Hari ini bu Rosi tidak akan masuk ke kelas. Bu Rosi adalah salah satu guru sejarah yang ada di SMA Harapan Bakti. Tak semua kelas yang beliau ajar. Hanya kelas 12 IPA saja. Karena hari ini bu Rosi sakit, beliau tidak dapat hadir dalam kegiatan belajar mengajar.
"Ini ada tugas dari bu Rosi." ujar sang ketua kelas. Ia menuliskan tugas yang bu Rosi pinta di papan tulis.
"Duh males banget gue kalo ada tugas ke perpus." keluh Farin.
"Mana tugas nya ngerangkum. Pasti banyak catetan." sambung Arleta
"Namanya juga tugas sejarah. Udah ah ayo buruan ke perpus." ajak Karissa.
"Lo pada mau ke perpus?" tanya Arkan.
"Gue ke perpus." jawab Geraldi.
"Lo?" tanya Arkan pada Melvin.
"Gue juga ke perpus." jawab Melvin.
"Tumben lo pada rajin." Sindir Arkan.
"Lagian juga gue disana mau ngadem. Terserah lo kalau mau ke kantin." Geraldi berlalu keluar dari kelas.
"Udah mendingan lo ikut ke perpus aja. Dari pada nolep lo disana."
Melvin menepuk pundak Arkan, lalu pergi menyusul Geraldi. Perkataan Melvin membuat Arkan mau tidak mau ikut pergi ke perpustakaan.
Karissa dan keempat temannya mencari tempat duduk yang nyaman. Karissa memilih untuk duduk di kursi dekat dengan jendela yang disinari cahaya matahari. Karissa menyimpan buku tulis dan tempat alat tulis nya di atas meja.
Karissa berjalan sambil melihat rak buku satu dengan rak buku lainnya. Ia mencari sebuah buku yang dapat membantu tugas sejarah nya. Sesekali Karissa berjinjit untuk mencari buku yang ia cari. Aha! Karissa menemukannya. Buku itu terletak di rak yang lebih tinggi darinya.
Karissa mencoba menggapai buku itu. Ia mengulurkan tangannya ke atas agar bisa mengambil buku itu dari raknya. Hufft! Sedikit lagi saja ia hampir mendapatkan buku itu, namun ia tidak berhasil mendapatkannya.
Karissa celengak-celinguk untuk mencari orang yang berada di rak yang sama dengannya. Tapi tidak ada, hanya ia sendiri. Karissa melihat buku itu sudah sedikit keluar dari raknya. Akan lebih baik jika Karissa menggerakan buku itu keluar agar nanti lebih mudah mengambilnya. Karissa memulai aksinya. Ia menggerakkan buku itu keluar dari raknya, dan tiba-tiba saja buku itu jatuh di luar rencananya. Karissa memejamkan mata begitu buku itu hendak menimpa kepalanya.
Karissa menghitung waktu di dalam hati. Satu detik, dua detik, tiga detik. Loh kok bukunya belum jatuh juga? Masa iya waktunya berhenti?
"Lo gak apa-apa?"
Suara seorang cowok mengejutkan Karissa, membuat gadis itu membuka kelopak matanya dan berbalik badan.
"Kalau gak bisa, harusnya lo minta tolong." Geraldi memberikan buku yang Karissa inginkan dari tadi.
"Buku ini kan yang lo cari?"
Karissa menerima uluran buku dari tangan Geraldi. "Makasih."
"Kalo lo liat benda yang jatuh, harusnya menghindar bukan tutup mata."
Karissa terkekeh mendengar perkataan Geraldi. Iya juga ya, harusnya ia menghindar, bukan malah diam di tempat seperti menunggu buku itu jatuh ke kepalanya.
Baru saja Karissa hendak melangkahkan kakinya, Geraldi mencekal lengannya. "Gue ikut ngerjain bareng lo ya." ucap Geraldi.
"Yaudah yuk."
Karissa dan Geraldi berjalan menuju meja panjang perpustakaan. Karissa duduk di kursi lalu mulai membaca buku seraya mencatat ringkasan materi dari buku itu. Sedangkan Geraldi, duduk di sebelah Karissa dan melakukan hal yang sama dengan Karissa.
KAMU SEDANG MEMBACA
GERALDI [SUDAH TERBIT]
Teen FictionFOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA ^^ SUDAH TERBIT DI GLORIOUS PUBLISHER YANG MAU BELI NOVELNYA, BISA BELI DI SHOPEE YAA ^ ^ MAMPIR JUGA KE WORK 'EQUANIMITY' YUK Geraldi Fadhli Rezkiansyah, siapa yang tak mengenali cowok itu? Satu sekolah pasti sudah tahu...