06

137K 5.9K 111
                                    

Karissa melihat waktu dari layar ponselnya. Sudah pukul 8 malam. Ia harus segera pulang. Apalagi letak rumah Viona yang cukup jauh dari rumahnya, bisa bisa Karissa tiba di rumah jam 9 malam. Ia takut orang tuanya akan mengkhawatirkan dirinya.

"Viona gue pulang duluan ya." ucap Karissa.

"Oh iya udah jam 8 malem. Sorry ya gue gak liat jam." Viona tak menduga saat ini jam sudah menunjukkan pukul 8 malam.

"Lo pulang naik apa?"

"Nanti Gue pesen ojek online aja."

"Gue juga balik ah" seru Arkan.

"Loh kok gue gak ditanya pulang naik apa?" ucap Arkan pada Viona.

"Tanpa gue tanya ke lo, gue udah tau jawaban nya." jawab Viona dengan ketus.

"Kita mau ada kerja kelompok lagi? Ppt nya kan belum sekesai." ujar Melvin.

"Yaudah nanti sisanya biar gue yang selesain." kata Viona.

Geraldi yang dari tadi menyimak percakapan mereka, juga ikut pulang. Viona mengantar Karissa, Melvin, Geraldi, dan Arkan sampai depan rumahnya.

Karissa membuka aplikasi ojek online lalu memilih destinasi yang ia tuju.
Ketika ia hendak memesan ojek online, tiba-tiba saja Geraldi mengambil ponsel dari tangan Karissa.

"Eh kok hp gue lo ambil, balikin." Karissa berusaha merebut kembali ponselnya dari tangan Geraldi.

"Lo mau ngapain?"

"Pesen ojek lah."

"Gak usah."

"Loh kok gak usah?"

"Ojek nya udah dateng."

"Oh ya? Mana?" Karissa mencari seorang ojek online yang Geraldi maksud.

"Ini, depan mata lo."

"Alahhhhh," seru Viona, Melvin, dan Arkan bersamaan.

"Udah lo bareng Geraldi aja," kata Melvin.

"Gak baik cewek pulang malem sendiri," timpal Arkan.

Mendengar perkataan Melvin dan Arkan, akhirnya Karissa pulang bersama Geraldi.

"Gue duluan."

Setelah merasa Karissa sudah duduk dengan nyaman di atas motornya, Geraldi menyalakan mesin motornya lalu pergi dari rumah Viona.

Motor sport milik Geraldi melintas di atas jalan raya. Sesekali angin memainkan rambut panjang Karissa. Geraldi melihat gadis itu dari kaca spion. Entah mengapa Geraldi senang melihat senyuman di wajah Karissa.

Suara deru motor terdengar tak jauh dari mereka. Geraldi melihat ke kaca spion untuk memastikan apa yang ada di belakang mereka. "Kayaknya gue kenal suara motor ini." gumam Geraldi.

Tiga buah motor sport melaju. Salah satu di antara mereka menyejajarkan posisi motornya dengan motor Geraldi. Pengendara itu melirik tajam Geraldi dan memberi sebuah kode. Geraldi mengenal siapa pemilik motor tersebut. Pengendara itu berhasil memancing emosinya.

Karissa mulai merasa takut. Mengapa ketiga pengendara itu seolah-olah mengikuti Geraldi.

"Ger," panggil Karissa.

"Pegangan." perintah Geraldi.

Mendengar nada suara Geraldi yang berubah, Karissa langsung menuruti perkataan Geraldi. Karissa berpegangan pada ujung jaket yang Geraldi kenakan. Kemudian Geraldi menaikkan kecepatan laju motornya, begitupun dengan ketiga motor tersebut.

"Geraldi, jangan kebut-kebut." Karissa mengingatkan Geraldi karena laju motor sudah melebihi batas wajar.

Geraldi terus menaikkan kecepatan laju motornya. Pengendara di sebelahnya juga tidak mau kalah. Ia menaikkan laju motornya agar mendahului motor Geraldi.

"Geraldi, kita mau kemana?"

Pertanyaan Karissa tetap tidak di jawab oleh lawan bicaranya. Kini mereka sudah tidak berada di jalur menuju rumah nya. Karissa bertanya-tanya, mengapa ini terlihat seperti balapan? Karissa hanya bisa berpegangan dan menutup matanya agar balapan ini segera berakhir.

Karissa memberanikan diri untuk membuka matanya. Ternyata balapan ini tak kunjung usai. Ia melihat motor sport yang dari tadi bersebelahan dengan motor Geraldi. Karissa mengenali motor tersebut.

"Ini kan motor nya Daffan. Apa jangan-jangan dia daffan?"

Karissa melihat sudut mata pengendara motor tersebut. Ia tidak asing dengan tatapan orang itu. Dugaanya benar. Pengendara itu adalah Daffan. Mantan pacarnya.

Tiba-tiba saja Geraldi memberhentikan motornya secara mendadak. Membuat kepala Karissa membentur punggung Geraldi.

"Aw!"

"Ger, kenapa lo tiba-tiba ngerem mendadak sih?" gerutu Karissa.

Geraldi berhenti di sudut jalan. Tatapan matanya tak beralih dari pandangan di depannya. Ia melihat ketiga pengendara motor tersebut perlahan menjauh lalu menghilang dari pandangannya.

"Sial, gue tau arah jalan itu menuju kemana."

x x x

Tbc

Jangan lupa vote dan comment nya yak

VOTE dan COMMENT kalian bikin author makin semangat nulis nih. Seneng baca comment kalian.

Yu ajak temen-temen kalian baca cerita Geraldi

Spam nama Geraldi dong biar pada inget 😁

TERIMAKASIH ATAS APRESIASI KALIAN 😁

Happy reading

GERALDI [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang