Alarm biru pastel berdering ketika jarum panjang berada di angka 9 dan jarum pendek akan mendekati angka 6. Karissa terbangun mendengar alarm berdering dengan kencang. Seperti yang orang-orang bilang, beberapa menit setelah bangun tidur diibaratkan seperti mengumpulkan nyawa. Karissa mengumpulkan kesadarannya. Kemudian, matanya beralih melihat alarm yang berdiri tegak di atas meja kecil.
"JAM ENAM KURANG LIMA BELAS?!" Karissa terkejut.
"Mampus, gue bisa telat!"
Karissa melesat menyambar handuk yang tergantung, lalu bergegas masuk ke kamar mandi. Setelah mandi, Karissa cepat-cepat mengenakan seragam lalu menyisir rambutnya. Untung saja tadi malam ia sudah memasukkan buku pelajaran hari ini ke dalam tas. Jika tidak, ia akan benar-benar telat.
Setelah ia rasa cukup rapi Karissa bergegas menuruni anak tangga. Kemudian, ia langsung berlari menuju arah dapur. Karissa mengambil sebuah roti dan mengoles selai coklat di atasnya.
"Ma, Karissa berangkat. Dadah mamaa," ucap Karissa yang melihat mamanya sedang memasak di dapur.
"Loh gak sarapan dulu?" tanya mamanya.
"Gak keburu ma, nanti Karissa telat. Karissa berangkat ya."
"Karissa duduk dulu makan rotinya!" ucap mamanya.
Karissa buru-buru menuju ruang depan sambil sesekali memakan rotinya isi coklatnya. Karissa membulatkan matanya. Betapa terkejutnya ia melihat Geraldi sudah berada di ruang depan.
"Uhuk.. Uhuk.." Saking kagetnya, Karissa sampai tersedak.
Mendengar seseorang terbatuk-batuk, mama Karissa langsung membawa segelas air minum. "Tuh kan apa mama bilang, jangan buru-buru." ucapnya. Firasat seorang ibu memang benar. Pasalnya, mama sudah mengingatkan anaknya itu untuk tidak makan dengan tergesa-gesa.
Karissa meneguk segelas air yang diberikan oleh mamanya. "Makasi ma."
"Sejak kapan lo disini?" tanya Karissa pada Geraldi yang berusaha menahan tawa melihat tingkah laku Karissa.
"Sejak lo buru-buru turun tangga, terus ke dapur, terus kesini." jawab Geraldi enteng.
"Ma, kapan dia dateng ke sini?" tanya Karissa pada mamanya.
"Tadi jam setengah enam." jawab mamanya.
Lagi-lagi Karissa terkejut. Berarti cowok itu sudah lama menunggu. Dan lagi pula, ada tujuan apa Geraldi ke rumahnya?
"Ma, kok gak bangunin Karissa sih." Karissa berbisik pada mamanya. Ia sengaja berbisik agar Geraldi tidak mendengarnya.
"Geraldi bilang gak usah dibangunin. Dia gak mau ganggu kamu." jawab mama sambil berbisik juga.
Geraldi menghampiri Karissa dan mamanya. "Tante, saya sama Karissa berangkat dulu ya." ucapnya sambil menyalami tangan mama Karissa.
"Ayo berangkat," ucap Geraldi pada Karissa. Kemudian, Geraldi mengambil tas gadis itu dari tangannya.
"Tapi-,tapi kan gue-" Karissa sudah tidak bisa berkata-kata, dan Geraldi sudah berjalan keluar rumah. Pagi ini lo kenapa sih? Karissa bergumam pada dirinya sendiri. Hari ini ia sudah bangun kesiangan. Dan lagi, Geraldi tak bilang akan menjemputnya.
Setelah memakai sepatu, Karissa keluar dari rumahnya. Menjumpai Geraldi yang berdiri di samping motornya sambil memainkan handphone.
"Ayo Ger berangkat," ujar Karissa.
Bukannya naik ke atas motor, namun Geraldi malah diam di tempat menatap nya. Karissa menaikkan alis. Apa ada yang salah dengan dirinya? Karissa bertanya-tanya di dalam fikirannya. Di detik selanjutnya, Geraldi mengulurkan tangannya ke pucuk kepala Karissa. "Rambut lo, berantakan." Geraldi mengusap pucuk kepala Karissa sambil merapihkan helaian rambut gadis itu yang sedikit berantakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
GERALDI [SUDAH TERBIT]
Teen FictionFOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA ^^ SUDAH TERBIT DI GLORIOUS PUBLISHER YANG MAU BELI NOVELNYA, BISA BELI DI SHOPEE YAA ^ ^ MAMPIR JUGA KE WORK 'EQUANIMITY' YUK Geraldi Fadhli Rezkiansyah, siapa yang tak mengenali cowok itu? Satu sekolah pasti sudah tahu...