Karissa berjalan menelusuri bukit bersama temannya, Viona. Sementara kedua temannya lagi, yaitu, Arleta dan Farin sudah berjalan lebih dulu.
"Sumpah dah ni, kenapa kita harus pake acara masuk bukit segala, mana udah malem, kan serem." Viona mengomel.
"Jangan bilang gitu dong, gue ikutan takut nih," balas Karissa.
"Gue kira bukitnya bakal beneran kecil, segini ya gak kecil lah."
"Ikutin aja, lagian kan disini juga kita bakal ketemu sama orang lain. Jadi gak bakal sepi lah."
"Iya juga ya." Viona meng-iyakan.
"Tapi, kok dari tadi gue belum liat yang lain ya?" sambung Viona.
"Udah positif thinking aja, mungkin yang lain udah pada jauh," ujar Karissa.
"Semoga aja di depan sana gue bener-bener ketemu sama orang,"
"Maksud lo?"
"Ah udah gak usah di bahas."
Karissa dan Viona waspada terhadap sekitarnya. Pandangan mereka tak lepas dari pepohonan di dekat mereka. Bayangan akan hantu di cerita-cerita atau film horror yang mereka tonton seketika terlintas di pikiran mereka. Ditambah lagi nuansa gelap di malam hari dan udara dingin seolah-olah melengkapi rasa takut mereka.
"Viona senter yang lo bawa keluarin, jalan gak keliatan nih," ucap Karissa.
"Oh iya, gue lupa kalo gue bawa senter." Viona terkekeh, lalu mengeluarkan sebuah senter dari tas nya.
"Lo kan juga bawa senter, kenapa gak di keluarin?" lanjut Viona.
"Kalo senter lo habis batre baru gue keluarin. Buruan nyalain," ucap Karissa lagi.
"Yeee." Viona membalas.
Karissa menunggu. Namun, Viona belum juga menyalakan senter nya.
"Ntar kalo gue nyalain senter, terus ada yang ke sorot gimana?"
"Hush! Jangan nakut-nakutin gue dong, udah buruan nyalain senternya."
Viona mengangguk lalu segera menyalakan senter.
Sreekk
"Karissa apaan tuh?" tanya Viona mendengar suara dari arah belakang.
Seketika Karissa bergidik ngeri. Suara itu berasal dari arah belakang. Ia takut jika suara itu ternyata bukan ulah manusia. Bagaimana jika di belakang mereka adalah hantu seperi di film-film? Atau mungkin itu kerjaan orang iseng? Atau itu hanya suara angin? Pertanyaan-pertanyaan muncul di pikiran Karissa.
"Gak tau, kayaknya dari arah belakang," balas Karissa mendengarkan hal yang serupa dengan Viona.
"Lari yuk Kar, biar cepet nyampe." Viona memberi kode pada Karissa melalui sudut matanya agar segera lari dari sini.
"Ayo! Biar cepet sampe," balas Karissa, mengerti apa yang Viona maksud.
Satu...
Karissa menghitung menggunakan jari telunjuknya. Memberi isyarat untuk segera berlari pada hitungan ketiga.
Dua...
TIGA!!!
Karissa dan Viona segera berlari meninggalkan tempat yang tadi mereka pijak.
Saat sedang berlari, Karissa menghentikan langkahnya karena merasa lelah. Ia berhenti untuk menetralkan deru nafasnya karena berlari.
Disisi lain Viona tak mengetahui bahwa Karissa berhenti berlari. Ia terus berlari tanpa menoleh ke arah belakang. Sehingga, ia tak menyadari bahwa Karissa tidak ada di belakangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
GERALDI [SUDAH TERBIT]
Teen FictionFOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA ^^ SUDAH TERBIT DI GLORIOUS PUBLISHER YANG MAU BELI NOVELNYA, BISA BELI DI SHOPEE YAA ^ ^ MAMPIR JUGA KE WORK 'EQUANIMITY' YUK Geraldi Fadhli Rezkiansyah, siapa yang tak mengenali cowok itu? Satu sekolah pasti sudah tahu...