waktu hujan... aku bersyukur saat itu aku gak bawa payung..." jedanya seraya mengambil nafas lagi.
"Apa kamu ingat? Dihalte bus itu? Aku bersyukur aku nabrak kamu..." ucapannya terjeda kembali dan Felix masih mendengarkannya.
"... waktu itu... aku gak pernah tertarik sama apapun selain buku dan belajar... apalagi sama laki-laki... tapi..." ia kembali mengambil nafas, kini rasanya ia sangat sulit sekali hanya untuk mengatakan hal ini.
"Kamu beda... pertama kalinya aku tertarik sama laki-laki gangster yang sangat misterius... berkali-kali aku diperingatin agar gak dekat-dekat sama orang yang bernama Lee Felix... mereka selalu bilang kalau aku akan kena efek sampingnya... dan ternyata mereka benar..." Chaewon menghentikan sementara ucapannya.
"Efek samping terburuk yang pernah aku dapetin didunia ini... efek samping mendekati Lee Felix... efek sampingnya...
..aku menyukai laki-laki itu" mata Felix membulat, jantungnya tak terkontrol tiba-tiba, ini terlalu dadakan. Serangan ini terlalu dadakan... Ini pukulan telak.
"Chaewon... maksudnya—"
"Joahaeyo! (Aku menyukaimu)" begitu hening rasanya ketika Chaewon meneriaki kata itu. Tubuh Felix terasa tersentak, sebuah semburat tipis muncul dipipinya.
"Johaeyo... Joahaeyo... Johaeyo... Joahaeyo... Joahaeyo... Joaheyo... Joahaeyo... Joahaeyo... Joahaeyo..." ucapan Chaewon yang berkali-kali membuat Felix yakin, bahwa kini ia tak salah kira.
KAMU SEDANG MEMBACA
Side Effects『 Chaelix 』✔✔
Fiksi Penggemar[COMPLETED] "Jangan deket-deket sama Felix dari kelas sebelah deh. Nanti kena efek sampingnya baru tau rasa!" Kalimat itu lah yang selalu kudengar tentang Lee Felix, anak kelas 2-4. Tentang ia seorang gangster blasteran Australia-Korea yang ditakuti...