Langit jingga itu menyinari raut wajahnya yang kini masih fokus mengerjakan soal-soal pelajaran yang mungkin akan ia hadapi nanti. Sinar netranya seperti menampakkan bara api semangat disana. Tangannya menulis dengan lancarnya, terkadang terhenti beberapa detik, setelah itu melanjutkannya. Gadis itu terdiam sejenak, dirinya seperti sedang menghitung didalam otaknya, dirinya sama sekali tak memainkan jarinya untuk dijadikan alat hitung, dirinya hanya diam, lalu kembali menulis jawaban yang ia temukan didalam otaknya.
Mungkin dulu gadis itu selalu sendirian berada di perpustakaan dan menghabiskan sisa waktunya disana. Namun sekarang, tepat berada dihadapannya, seorang laki-laki melakukan hal yang tak jauh berbeda seperti dirinya, meskipun sepertinya ia agak kesusahan.
Laki-laki itu melirik gadisnya yang kini benar-benar fokus mengerjakan soal-soal yang diprediksi akan menjadi ujian akhirnya disekolah. Ia sebenarnya tak enak untuk mengganggu gadis itu, namun bila ia tak bertanya, mungkin akan sesat dijalan, seperti kata pepatah yang sudah sangat mainstream.
"Chaewon..." panggil laki-laki itu agak lirih. Gadis itu sepertinya tak menyadarinya, ia terlalu fokus berkutik dengan angka-angka yang kini memenuhi kepalanya.
Laki-laki itu sedikit menggigit bibir bawahnya, mungkin ia harus mencobanya lagi dengan suara yang agak lantang.
Ia mengambil nafas, "Chaewon" gadis itu langsung sadar seketika, dirinya membulatkan matanya dan menatap laki-laki yang berada didepannya dengan pandangan terkejut. Ahh, mungkin suara laki-laki itu terlalu besar.
"A-Ada apa Felix?" tanya gadis itu ketika menyadari bahwa sejak tadi Felix memanggil namanya.
Felix sedikit memajukan tubuhnya kearah Chaewon. Lalu...
Ptak!
"Aduh!" ringis Chaewon ketika dahinya disentil oleh Felix. Ia memang tak memakai kekuatan maksimalnya, namun tetap saja itu terasa sakit.
Felix kembali memundurkan tubuhnya, lalu tersenyum tipis, "Jangan terlalu serius, kamu bisa stress nanti" ucap Felix dengan ciri suara deep-nya.
Mendengar kata-kata itu, sekaligus melihat Felix yang tersenyum kearahnya, membuat wajahnya langsung memanas. Siapa yang tidak akan meleleh jika diperlakukan seperti itu oleh lelaki tampan?
Chaewon kembali sadar, tadi mungkin Felix ingin menanyakan sesuatu kepadanya. "Ada yang mau kamu tanyain?" tanya Chaewon.
Felix mengangguk pelan, dan menunjukkan lembar kerja soalnya kepada Chaewon. "Nomor 25, kamu tau caranya?" tanya Felix seraya menunjuk kearah nomor yang ia bingungkan.
Chaewon melihatnya, ia meraih buku catatannya dan meraih buku matematikanya. Setelah itu ia membuka halaman demi halaman di buku matematikanya.
"Ada beberapa cara sebenarnya, kamu bisa pake cara yang dibuku. Tapi aku sendiri kurang paham pake cara yang ada di buku, jadi aku buat rumus sendiri" jelas Chaewon yang kini membuka buku catatannya dan menunjukkannya kepada Felix, sedangkan Felix masih memperhatikan cara yang Chaewon tunjukan.
"Kalo kamu pake cara yang dibuku, itu bisa makan waktu banyak. Tapi kalo kamu pake rumus yang aku buat, itu bakalan lebih cepet, asalkan udah hafal perkalian 1 sampe 100" jelas Chaewon lagi. Felix melihat rumus-rumus itu, ia terlihat menimbang-nimbang rumus apa yang ia pakai.
"Bener bisa pake rumus sesingkat ini?" tanya Felix memastikan.
Chaewon tersenyum tipis, "Kamu bisa coba sendiri, hasilnya bakalan sama" jawab Chaewon. Felix mungkin akan mencoba dua rumus ini, ia akan membuktikannya dengan mata kepala sendiri. Sebenarnya alasannya bukan karena ia tak percaya dengan Chaewon, namun ia hanya ingin mengobrol sedikit lebih lama dengan Chaewon.
KAMU SEDANG MEMBACA
Side Effects『 Chaelix 』✔✔
Fanfic[COMPLETED] "Jangan deket-deket sama Felix dari kelas sebelah deh. Nanti kena efek sampingnya baru tau rasa!" Kalimat itu lah yang selalu kudengar tentang Lee Felix, anak kelas 2-4. Tentang ia seorang gangster blasteran Australia-Korea yang ditakuti...