04

160K 6.7K 179
                                    

Waktu menunjukan pukul 6 pagi. Seorang perempuan berjalan sendirian, suara langkah demi langkah terdengar di lorong sekolah yang masih sepi. Ditambah suasana pagi ini, cuaca sedikit mendung, dan suhu lebih dingin dari biasanya. Karissa tenggelam dalam benaknya, memikirkan pria yang menolongnya kemarin, Geraldi.

"Dorr!!"

Seseorang menepuk pundaknya dari belakang.

"Viona. Ngagetin aja," kata Karissa.

"Pagi-pagi udah ngelamun aja lo. Mikirin paan?"

"Siapa juga yang melamun?"

"Ya lo lah, keliatan kali kayak lagi mikirin sesuatu."

"Masa sih? Enggak ah."

Karissa berjalan mendahului Viona.

"Ih kok gue di tinggalin sih," gerutu Viona.

---

Suara riuh terdengar di kelas 12 IPA 2.
Sebentar lagi pelajaran akan dimulai, Karissa terlihat menunggu kedatangan seseorang yang tak kunjung hadir di kelas ini.

Karissa menatap kumpulan anak cowok itu, melihat satu per satu wajah mereka, "Ah, belum dateng juga," gumam Karissa.

Tiba-tiba, dia datang.

Geraldi.

Tanpa sadar kedua sudut bibir Karissa tertarik ke atas. Ia tersenyum tipis. Namun, di menit selanjutnya senyum Karissa memudar karena luka di wajah geraldi tampak seperti belum diobati.

"Njir, Ger. Muka lo kenapa dah? Habis tawuran?" tanya Melvin yang menyadari kedatangan Geraldi.

"Lo tawuran gak ngajak-ngajak," kata Arkan.

"Lo gak setiakawan banget sih ger," sambung Azka yang sedari tadi ikut mengobrol di kelas IPA 2.

"Gue gak tawuran," jawab Geraldi.

"Lah terus?"

"Kemarin gue habis nolongin orang."

"Widihh, kesambet apaan nih lo." Melvin sedikit terkekeh, masih tak percaya dengan perkataan Geraldi.

"Lo kalo mau bohong belajar dulu dari Arkan." ujar Azka.

"Lo kata gue tukang bohong." timpal Arkan.

"Yaudah kalo gak percaya."

"Vin, gue mau nyontek pr." Geraldi mengeluarkan buku pr nya yang ada didalam tas. Kemudian, Melvin memberikan buku nya pada Geraldi

Bel tanda masuk berbunyi. Menandakan jam pelajaran pertama akan segera dimulai. Azka yang sedari tadi ikut mengobrol dengan teman-temannya, segera keluar karena melihat pak Dean berjalan mendekati ruang kelas Ipa 2. Pak Dean masuk ke kelas dengan kertas-kertas berada ditangannya. Pak Dean menyebut nama seluruh siswa satu persatu untuk mengisi data kehadiran siswa.

"Geraldi."

"Hadir pak,"

"Tumben kamu gak telat," ujar pak Dean heran.

"Telat salah, gak telat salah. Terus bapak mau nya gimana?"

Perkataan Geraldi membuat seluruh siswa tertawa.

"Sudah-sudah. Hari ini kita quiz ya,"

"HAHHH?!"

Seluruh siswa sontak terkejut mendengar omongan yang keluar dari mulut pak Dean.

GERALDI [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang