35

67.5K 3.2K 37
                                    

Geraldi membuka matanya perlahan. Samar-samar ia melihat langit-langit ruangan. Kemudian, Geraldi beralih ke tangan kirinya. Infus? Geraldi membatin. Di sebelah kiri, Geraldi menemukan seorang suster tengah memeriksa kantung cairan infus.

"Anda sudah sadar?" ucap suster yang melihat Geraldi mulai bergerak.

Geraldi hendak bangun, namun suster itu mencegahnya. "Tunggu sebentar, saya akan memanggil dokter terlebih dahulu. Mohon untuk tidak banyak bergerak dulu."

Geraldi menurut, ia kembali mengistirahatkan tubuhnya. Ia memposisikan lengan, menutupi matanya

"Geraldi,"

Geraldi membuka matanya, dan menemukan Melvin dan Arkan sudah berada di sana.

"Gue cariin lo kemana-mana, eh lo malah rebahan disini," ucap Arkan.

"Mana ada orang enak-enak rebahan di rumah sakit anjir! Dia sakit ogeb," celetuk Melvin.

"Kok kalian bisa tau gue disini?" Geraldi buka suara.

"Ada yang nelfon ke nomer bokap lo,"

Geraldi mengerutkan alisnya.

Di detik selanjutnya, mama dan papa Geraldi masuk ke dalam ruangan. "Yaampun Geraldi kamu kenapa?" ucap mama yang langsung menghampiri Geraldi.

Melvin menepuk pundak Arkan, memberi isyarat untuk keluar dan memberi waktu kepada orang tua Geraldi.

"Yang mana yang sakit nak?"

"Kamu gak apa-apa?"

Raut cemas terlihat di wajah mamanya itu. Geraldi hendak memeluk mama nya itu untuk menenangkannya. Namun, ia mengurungkan niatnya. "Geraldi gapapa," jawabnya kemudian.

"Geraldi kamu ini kemana aja? Kamu tawuran ya?!" papa Geraldi meninggikan suaranya.

Istrinya mencoba menenangkan suaminya. "Pah,"

Geraldi mengepalkan tangannya di balik selimut. Bisa-bisanya papa memarahi dirinya tanpa tahu apa yang sudah terjadi. Geraldi kecewa dalam diam. Papa nya selalu saja melihat sisi negatif dari dalam dirinya.

"Tadi malem kamu kemana?" tanya mama Geraldi lembut.

"Pulang sekolah," jawab Geraldi singkat.

"Tuh kan ma! Pulang sekolah bukannya langsung pulang!"

"Kamu ini suka bikin masalah ya!" lanjut papa nya itu.

Geraldi menjawabnya dingin. "Terserah papa mau bilang apa, Geraldi mau istirahat."

Papa Geraldi meninggikan suaranya lagi. "Kamu ni ya! Dari dulu sampe sekarang kamu gak pernah nurut sama omongan papa! Kurang ajar!"

Geraldi muak. Ia menatap ayahnya dengan tatapan tajam. "Papa yang bikin Geraldi kayak gini. Dari dulu kalian gak ada waktu buat Geraldi. Yang selalu kalian perhatiin perusahaan, perusahaan, perusahaan, sampe kalian lupa kalo ada Geraldi disini! Dari kecil Geraldi cuma di temenin sama Bi Ina. Mana perhatian papa sama mama? Geraldi ngeraih prestasi, apa pernah kalian bangga?"

Papa dan mama Geraldi terdiam.

Geraldi menaikkan alisnya, dan tersenyum remeh. "Tuh kan, kalian aja gak tau kalo Geraldi ngeraih banyak prestasi. Geraldi lakuin semua itu supaya kalian perhatian sama Geraldi. Tapi apa nyatanya? Yang papa liat cuma kejelekan yang Geraldi buat!" mata Geraldi berkaca-kaca.

---

Karissa berlari di lobby rumah sakit. Kemudian ia menghampiri pusat informasi dan menanyakan ruangan seseorang yang ia cari. Setelah ia mendapatkan informasi, Karissa bergegas menuju ruangan yang terletak di lantai 2.

GERALDI [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang