30. Ngidam, Nabila dan Kita

11.6K 336 20
                                    

"Huegh!Huegh!"
Suara Ricis muntah membangunkan Wildan yang baru saja bisa tidur. Mereka sampai rumah  jam 12 malam.
"Yang, kamu kenapa?" masih sempoyongan dan mata yang sulit terbuka Wildan menyusul ke kamar mandi.
"Pusing..,mual..Huegh!" Ricis bersandar di Wildan yang memijit tengkuknya.
"Yang keluar gak ada, tapi mual.." keluh Ricis lemas. Wildan memijit tengkuk istrinya sambil terkantuk-kantuk.
"Udah, yuk Abang balurin minyak gosok." Lemah Ricis melangkah ke kamar dipapah Wildan.
"Mau ind*mi.." rengek Ricis manja. Wildan memandang istrinya sayang dan menggeleng.
"Nggak boleh, Umi, kasian dedek di dalam makan sampah dari janin." Ricis langsung merengut.
"Ini anaknya yang minta, Abi.. " Ricis masih membujuk. Wildan tersenyum geli. Lalu dia mengusap perut Ricis yang sudah sedikit menonjol.
"Dek, dengerin Abi ya, Mi instan gak baik untuk kesehatan. Minta yang lain aja, yang lebih berkelas." bujuknya pada perut Ricis seolah didepannya memang ada anaknya. Ricis mencibir.
"Ya udah, masak telor dadar aja, gak mentah dan gak kematengan." akhirnya Nyak ngalah. Wildan mencium perut Ricis gemas.
"Gitu dong, anak Abi Wildan.., yakin nih pasti ganteng mirip Abi, ya kan, Nak." katanya bangga.
"Sourry yaa, pasti cantik kaya Uminya dong." Ricis gak terima.
"Nyak Icis, makhluk ganteng kaya Abi Wildan harus terus berlanjut di muka bumi. The Ricis banyak yang mau kok, tapi mereka terpaksa mundur alon-alon karna sudah di klaim sama ketuanya. Jadi mesti diperbanyak populasinya."
"Narsis!"
Wildan tertawa sambil melangkah ke dapur masak telor dadar yang gak mentah dan gak kematengan. Kalau meleset nyonya bisa marah. Untuuung cintanya berlipat-lipat. Jam 2 dini hari Wildan bergelut dengan wajan dan kawan-kawannya sambil mata menahan kantuk.
=============
"Cis, kolor Abang yang ada gambarnya mana?" Wildan membongkar-bongkar tempat penyimpanan dalaman.
"Yang mana sih?" pura-pura lupa si Nyak.
"Yang itu lho.. yang kamu suruh buang."
"Oo, udah kubuang." kata Ricis santai.
Wildan kaget.
"Kenapa dibuang? Mubazir."
"Gak suka lihatnya." ketus Ricis. Wildan jadi gerah.
"Apa semua yang gak kamu suka harus dibuang sih?"
"Khusus kolor itu iya."
"Itu hadiah seseorang Cis, masa kamu buang gak izin dulu!" Wildan sedikit emosi.
"Siapa? Hadiah pacar Abang?" Hoh, layak sekali dibuang."
"Cis! Jangan egois, setiap orang punya benda yang membuatnya nyaman."
Ricis berdiri menghampiri Wildan yang masih mencari dimana Ricis menyembunyikan kolor itu. Dia susah payah menahan kesal.
"Kalau kamu nyaman dengan dia, kenapa nikah dengan aku? Pasti cewek cantik yang mabuk sama kamu itu kan?! Wildan menghela nafas kasar.
"Gak usah diingat-ingat peristiwa itu, aku gak suka!" sergahnya.
Ricis mulai berkaca-kaca.
"Gimana aku bisa lupa peristiwa itu! Suamiku mabuk dan diantar wanita seksi. Istri mana yang gak shock, Wildan!"
Wildan diam sejenak mengatur emosi yang mulai naik.
"Jadi dimana kamu buang? Aku sudah janji dengan Nabila."
"Oh, namanya Nabila? Bagus ya. Kenapa nikahnya sama aku kalau kamu nyaman sama dia?"
"Cis, itu beda Lho. Gak seperti yang kamu pikirkan." Wildan menghampiri Ricis yang mulai menangis.
"Nyaman sebagai kakak kelas, nyaman sebagai guru ngedit video, beda dengan nyaman sama kamu yang aku cinta."
"Bohong!"
"Lah, kok bohong?Bener lah,Yang, kalau gak ngapain aku nikahnya sama kamu, padahal ceriwis dan manja campur keras kepala."
Ricis makin menangis karna Wildan mengejeknya.
"Kalau kamu memang cinta aku, jangan ada kolor naruto sasuke diantara kita. Pakai tu kolor jitimen yang nganggur di lemari!" tegas si Enyak.
"Lagian aku gak suka sama sasuke, ganteng-ganteng tapi jahat. Nanti anak kita cukup nonton Nusa dan Rara aja plus Upin-Ipin." Ricis mengusap perutnya sayang.
"Ya kan Nak, sukanya sama yang Umi suka, jangan kaya Abi, gak jelas." Wildan mengernyit hendak protes tapi suara bel berbunyi.
Ricis berinisiatif membuka pintu karena Wildan belum selesai dengan kolor-kolornya, masih handukan doang habis mandi.(mohon bijak, jangan dibayangkan!😁).

"Cari siapa?" sapa Ricis sambil senyum ramah. Di depan pintu berdiri gadis cantik berkulit coklat terang dan berambut panjang. Rasanya Ricis pernah jumpa. Apakah ini salah seorang the Ricis?
"Wildan ada? Saya Nabila yang kemaren kita ketemu di Surabaya." gadis itu begitu percaya diri. Ricis berfikir sejenak. Nabila, Surabaya. Oh my cat. Ricis baru ingat. Dadanya tiba-tiba sesak.
"Tunggu ya, saya panggilkan. Silahkan duduk dulu."
"Ok, Mba Ricis." setelahnya Ricis ke kamar menemui Wildan. Perasaannya tak menentu.
"Bang, ada Nabila di depan." Wildan yang sedang mulai nyalain leptop menghentikan aktifitasnya.
"Nabila yang mana?" tanyanya.
"Yang ngasih kolor sasuke naruto kayanya." Ricis terlihat sedih dan cemburu. Wildan tak menyadarinya karena kaget pada info yang dibawa Ricis. Segera dia ke ruang tamu. Ricis mengintip dari tirai kamar.
"Kak Nabila?Kok tahu rumah saya? Ada apa kesini?" berondongnya. Nabila tersenyum cantik sambil menatap Wildan. Wajah tengilnya tak ketinggalan.
"Dari GPS dong. Kan aku anak IT dari dulu. Yang beginian gak susah." jawabnya santai. Wildan tersenyum ringan sambil matanya melirik ke kamar. Istrinya kok gak muncul ya.
"Jadi urusannya?"
Nabila tertawa manja.
"Gak ditawarin minum dulu? Saya haus lho."
"Ok, saya ambilkan minum dulu ya." Wildan hendak beranjak tapi lengannya ditahan Nabila.
"Gak usah repot. Aku gak lama. Aku kan baru balik ke Indo, cariin aku kerja dong. Istrimu kan youtuber, siapa tahu butuh editor tambahan atau asisten pribadi. Hehe." Di kamar Ricis menggeleng sendiri. Ogah.
"Waduh, lagi gak nyari editor, istri saya lagi hamil, gak banyak syuting, masih bisa ditangani oleh saya sendiri."
"Yaaa,kok gitu sih? Cariin dong, tabunganku menipis nih. Kamu kan udah sukses, bantu kenapa?" Nabila nampak sedih. Wildan menggaruk kepala bingung. Dari dapur Ricis datang membawa minuman kaleng dan bergabung di ruang tamu.
"Silahkan diminum,Mba."
"Oh, makasih." Nabila tersenyum santai. Wildan menarik Ricis duduk di sebelahnya, merapikan jilbab Ricis yang sedikit miring. Nabila memperhatikan diam-diam.
"Mba Ricis, kasih kerjaan dong." Ricis melirik Wildan. Wildan menatapnya dalam. Ricis menghela nafas berat.
"Maaf Mba Nabila, saat ini saya gak bisa terima karyawan."
"Ih, kok pelit sih, saya ini teman lama Wildan."
"Seperti yang saya sampaikan tadi Kak, saat ini kami lagi santai, gak perlu banyak orang di sekeliling kami. Apalagi Ricis sedang hamil, butuh banyak istirahat dari youtube." Wildan mengusap lembut kepala Ricis."
"Ya udah, gak papa deh. Mungkin belum rezeki kerja sama Wildan. Oke, pulang dulu ya Wil, Mba Ricis. Sehat-sehat ya. Wildan, call me jika kamu butuh aku." Nabila melirik Wildan manja. Wildan tersenyum saja.

Sepeninggal Nabila Wildan langsung memeluk Ricis erat.
"Please.., jangan masukkan hati. Nabila memang tengil."
"Enggaaak.., aku gak papa." Ricis melepaskan diri dari pelukan dan masuk kamar. Wildan garuk-garuk kepala bingung.
"Dasar Nabila dugong, bakal gak dapat jatah malam ini." helaan nafas panjang mengiringi langkahnya menyusul Ricis. Dia akan berusaha membujuk istri cantiknya agar dia tidak dianggurin malam ini.

Maaf Ngalor ngidul ceritanya..menyempatkan apdet disela liburan yang sibuk. Demi kaliaaan. Tinggalkan jejak ya biar aku senang. Kasian Babeh tu... Bujuk Ricis gih biar gak dianggurin Babeh kita.

Kekasih Hatimu (Wildan dan Ria Ricis)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang