"My girl."
Seluruh siswa terkejut mendengar perdebatan antara Vina dan Geraldi. Apalagi dengan pernyataan Geraldi yang menyebutkan kata "My Girl" di dalam kalimatnya.
Karissa tercengang mendengar ucapan yang keluar dari mulut Geraldi. Ia membalas tatapan Geraldi. Ia tak mengerti, apa yang dilakukan cowok itu sekarang? Apa Geraldi beneran suka sama gue? Gadis itu membatin.
Karissa melihat orang-orang yang berada disekelilingnya, sorot mata mereka tertuju pada Karissa.
"Gak! Gue gak boleh berkesimpulan terlalu jauh."
Di detik selanjutnya Karissa beranjak pergi dari koridor. Tak peduli dengan tatapan orang-orang yang heran dengan dirinya.
Karissa berjalan keluar dari gerbang sekolah. Kemudian, ia berhenti dan duduk di sebuah halte tempat untuk menunggu angkutan umum.
"Apa bener Geraldi suka sama gue?" lagi lagi perkataan Geraldi muncul di benak Karissa.
"Tapi gue takut kalo ternyata dia cuma mau permainin perasaan gue doang. Gue gak mau jatuh buat kedua kalinya"
Karissa menahan air matanya agar tidak jatuh. Hingga akhirnya, suara klakson dari motor seseorang membuyarkan lamunannya. Tunggu sebentar, mengapa Karissa merasa tidak asing mendengar deruan suara motor ini?
Karissa mendongakkan kepalanya.
"Hai Karissa,"
Pupil mata Karissa melebar ketika melihat seseorang yang pernah menganggap dirinya spesial namun, dikemudian hari justru orang itu lah yang mematahkan hatinya. Orang itu lah yang membuat hari Karissa selama sebulan penuh terasa unmood. Dan sekarang, mengapa orang ini muncul lagi di dalam kehidupannya?
"Daffan?" balas Karissa.
"Udah lama ya kita gak ketemu,"
Ya orang itu adalah Daffan. Masih dengan raut wajah yang sama, senyum hangat yang masih sama, tatapan mata yang sama, aroma khas parfum yang sama, namun, datang dengan hati yang berbeda.
Memori yang ada di dalam otak Karissa kembali berputar. Seolah-olah membuka celah luka lama yang selama ini ia tutup rapat-rapat dari dalam hidupnya.
"Lo apa kabar?" tanya Daffan lagi.
Entah mengapa mata Karissa mulai memanas. Akan tetapi, ia berusaha sekuat mungkin untuk tetap tersenyum."Gue baik."
Daffan mengangguk pertanda mengerti dengan ucapan Karissa. "Oh iya, gue gak nyangka kalo lo pindah ke sekolah ini."
"Iya gue pindah kesini, soalnya rumah gue kan pindah."
"Ouh gitu," balas Daffan.
Daffan memerhatikan wajah Karissa. "Lo makin cantik ya Karissa,"
Karissa tak membalas perkataan lawan bicaranya. Ia terus membendung air matanya agat tidak jatuh. Karissa tidak mau terlihat cengeng di depan cowok brengsek seperti mantannya itu. Lagi pula mengapa rasanya Karissa ingin menangis ketika bertemu dengan Daffan? Apa ini tandanya Karissa belum move on? Atau ini hanya karena luka yang digores oleh Daffan terbuka kembali? Tetapi, bukankah saat ini hati Karissa menyimpan rasa untuk Geraldi?
"Sebenernya lo mau ngapain sih?!" ucap Karissa karena tidak mau berlama-lama terbuai dengan ucapan mantannya itu.
Daffan tersenyum tipis. "Gue gak sengaja ngeliat lo disini, maka nya gue nyamperin lo."
"Hmm lo lagi nunggu angkot kan? Mending lo pulang bareng gue aja. Biasanya jam segini angkot udah gak ada," lanjutnya.
"Gak usah Daf, gue bisa pulang sendiri. Mending lo pergi aja,"
"Kenapa? Lo gak kangen sama gue?"
Karissa menatap cowok itu. "Bisa-bisanya ya lo ngomong kayak gitu."
Karissa hendak beranjak pergi namun, Daffan menahan lengan Karissa. "Apa salah kalo gue cuma nganterin lo pulang?"
Karissa menghempas tangannya dari cekalan Daffan. "Gue udah bilang kan Daf, kalo gue bisa pulang sendiri."
Daffan menatap mata Karissa. "Udah lo pulang bareng gue aja,"
"Gue bisa pulang sendiri." ucap Karissa yang sedikit menaikkan nada nya. Kemudian, Karissa berlalu meninggalkan Daffan. Namun, Daffan lebih dulu mencekal pergelangan tangan Karissa, membuat gadis itu mengurungkan langkahnya.
"Daf lepasin!"
---
Geraldi memerhatikan sebuah motor yang ia kenali terparkir di pinggir jalan. Geraldi memerhatikan sudut jalan lainnya dan menemukan Daffan yang mencekal lengan seseorang.
"Sialan!" umpat cowok itu."Daf lepasin!"
Dengan geram Geraldi berjalan mendekati Daffan. Ia menepuk pundak Daffan, hingga membuat Daffan menoleh ke belakang.
Bughh
Di detik selanjutnya, Geraldi melayangkan pukulan mengenai tulang pipi Daffan.
Daffan tersungkur ke tanah. Setelah itu, Geraldi kembali menyiapkan pukulan. Lalu, meninju Daffan tanpa henti.
Bughh
Bughh
Bughh
"Geraldi stop!!!"
Perkataan Karissa membuat Geraldi menghentikan pukulannya sebelum tinjauannya mendarat di wajah Daffan.
"Udah Ger, ayo kita pulang aja!" Karissa menarik lengan Geraldi untuk pergi meninggalkan Daffan.
Karissa dan Geraldi berjalan menuju tempat motor Geraldi terparkir.
"Ger lo gak apa-apa?" gadis itu memulai percakapan.
Geraldi melihat lawan bicaranya. "Enggak."
Setelah sampai, Geraldi menyuruh Karissa untuk naik ke atas motornya. Tak lama setelah itu, Geraldi menyalakan mesin motornya lalu pergi dari jalan itu.
Disisi lain Daffan menatap tajam ke arah Geraldi. Rasa kebencian semakin timbul dalam hatinya. Apalagi Geraldi baru saja membuatnya terlihat lemah dihadapan Karissa. Hal itu semakin membuat kebenciannya menjadi-jadi.
Daffan memposisikan tubuhnya untuk duduk di kursi halte. Kemudian, ia mengeluarkan ponsel dari saku celananya. Ia menekan sebuah nomor telefon untuk menghubungi seseorang.
"Gue mau anak-anak ke markas sekarang!"
Tbc
Kira kira apa yang akan terjadi selanjutnya ya? :v
Jangan lupa vomment nya, biar author makin semangat, makasii
KAMU SEDANG MEMBACA
GERALDI [SUDAH TERBIT]
Teen FictionFOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA ^^ SUDAH TERBIT DI GLORIOUS PUBLISHER YANG MAU BELI NOVELNYA, BISA BELI DI SHOPEE YAA ^ ^ MAMPIR JUGA KE WORK 'EQUANIMITY' YUK Geraldi Fadhli Rezkiansyah, siapa yang tak mengenali cowok itu? Satu sekolah pasti sudah tahu...