"Hyunjin" panggil seorang perempuan kepada lelaki yang kini tengah mencuci piring. Jangan tanya mengapa lelaki yang sudah berumah tangga itu mencuci piring, ini memang sudah jadwal rutinnya yang sudah di bangun sejak mereka berdua berumah tangga.
"Kenapa Minju?" lelaki itu menengok kearah sang perempuan berwajah lugu itu. Ekspresinya seperti kebingungan, dan juga seperti ingin mengatakan sesuatu.
Akhirnya Minju mengambil nafasnya, "M-Masa... aku... hamil..." ucapnya lirih. Seketika Hyunjin membulatkan matanya, dirinya langsung mengabaikan air keran yang sedari tadi terus menerus mengalir.
"Kamu gak minum pil kb nya?" tanya Hyunjin.
"Udah, tapi pas aku cek garis dua. Pantesan dari kemaren mual-mual mulu" jawab Minju dengan keningnya yang mengerut.
"Yaudah gak papa, rejeki. Lagian aku juga mau punya anak lagi." jawab Hyunjin seraya kembali membilas piring-piringnya.
"Kan udah tiga, masa mau nambah lagi?" gerutu Minju. Anak mereka memang sudah banyak, dan mereka pun juga merasa cukup dengan itu.
"Gak papa, lagian umur kita juga masih 30. Masih kuat ngurus anak" ucap Hyunjin seraya tersenyum sekilas kearah Minju.
Minju hanya bisa menghela nafas berat, namun tak lama ia pun tersenyum, "Yaudah deh kalo itu kata kamu. Sini, aku bantuin susun piringnya." ujar Minju seraya mengambil beberapa piring.
Setelah itu diantara mereka diam, dan akhirnya Hyunjin angkat bicara. "Besok, kita jadi kesana kan?" tanya Hyunjin.
Minju diam sejenak, tangannya tiba-tiba berhenti mengusap piring-piring. "Iya" jawab Minju dengan suara paraunya.
Hyunjin langsung melihat kearahnya. Tentu saja, istrinya akan selalu mengeluarkan air mata bila membahas soal ini, seharusnya ia tak bahas soal itu. Baiklah, ini kesalahan Hyunjin.
Netranya sudah menemuka istrinya yang sudah mengeluarkan air mata, Hyunjin segera mencuci tangannya untuk menghilangkan busa-busa dari sabun cuci piring. Setelah itu ia langsung mengusap punggung mungil istrinya.
"Yeobo, maaf... aku..."
"Gak kok, bukan salah kamu. Aku emang gak pernah bisa tahan kalo inget soal itu hiks... maaf kamu jadi khawatir... hiks..." isak Minju. Untung saja ketiga anak mereka sudah tidur, kalau tidak mereka pasti akan bertanya-tanya mengapa sang ibu menangis tersedu-sedu.
Hyunjin melihatnya dengan pandangan sendu, istrinya memang berhati sangat lembut, hatinya sangat mudah tersentuh, sebab itu ia begitu mencintainya.
Dirinya pun mendekap tubuh kecil sang istri seraya mengelus pundaknya, untuk menenangkan isakannya yang begitu hebat.
"Udah cup cup... Chaewon tuh udah bahagia disana, seharusnya kamu ikut bahagia dong." ujar Hyunjin seraya menenangkan belahan jiwanya.
"A-Aku tahu... t-tapi... kenapa harus gini... seharusnya waktu itu aku bisa pulang bareng dia, hiks... kalo gitu kan gak akan kayak gini... hiks..." jawabnya masih terisak.
"Udah terjadi, emang udah takdirnya dia meninggal di usia segitu. Udah jangan nangis, nanti Juhyun bangun loh." ucap Hyunjin yang kini menghapus sisa-sisa air mata di pipi Minju.
Minju memang seperti ini, dirinya tak akan bisa bertahan bila sudah membahas tentang Chaewon. Bahkan esok ia harus bisa menahan tangisnya, sebab tak mungkin dirinya menangis didepan anak-anaknya. Setidaknya ia harus terlihat kuat didepan ketiga anaknya...
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Side Effects『 Chaelix 』✔✔
Fanfiction[COMPLETED] "Jangan deket-deket sama Felix dari kelas sebelah deh. Nanti kena efek sampingnya baru tau rasa!" Kalimat itu lah yang selalu kudengar tentang Lee Felix, anak kelas 2-4. Tentang ia seorang gangster blasteran Australia-Korea yang ditakuti...