Geraldi dan Karissa berjalan menuju tempat teman-teman dan guru-guru berada. Suasana angin malam yang menyentuh kulit gadis itu membuat tubuh nya gemetar. Seharusnya Karissa membawa jaket saat pergi tadi.
Geraldi menghentikan langkahnya. Kemudian, ia melirik tangan Karissa yang ia genggam. Ia merasakan tangan Karissa yang dingin.
"Kenapa Ger?" tanya Karissa ketika Geraldi menghentikan langkahnya, membuat Karissa ikut berhenti.
Geraldi melepas genggamannya lalu membuka jaket yang ia kenakan dan memakaikannya pada bahu Karissa.
"Ger-"
"Udah pake, udah malem." Geraldi memotong ucapan Karissa.
Aroma parfum yang khas tercium dari jaket yang kini ia kenakan. Siapa lagi kalau bukan Geraldi pemiliknya. Karissa mengerjapkan matanya. Ia tak percaya dengan perlakuan Geraldi saat ini. Namun, ia menuruti perkataan Geraldi karena ia benar-benar merasa dingin.
Setelah itu, Geraldi kembali menggenggam tangan Karissa dan melanjutkan langkah untuk menyusuli teman-temannya.
Karissa menatap punggung cowok itu dari belakang. Entah mengapa ia merasa aman apabila berada di dekat Geraldi. Lalu, sorot mata Karissa melihat ke arah genggaman tangan Geraldi dengan tangannya. Dan disitulah ia merasakan kehangatan yang ada pada genggaman itu.
"Duh Karissa, lo gak boleh baper. Gak boleh, gak boleh!" Batinnya seraya menggelengkan kepala.
"Eh gue heran deh, kok ni orang bisa tiba-tiba nemuin gue disini ya? Gue tanya gitu ya? Atau jangan-jangan ini bukan Geraldi. Ih mikir apa sih gue serem deh," batinnya lagi.
"Eh eh, ini beneran Geraldi kan?" tanya Karissa memastikan.
"Yaiyalah, emang lo kira siapa?" balas Geraldi.
"Ya siapa tau bukan," ucap Karissa pelan.
"Oh lo takut ya?"
"Ih siapa juga yang takut."
"Halah bohong segala," cibir Geraldi.
"Emang bener kok gue gak takut."
"Oh yaudah kalo bener lo gak takut, gue duluan ya." Geraldi melepas genggamannya lalu berjalan mendahului Karissa.
"Gerrr!!!" Karissa berdecak sebal karena Geraldi. Kemudian ia berlari mendekati Geraldi. "Jangan ninggalin dong, senter gue kan mati!" Karissa mengerucutkan bibirnya.
"Terus kenapa?" Geraldi mengangkat sebelah alisnya.
"Yaa gelaplah. Gitu aja pake nanya,"
"Terus kalo gelap kenapa?"
"Kan jalannya gak keliatan."
Geraldi mengangguk-anggukan kepalanya. "Hmm gitu-"
Traakkk
Suara benda jatuh menghentikan kalimat Geraldi.
Ketika Karissa mendengar suara benda jatuh, ia langsung bersembunyi di belakang Geraldi. "Ger ger itu suara apaan?" ucapnya kemudian.
Geraldi menoleh pada Karissa. Ia melihat sorot mata Karissa menuju ke asal suara itu. Hal itu membuat Geraldi menyorotkan senternya ke asal suara. "Liat tuh cuman kayu," ujarnya ketika melihat suara itu berasal dari dahan pohon yang patah.
Karena tau itu adalah dahan pohon, Karissa langsung sedikit menjauhkan diri dari Geraldi. "Oh kayu doang."
Tiba-tiba saja cowok itu tertawa.
"Kok lo ketawa sih?" tanya Karissa.
"Ngakak ya muka lo langsung ketakutan gitu," balas Geraldi.
"Gue tuh gak takut, cu-cuman kaget aja."
"Halahh gak mau ngaku."
"Ledekin gue aja terus." Karissa mengerucutkan bibirnya.
"Habis nya lo lucu sih, masa sama suara doang langsung-" Geraldi menghentikan kalimatnya karena ia tertawa.
"Ketawa aja terus sampe lo puas."
Geraldi meredakan tawanya. "Maka nya jangan takut duluan."
"Ih ngeselin banget si lo!" Karissa mencubit lengan Geraldi.
"Eh eh nyubit." Geraldi melepaskan cubitan Karissa dengan tangannya.
"Maka nya jangan bikin orang kesel." Karissa menyilangkan kedua tangannya di depan dada.
"Lagian ngapain lo takut sama yang begituan. Yang ada tu hantu takut sama lo!"
"Enak aja kalo ngomong. Filter dulu tuh mulut."
---
"Melvin!" panggil Viona.
"Udah ada kabar dari Geraldi tentang Karissa?" tanyanya.
"Belum, Geraldi gak bawa hp. Nih hp nya di gue." Melvin menunjukkan ponsel Geraldi yang berada di tangannya.
"Gue khawatir sama Karissa," ucap Viona.
"Lo tenang aja, pasti Karissa udah sama Geraldi."
"Semoga ya,"
"Liat tuh, baru juga diomongin orangnya udah dateng."
Viona mengikuti arah pandang Melvin. Dan benar saja Geraldi sudah bersama dengan Karissa.
"Karissaaaaaaa!!"
Viona menghampiri Karissa. "Karissa maafin gue, gue tadi kecepetan ya larinya? Maaf ya Kar, gue ninggalin lo tadi." Viona langsung memeluk Karissa.
"Gue gak apa-apa kok Na, lo gak usah ngerasa bersalah gitu." Karissa menenangkan Viona.
"Maaf ya Karissa, gue jadi gak enak sama lo." ujar sahabatnya itu.
"Udah, gak usah dipikirin lagi. Gue gak apa-apa ko."
Viona tersenyum, membalas ucapan sahabatnya itu. "Kar, btw lo pake jaket siapa?" tanyanya.
"Ini jaket-"
"Gue." Lagi-lagi dengan cepat Gerladi memotong ucapan Karissa.
Karissa menatap Geraldi sambil mengerutkan alis. Pasalnya, cowok itu terus menyela omongannya. Baru saja Karissa akan mengomel. Namun, Geraldi langsung menyambar Karissa dengan tatapan tajam. Seolah-olah memberi peringatan pada Karissa untuk tidak protes. Tatapan tajam Geraldi membuat Karissa menciut.
"Geraldiii!"
Suara teriakan seseorang membuat Geraldi menoleh.
"Lo kemana aja? Gue nyariin tau," kata Vina seraya memeluk lengan Geraldi.
Geraldi melepaskan lengannya dari Vina. Namun, Vina memeluk lengan Geraldi lagi. "Ger, lo ngapain sih bareng sama Karissa. Mending kesana yuk sama gue."
Geraldi melepaskan tangan Vina lagi lalu melihat ke arah gadis itu. "Gue mau kumpul sama anak-anak wardin."
"Yaudah kalo gitu gue ikut."
"Terserah lo." Geraldi melangkah pergi.
"Awas lo ya!" Vina menatap sinis Karissa.
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
GERALDI [SUDAH TERBIT]
Teen FictionFOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA ^^ SUDAH TERBIT DI GLORIOUS PUBLISHER YANG MAU BELI NOVELNYA, BISA BELI DI SHOPEE YAA ^ ^ MAMPIR JUGA KE WORK 'EQUANIMITY' YUK Geraldi Fadhli Rezkiansyah, siapa yang tak mengenali cowok itu? Satu sekolah pasti sudah tahu...