Pengemudi bis melajukan bis nya kembali setelah makan siang di restoran. Karissa memasang earphone di telinganya dan memutar lagu dari ponsel. Karena perjalanan masih cukup jauh dan untuk menghilangkan rasa jenuh, Karissa memutuskan untuk mendengarkan musik. Begitupun dengan orang di sebelahnya. Viona. Ia juga memasang earphone di telinganya.
"Viona!" panggil Geraldi. Namun, orang yang dipanggil masih belum menoleh.
"Viona!" Geraldi menghampiri Viona.
"Apa Ger? Lo manggil gue?" tanya Viona.
"Disini yang namanya Viona cuma lo doang. Ya gue manggil lo lah."
"Iyaa, apaan Ger?"
"Lo pindah sana, gue mau duduk di sini."
"Terus gue duduk di mana?"
"Lo duduk di tempat gue, sebelah Melvin. Atau lo mau duduk di belakang juga bisa. Masih ada tempat kosong,"
"Hmm, yaudah deh."
Viona pindah dari tempat duduknya dan duduk di tempat Geraldi.
Karissa yang baru sadar akan kehadiran Geraldi, melepas sebelah earphone nya.
"Loh kok lo tiba-tiba ada disini? Viona mana?" tanya Karissa mengetahui Geraldi sudah duduk di sampingnya.
"Ada, di sebelah Melvin." jawab Geraldi.
"Pindah gak bilang-bilang gue." Karissa kembali memasang sebelah earphone yang ia lepas tadi ke telinga.
"Keliatan banget gabut nya."
Karissa melepas lagi satu earphone yang ia pakai. "Lo ngomong ke gue?" ucapnya.
"Gak. Gue lagi ngomong sama tembok,"
"Ohh."
"Ya sama elo lah. Tolol nya di simpen dulu,"
"Dih ngatain gue mulu. Eh Ger daripada lo gabut, mending lo dengerin lagu. Nih." Karissa memberi satu earphone yang ia lepas tadi pada Geraldi.
Geraldi menerima earphone itu, lalu memasangkannya ke telinga. Setelah itu, Karissa kembali memutar lagu pada ponselnya.
Geraldi memejamkan matanya. Mendengarkan lagu yang Karissa putar. Menurut Geraldi, lagu ini sesuai dengan suasana hatinya saat ini.
"Ger, bener kan apa gue bilang. Lagu nya enak kan?" ujar Karissa begitu lagi selesai di putar.
"Pinter juga lo milih lagu,"
"Ada satu lagu yang suka gue dengerin. Mau denger gak?" lanjut Geraldi.
"Apa judulnya?"
Geraldi mengambil ponsel dari tangan Karissa. Lalu mengetik sebuah judul lagu di atas keyboard handphone.
Sebuah lagu mulai berputar dan alunan musik mulai terdengar. Nada lagu yang mellow ditambah lagi suasana bis yang tidak begitu ramai dan cukup tenang, seakan-akan datang menemani waktu mereka.
"Ger, lo menghayati banget denger lagu nya."
"Iyalah, lagu kesukaan gue."
"Gue belum pernah liat lo se–calm ini."
"Emang biasanya gimana?"
"Biasanya kan lo emosian, sering mabal, tugas nyontek, berantem, kebut-kebutan."
"Udah jelek-jelekin gue nya?"
"Siapa juga yang ngejelekin lo, emang bener kok."
"Eh ya gini-gini juga gue sering baik,"
"Wah masa? Gak percaya gue."
"Lo inget gak waktu gue nolongin lo pas lo pulang dari supermarket?"
Memori dalam otak Karissa seolah berputar. "Inget-inget. Kenapa?"
"Nah itu tanda gue orang baik,"
"Ahh itu doang, tapi kalo diinget-inget kejadian waktu itu lucu juga ya. Lo inget gak sih pas kita lari-lari di kejar-kejar mereka, terus kita sembunyi? Gue suka ngakak kalo inget sama hal itu." Karissa sedikit tertawa.
"Lucu kenapa?"
"Berasa di kejar-kejar apaan gak sih, padahal bisa aja waktu itu kita telfon polisi."
"Eh iya ya, bodo juga."
Karissa melepas tawanya. Melihat Karissa tertawa, membuat sudut bibir Geraldi terangkat naik.
"Ada-ada aja lo."
"Btw nyampenya kapan sih?" Ekspresi wajah Karissa mendadak cemberut.
"Keburu gue lumutan nungguin di bis," lanjutnya.
"Bukannya udah lumutan?"
"Ih kok gitu sih." Karissa mencubit lengan Geraldi.
"Sakit bego."
"Bodo." Karissa cemberut lagi dan melipat kedua tangannya di depan dada.
Geraldi mengacak-ngacak rambut Karissa. "Gak baik cemberut terus,"
Karissa terkejut karena perlakuan Geraldi pada dirinya. Ia menoleh ke arah Geraldi. Namun, yang di tengok malah memejamkan matanya. Karissa tersenyum lalu kembali memandang jalan ke arah jendela.
---
Hari menjelang sore. Matahari seakan-akan ingin menenggelamkan dirinya dan menggantikannya dengan bulan. Sore ini jalanan cukup ramai, tetapi tak bisa dibilang padat.
Geraldi menoleh ke arah Karissa. Menatap Gadis yang tengah tertidur, larut dalam mimpinya. Geraldi melepas earphone yang berada di telinga Karissa, lalu memindahkan kepala gadis itu yang tersandar di jendela pada bahunya. Geraldi bisa melihat rasa nyaman dan tenang pada gadis itu.
Suasana dalam bis hening karena banyak siswa dan siswi yang tertidur.
Tiba-tiba saja ac dalam bis dinyalakan, hal itu membuat udara dalam bis seketika menjadi dingin.Geraldi membuka kemejanya dengan perlahan. Menyisakan kaos putih yang ia kenakan. Kemudian, ia menyelimuti Karissa dengan kemeja flanelnya.
Lo tetep cantik walaupun lagi tidur.
-Geraldi Fadhli Rezkiansyahx x x
Tbc
Jan lupa meninggalkan jejak!
Comment tiap paragraf nya juga
Happy reading
KAMU SEDANG MEMBACA
GERALDI [SUDAH TERBIT]
Teen FictionFOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA ^^ SUDAH TERBIT DI GLORIOUS PUBLISHER YANG MAU BELI NOVELNYA, BISA BELI DI SHOPEE YAA ^ ^ MAMPIR JUGA KE WORK 'EQUANIMITY' YUK Geraldi Fadhli Rezkiansyah, siapa yang tak mengenali cowok itu? Satu sekolah pasti sudah tahu...