03

165K 7.1K 146
                                    

Sepulang latihan basket, Geraldi dan teman-temannya berkumpul di rumah Genta. Hanya sekedar untuk ngumpul-ngumpul dan bercengkarama. Setiap pulang sekolah, mereka biasa berkumpul di Wardin. Wardin merupakan sebuah warung yang sering dijadikan tempat tongkrongan bagi para siswa. Dinamakan Wardin karena pemilik warung ini bernama Udin. Malam ini, Geraldi dan teman-temannya tidak nongkrong di Wardin. Karena, untuk hari ini Warung Udin tutup.

"Njir, gue kalah." umpat Azka lalu melempar play station itu.

"Woy ps gue lu lempar," ujar Genta sang pemilik play station yang dilempar Azka.

Ryan melihat Geraldi berdiri lalu mengambil jaketnya. "Mau kemana lo Ger?"

"Gue cabut ya."

"Yoi."

"Inget Ger, besok ada pr." ucap Melvin.

"Ah itu gampang."

Geraldi keluar dari kamar Genta lalu berpamitan pada orang tua Genta. "Tante, saya pulang dulu ya."

"Oh iya hati-hati ya,"

Geraldi mengangguk.

Geraldi mengeluarkan motornya dari garasi lalu mengegaskan motornya pergi dari rumah Genta.

Motor sport Geraldi menerobos angin malam di sepanjang jalanan. Jalanan yang tidak terlalu ramai, membuat Geraldi dapat menambah laju kecepatan motornya. Di tengah perjalanan, ia melihat seorang gadis yang ia rasa dalam bahaya.

"Kayaknya gue kenal cewek itu."

Geraldi meminggirkan motornya lalu berlari untuk menyelamatkan gadis itu.

Bughh

Geraldi memukul pria yang mencekal lengan gadis itu. Ketika cekalan pria itu terlepas, Geraldi menarik lengan Karissa agar berada di belakangnya.

"Lo tetep di belakang gue." ujarnya.

"Geraldi?" batin Karissa.

Geraldi menatap tajam kedua pria itu. Tanpa basa-basi, Geraldi langsung memukul kedua pria itu hingga membuat mereka tersungkur.

"Segitu doang yang kalian bisa?" ucap Geraldi remeh.

"Awas lo ya." Salah satu dari pria itu berlari menjauhi Geraldi.

Geraldi hendak mengejarnya namun, pria yang berjaket merah menghadang dan menyerangnya. Dengan cekatan Geraldi menghindari pukulan pria itu lalu menendangnya.

Di menit selanjutnya tiba-tiba saja pria yang tadi lari, saat ini sudah bersama dengan 3 anak buahnya. Geraldi menatap was-was ke lima pria itu.

"Geraldi awas!" Karissa berteriak ketika melihat salah satu dari mereka menyerang Geraldi.

Geraldi menahan pukulan pria itu. Di satu sisi, ada dua orang pria lagi yang menyerangnya. Geraldi menghindar lalu menendang salah satu pria hingga menabrak kedua anak buahnya.

Bughh

Satu pukulan mendarat di sudut bibir Geraldi. Geraldi mengusap darah yang sedikit keluar dengan tangannya. Hal itu membuat Geraldi semakin geram. Geraldi kembali meluncurkan tinjuan, lalu menendang kedua anak buah pria itu. Tak mau kalah, anak buah yang lain mengunci gerakan Geraldi. Lalu, salah satu dari mereka meninju perut Geraldi.

"Arghh."

"Geraldi!" teriak Karissa saat melihat Geraldi jatuh karena pria itu.

Kemudian, Geraldi tak tinggal diam. Geraldi menyerang lima orang di depannya lagi. Selanjutnya, Geraldi mencekal pergelangan tangan Karissa dan membawanya lari dari sana.

"Geraldi kita mau kemana?!" Karissa terkejut karena geraldi tiba-tiba menarik lengannya.

"Woy, jangan lari lo!!"

Geraldi tak mendengarkan. Setelah merasa cukup jauh, Geraldi dan Karissa bersembunyi di balik semak- semak.

"Woy lari kemana lo!"

Geraldi menaruh jari telunjuk di depan bibirnya, memberi isyarat pada Karissa untuk tetap diam.

"Udah aman kayaknya." Geraldi bernafas lega, setelah tak mendengar langkah kaki orang yang mengejar mereka.

Karissa memperhatikan luka di sudut bibir Gerladi. "Geraldi luka lo–"

"Rumah lo dimana? Ayo biar gue anter."

"Gak usah, rumah gue–"

"Gue gak nerima jawaban selain iya."

Dengan terpaksa Karissa menuruti perkataan Geraldi. Geraldi berjalan mendahului Karissa menuju tempat dimana ia meminggirkan motornya. Geraldi memakai helmnya, lalu memberi isyarat agar gadis itu naik.

Di sepanjang jalan, tak banyak obrolan di antara mereka. Karissa menunjuk jalan yang mengarah ke rumahnya. Hingga akhirnya mereka tiba di depan rumah Karissa.

"Ger, ayo masuk dulu. Biar gue obatin luka lo." ucap Karissa ketika sudah turun dari motor Geraldi.

"Gak usah, gue bisa sendiri. Gue balik ya," ucap Geraldi.

"Tapi Ger–"

"Udah, ntar gue obatin sendiri kok."
Geraldi tersenyum untuk meyakinkan Karissa, lalu menancapkan gas motornya pergi dari rumah Karissa.

---

Geraldi membuka pintu pagar rumahnya. Seperti biasa hanya ada sebuah mobil dan satu motor yang terparkir disana. Ditambah lagi dengan motor sport yang dipakainya. Orang tua Geraldi merupakan pemilik dari sebuah perusahaan besar. Karena kesibukannya itu, orang tua Geraldi selalu berangkat pagi-pagi dan pulang larut malam. Jarang meluangkan waktu untuk Geraldi. Yang selalu berada di rumah adalah pembantu nya, Bi Inah.

Geraldi melangkahkan kaki masuk ke dalam rumah. Suasana rumah yang tampak sepi, sudah menjadi hal biasa bagi Geraldi. Maka dari itu ia lebih suka berada di luar rumah bersama teman-temannya dibanding berada di dalam rumah.

"Aduhh den kenapa mukanya?" tanya Bi Inah cemas melihat luka di sudut bibir Geraldi.

"Gapapa bi, ini luka kecil kok." jawab Geraldi.

"Biar saya obatin dulu ya den."

"Gak usah bi, Geraldi mau istirahat aja." cegah Geraldi.

Bi Inah hanya bisa melihat Geraldi berjalan ke arah kamarnya. Bagi Bi Inah, Geraldi sudah di anggap sebagai anaknya sendiri. Karena, ia sudah merawat Geraldi dari usia Geraldi 5 tahun.

Geraldi menghempaskan tubuhnya di atas tempat tidur king size milik nya. Ia merasa lelah. Tiba-tiba seulas senyuman muncul di bibirnya ketika mengingat kejadian tadi.

"Ah lagi mikir apa sih gue," batinnya membuyarkan lamunannya.

x x x

Tbc

Jangan lupa vote dan comment nya yak biar ga sider aja

TERIMAKASIH ATAS APRESIASI KALIAN😁

Yu ajak temen-temen kalian baca cerita Geraldi


Happy reading

GERALDI [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang