Karissa duduk di sebuah kursi yang berada di lapangan. Mengistirahatkan kakinya yang lelah sehabis jogging keliling lapangan. Mata cantiknya memandangi sekitar. Terlihat orang-orang yang masih sibuk dengan aktivitas nya masing-masing.
Karissa merasa haus. Untung saja tadi ia sempat membeli sebotol air mineral. Ia hendak membuka tutup botol itu. Namun, seseorang lebih dulu mengambil botolnya. Membuat Karissa tidak jadi meminum air itu.
"Ih Geraldi kok di ambil!" ucap Karissa setelah Geraldi mengambil botol air mineral miliknya.
"Sini ambil kalau bisa." botol itu berada di tangan Geraldi. Geraldi mengangkat tangannya sampai di atas kepala. Menjauhkan botol itu dari Karissa.
Karissa memutar bola matanya. Ia berdecak sebal. Mau tidak mau ia harus merebut botol air mineral itu dari tangan Geraldi.
Karissa berjinjit untuk mengambil botol itu. Dengan tinggi badan Geraldi 183 cm, tentu saja itu akan mempersulit dirinya. Tangan Karissa mencoba untuk meraih botol mineral itu. Namun, tangannya tak berhasil meraihnya.
"Gak bisa ya?"
"Ihh, Geraldi balikin!"
"Ambil kalo bisa."
Karissa menggerutu. Tiba-tiba saja sebuah ide cemerlang melintas di pikirannya. Kayaknya gue harus lompat biar bisa ambil botolnya. Karissa membatin.
Karissa meluncurkan aksinya. Ia melompat berkali-kali agar dapat mengambil botol air mineralnya dari tangan Geraldi.
"Ih Geraldi balikin botol minum gue!" usaha Karissa sia-sia. Karena tinggi badan Geraldi jauh lebih tinggi dibanding dirinya.
Geraldi memundurkan langkah nya. Lengan panjangnya tak kunjung turun. Cowok berpostur tinggi itu masih setia memegang botol air mineral milik Karissa.
"Geraldi! Balikin!"
"Sini balikin!"
"Turunin tangan lo!"
Begitulah gerutuan yang Karissa lontarkan pada Geraldi. Geraldi hanya terkekeh melihat tingkah lucu Karissa yang membuatnya tertawa. Apalagi ekspresi wajah yang terpasang pada gadis itu, membuat Geraldi tak bisa menahan senyum yang terus terukir di bibirnya.
"Geraldi! Balikin ga?!"
Karissa belum menyerah.
"Geraldi!"
Dari arah sebelah kanan tak jauh dari mereka, seorang pria mengendarai sepeda dengan earphone ditelinganya. Pengendara sepeda itu menuju ke tempat dimana Karissa dan Geraldi berada. Pria itu tak memerhatikan jalan. Lagu yang terputar dari ponsel memecah konsentrasi pengendara sepeda itu.
Kini Geraldi dan Karissa berada di jalan taman. Geraldi masih menjahili gadis itu. Sedangkan Karissa terus melompat agar mendapatkan botol minumnya kembali. Hingga di menit berikutnya, Geraldi melihat seorang pengendara sepeda hendak menabrak Karissa. Ketika pengendara sepeda itu sudah dekat dengan pandangan Geraldi, lengan kekarnya refleks menarik tubuh Karissa dekat dengannya. Meraih Karissa ke dalam dekapannya. Menghindarkan gadis itu agar tak tertabrak oleh pengendara sepeda.
---
Karissa terkejut begitu Geraldi tiba-tiba menarik dirinya. Karissa mendongak. Menemukan sorot pandangan Geraldi yang melihat tajam ke arah pengendara sepeda itu. Setelah pengendara sepeda itu telah jauh dari pandangan, Geraldi menundukkan wajahnya. Menatap bola mata Karissa.
Karissa melihat tatapan Geraldi. Menemukan sorot mata yang sulit diartikan. Tiba-tiba saja kejadian di perpustakaan dan juga di lapangan terpintas dalam benaknya. Teringat akan Geraldi yang melindunginya dari lemparan bola di pelajaran olahraga, dan ketika Geraldi mencegah Karissa agar tak terjatuh saat mengambil sebuah buku.
"Kenapa gue selalu deg-degan setiap lo nolongin gue?" batinnya.
Karissa tersadar akan lamunannya. Ia tak akan membiarkan lamunannya itu terlarut lebih jauh lagi. Karissa langsung membenarkan posisisnya. Membuat Geraldi melepas dekapannya. Karissa memundurkan langkahnya agar jarak diantara dirinya dan Geraldi sedikit menjauh.
"Karissa, minum lo." Geraldi mengulurkan tangannya untuk memberikan botol air mineral yang tadi ia ambil.
Karissa hendak mengambil botol mineral itu. Namun, ia terkejut melihat goresan luka di telapak tangan Geraldi. "Ger, tangan lo kenapa?"
"Oh ini cuma luka kecil biasa," ucap Geraldi seraya menutup telapak tangannya agar tak dilihat oleh Karissa.
"Tunggu disini." Karissa berlari untuk membeli obat merah dan plaster di supermarket terdekat. Meninggalkan Geraldi yang mengernyitkan dahi, bertanya kemana gadis itu pergi?
Sepuluh menit kemudian, Karissa kembali ke tempat Geraldi dengan membawa obat merah dan plaster di tangannya.
"Sini telapak tangan lo," ujar Karissa.
Geraldi menuruti perkataan Karissa. Membiarkan gadis itu mengobati luka di telapak tangan kirinya. Sudut mata Geraldi memperhatikan apa yang Karissa lakukan. Mulai dari memberikan obat merah pada lukanya, hingga menempelkan plester.
'Di antara sekian banyak orang yang memilih untuk mengabaikan, ternyata masih ada orang yang memilih untuk peduli.'
-Geraldi Fadhli Rezkiansyah
x x x
Tbc
Jangan lupa meninggalkan jejak!
Follow akun wattpad withhiu
Jaga kesehatan jangan lupa bahagia karna orang-orang terdekat kamu seneng liat kamu tersenyum :)
Happy reading
KAMU SEDANG MEMBACA
GERALDI [SUDAH TERBIT]
Teen FictionFOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA ^^ SUDAH TERBIT DI GLORIOUS PUBLISHER YANG MAU BELI NOVELNYA, BISA BELI DI SHOPEE YAA ^ ^ MAMPIR JUGA KE WORK 'EQUANIMITY' YUK Geraldi Fadhli Rezkiansyah, siapa yang tak mengenali cowok itu? Satu sekolah pasti sudah tahu...